MINGGU,17 FEBRUARI 2023, KHOTBAH JESAYA 50:4-6

Minggu Passion I/ Estomihi: Jadilah Man Bangku Lingling Kecion

Invocatio :

“Namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel” (Kej. 49:24)

Bacaan :

Matius 16 : 21 - 24 (Responsoria)

Khotbah :

Jesaya 50 : 4 – 6 (Tunggal)

Tema :

“Tuhan Memberikan Pengertian Dalam Penderitaan”

 

Pendahuluan

Jemaat yang dikasihi Tuhan, berbicara tentang penderitaan adalah sesuatu yang tidak populer, tidak menarik dan enak. Namun demikian, penderitaan dan kesengsaraan tidak pernah benar-benar hilang dari kehidupan manusia. Dimana saja, kapan saja dan siapa saja masih ditemukan, mengalami dan pernah merasakan yang namanya penderitaan. “Tidak ada kehidupan tanpa persoalan, dan tidak ada kedewasaan tanpa rintangan dan penderitaan.” Firman Tuhan dalam Alkitab begitu banyak berbicara penderitaan. Bahkan jalan keselamatan yang tempuh Tuhan kita Jesus Kristus adalah Via Dolorosa atau jalan penderitaan/ kesengsaraan. Karena itu, sekalipun topik penderitaan bukanlah isu yang seksi tetapi ternyata tema inti dalam iman Kristiani. Mari kita melihat dan semakin mendalami dan memahaminya melalui renungan Minggu Passion I ini.

     ISI

Tuhan Allah telah memberi lidah dan telinga kepada hamba TUHAN (ayat 4, 5a)

Nats khotbah kita ini disebut dengan nyanyian hamba TUHAN. Firman Tuhan dalam deutero Yesaya ini menunjukkan perbedaan mencolok (kontras) antara bangsa Yehuda dan sang hamba TUHAN. Bangsa Israel tidak mau taat kepada Allah, sementara sang hamba TUHAN sangat taat kepadaNya. Sang hamba TUHAN tahu bahwa TUHAN telah memberikan lidah seorang murid kepadanya. Dengan lidah itu ia diminta Tuhan untuk memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu (ayat 4a). Si hamba TUHAN menyadari bahwa setiap pagi Ia mempertajam pendengarannya (telinga) untuk mendengar seperti seorang murid. Hamba TUHAN mengaku bahwa Dia telah membuka telinganya (ayat 4b, 5a).    

Mari menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah pemberitan Allah bagi kita. Termasuk organ-organ tubuh kita seperti lidah dan telinga. Ingatlah bahwa setiap pemberianNya (organ tubuh dan kemampun/ talenta kita), Tuhan mau kita pakai sesuai maksud dan tujuanNya. Karena itu gunakanlah setiap pemberianNya sesuai dengan maksud dan tujuanNya. Lidah untuk berkata baik dan benar. Secara khusus memberi semangat baru bagi orang yang letih lesu, bimbang dan hilang pengharapan. Apakah lidah kita lebih banyak berkata benar, baik, mencerahkan, menyejukkan, menentramkan, menyemangati dan memberi harapan? Atau lidah kita justru lebih sering bohong, hoax, kasar, menyakiti, mengecilkan hati, merendahkan dan mematahkan semangat? Allah memberi kita telinga yang tajam untuk mendengar kehendakNya dan isi hatiNya. Pendengaran yang tajam akan suara Tuhan memampukan kita menyampaikan dan berbagi firman dengan baik untuk tumbuh bersama. Hati-hati dengan telinga/ pendengaran kita. Biarlah pendengaran kita tajam mendengar suara Tuhan, bukan sebaliknya kepada suara kedagingan kita, nafsu atau syahwat kita sendiri. Jangan kiranya pendengaran kita cepat dan tajam kepada suara iblis, sebaliknya lamban dan tumpul kepada suara Tuhan.

     Hamba TUHAN taat dan memberi diri (ayat 5b - 6)

Berbeda dengan bangsa Israel yang suka melawan dan memberontak, sebaliknya si hamba TUHAN hidup taat walau menderita dan dihina. Dia tidak memberontak dan tidak berpaling ke belakang. Hal ini ia tunjukkan dengan memberi punggungnya kepada yang memukulnya ( mengalami penderitaan). Ia memberi pipinya kepada orang yang mencabut janggutnya (lambang penghinaan). Ia tidak menyembunyikan mukanya ketika dinodai dan diludahi. Si hamba TUHAN tetap taat dan berserah kepada Allah sekalipun mengalami penderitaan dan penghinaan. Apa yang dinubuatkan dalam nyanyian hamba TUHAN ini nyata sekali dalam diri Kristus Yesus. Yesus dengan terus terang mengatakan bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan, dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Dia memberi diriNya menderita dan dihina, disiksa dengan kejam dan bengis bahkan sampai mati di kayu salib. Yesus taat melakukan kehendak Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia. Ia yang kudus rela memberi diri secara total untuk mengalami semua penderitaan untuk menebus dosa manusia. Yesus memberitahu syarat-syarat menjadi pengikut dan muridNya yaitu: harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia (Matius 16:21-24). Yesus memakai kata ‘harus’ dalam menyangkal diri dan memikul salib dama mengikut Dia. Harus artinya mutlak, tidak bisa tidak, tidak ada jalan lain.          

Sudahkah kita menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan Yesus? Taat dan setia di saat semua baik, lancar dan seperti yang kita harapkan semua kita bisa. Tetapi apakah kita tetap taat dan berserah kepada Kristus ketika keadaan susah, payah, tidak sesuai bayangan dan harapan kita? Apakah kita mampu tetap taat dan setia kala menghadapi dan mengalami penderitaan dan penghinaan? Jangan-jangan sebelum orang lain menjahati dan menghina kita, kita sudah lebih dulu menyakiti dan menghina orang lain. Kita mencari pembenaran dengan mengatakan, ‘Daripada disakiti dan dihina, lebih baik menyakiti dan mengina.’ Untuk menjadi murid Tuhan Yesus yang benar kita harus menyangkal diri, harus memikul salib dan mengikutNya. Mengikut Yesus berarti mengikuti apa yang telah Dia lakukan yang merupakan contoh dan teladan bangi kita. Mengikut Yesus berarti memikul salib. Ingat, tidak ada salib yang bergagang. Sesungguhnya salib bukanlah aksesoris belaka. Salib adalah lambang penderitaan dan penghinaan. Ketika kita melihat atau memakai salib, kita diingatkan untuk sedia menyangkal diri, rela menderita bahkan dihina karena iman dan kesetiaan mengikut Tuhan Yesus.    

Tema: “Tuhan Memberikan Pengertian Dalam Penderitaan”

Melalui Minggu Passion I ini kita diajar untuk melihat penderitaan dengan mata baru atau perspektif baru. Penderitaan tidak selamanya negatif, buruk dan merugikan. Penderitaan punya sisi positif, terang dan baik. Tema kita mengatakan bahwa Tuhan memberikan pengertian dalam penderitaan. Jikalau kita mau taat dan berserah kepada Tuhan Yesus, setia mengikut Dia, kita diajari dan diberi pengertian baru melalui penderitaan. Yesus Kristus telah lebih dahulu menunjukkannya. Kristus taat sampai puncak penderitaan yaitu mati di kayu salib, maka Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama (Flp. 2:9). Demikian kita orang percaya para pengikutNya. Orang Karo bilang, “Kiniseran kite-kita ku si jore.” Ungkapan ini sejalan dengan kata mutiara, “No pain no gain; no gain without pain.” Kalau mau jore (sukses, berhasil) kita harus sedia menderita. Tanpa kesusahan dan penderitaan tidak akan kemuliaan dan kesuksesan. Ada banyak sekali pengertian yang Tuhan berikan dalam penderitaan. Melalui penderitaan, Tuhan mengajar kita bahwa kita adalah manusia, bukan Tuhan. Kita terbatas dan tidak sempurna karena itu kita perlu Tuhan. Melalui penderitaan kita dimatangkan dan didewasakan Tuhan. Otot-otot rohani kita dikuatkan dan dikokohkan seperti Yusuf yang mengalami banyak penderitaan (Kej. 49:24). Melalui penderitaan, kita bisa naik kelas/ level, berprestasi dan meraih kesuksesan. Orang yang pernah menderitalah yang akan mengalami kemenangan dan kejayaan. Leo Messi gagal juara dan menderita 5 kali final, dimana dia pernah menyatakan pensiun sebelum mengubah keputusannya. Kesempatan ke 6 kali baru juara. Penderitaan mengajari kita menyadari dan menghargai arti kehidupan. Melalui penderitaan, Tuhan memberi kita ‘Blessing in Disguise’ (berkat tersembunyi).    

Penutup

Kita tidak mencari dan meminta agar hidup menderita. Tetapi penderitaan pasti datang dan terjadi. Jangan sangkal, jangan abaikan, jangan lari dan mengindar, tetapi hadapi dan tanganilah dengan iman. Tuhan tidak membiarkan dan meninggalkan kita. Tuhan menjadi Estomihi (gunung batu tempat perlindungan kita). Selain tempat perlindungan, Tuhan juga memberi pengertian baru bagi kita melalui penderitaan. Dengan pengertian yang diberikan, kita dimampukan untuk tetap taat, setia dan berserah diri kepadaNya. Bukan keadaan tenang dan senang yang memberi pelajaran dan pengertian hidup bagi kita. Tetapi acap kali keadaan susah, banyak masalah, penderitaanlah yang memberi pelajaran hidup yang bagi kita. Tetaplah tegar dan mekar dimasa sukar. Nantikan dan dapatkanlah pelajaran dan pengertian melalui penderitaan kita. Selamat menderita karena iman kepada Kristus Yesus. amin.

Pdt. Juris Tarigan, MTh-GBKP RG Bogor

MINGGU, 12 FEBRUARI 2023, YOHANES 10:22-42

MINGGU SEXAGESIMA/KE-ENAMPULUH

(Minggu Yesus sungguh-sungguh siap memasuki masa-masa penderitaanNya)

Invocatio  :

Mazmur 142:6

Bacaan 1  :

Mazmur 69:5-9 (Tunggal)

Khotbah :

Yohanes 10:22-42 (Tunggal)

Tema :

Yesus kuat menghadapi penderitaan

 

I. Pendahuluan

Dua orang yang sepakat menurunkan berat badan dengan zumba (sejenis olah raga tari salsa yg dipadukan dengan aerobik), sekalipun menggunakan video tutorial yang sama, sangat mungkin kedua orang itu memiliki hasil yang berbeda. Mengapa demikian?

Kembali ke konsistensi, kesungguhan hati, dan keseriusan kedua orang itu melakukan setiap gerakan.

Setiap kita memiliki Alkitab yang sama, namun pasti memiliki pertumbuhan iman yang berbeda. Ini kembali ke konsistensi membaca dan melakukan firman Tuhan serta seberapa serius kita percaya bahwa setiap janji firman Tuhan adalah benar dan akan digenapi dalam hidup kita.

Jika hasil zumba bisa dilihat dari tubuh yang sehat dan bugar, maka hasil kita membaca dan melakukan firman Tuhan akan kelihatan dari kehidupan kita sehari-hari.

Jika kita mengaku percaya bahwa Kristus adalah Tuhan tetapi tidak menjadi teladan dalam kata dan perbuatan kita, sangat mungkin kita hanya membaca, tetapi tidak melakukan firman Tuhan.

II. Penjelasen Teks Khotbah

Melalui bacaan khotbah di Minggu Sexagesima ini, kita belajar tentang dua respons manusia yang melihat Yesus dan apa yang telah dilakukanNya selama pelayananNya.

Ada banyak kesaksian dalam Alkitab yang menjelaskan kepada kita bahwa sekalipun beberapa orang melihat dan mengalami mukjizat yang dilakukan oleh Yesus ternyata tidak dapat menjadi dasar bagi mereka pada waktu itu untuk percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Ini terlihat pada dua kelompok orang dalam bacaan kita hari ini.

Ayat 22-24, Kelompok pertama yakni orang-orang Yahudi yang berada di Bait

Allah di Yerusalem, saat hari raya Pentahbisan Bait Allah (22-24).

Apa yang terjadi dengan mereka ini? Mereka mempertanyakan ke-Mesias-an Yesus karena selama ini mereka masih merasa bimbang, apakah benar Yesus adalah Mesias yang ditunggu-tunggu. Mengapa mereka masih bimbang? Bukankah mereka selama ini sudah melihat pelayanan Yesus dan berbagai mujizat yang dilakukan Yesus?

Ayat 25-29, Yesus merespons kebimbangan mereka dengan mengatakan bahwa permasalahannya bukan pada apa yang telah mereka lihat dan alami melainkan terletak pada diri mereka sendiri, yaitu karena mereka tidak percaya kepada Yesus (ayat 25), bukan karena Yesus tidak mampu menyatakan identitas-Nya yang nyata melalui karya-karya-Nya yang sudah dilihat dan dialami banyak orang. Ketidakpercayaan mereka juga diakibatkan karena mereka ternyata tidak termasuk domba-domba yang diberikan Bapa kepada-Nya (26-29). Bagi Yesus kebenaran sejati itu dipercayai atau tidak dipercayai adalah tetap kebenaran, tidak berubah dan tidak dapat diubah. Merekalah yang harus berubah, bukan Yesus yang harus berubah.

Ayat 30-33, Melalui penjelasan tentang domba-domba itu, Yesus juga menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (ayat 30). Pernyataan terus terang Tuhan Yesus bahwa Dia dan Allah Bapa adalah satu (ayat 30) membuat orang-orang Yahudi tetap saja tidak mau mengerti dan menjadi berang dan malah hendak melempari Tuhan Yesus dengan batu (ayat 31). Bagi mereka perkataan Yesus jelas menghujat Allah karena Dia menganggap diri-Nya setara dengan Allah (ayat 33).

Ayat 34-39, Untuk memahami bagian ini, Tuhan Yesus memberikan dua argumentasi yang membela klaim keilahian-Nya.

Pertama, Ia mengutip Mazmur 82:6 yang berkata, " Aku sendiri telah berfirman: ”Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian” (ayat 34).

Menurut pemazmur, Allah sendiri menyapa umat Tuhan yang menerima firman-Nya dengan menyebut mereka sebagai anak-anak Allah. Kalau penerima firman Allah dilayakkan untuk disapa sebagai anak Allah (ayat 35), betapa lebih layak lagi Dia yang diutus Allah ke dunia, yaitu Firman yang berinkarnasi itu disapa sebagai Allah (ayat 36). Jadi, dari segi bahasa menyebut Yesus sebagai Anak Allah atau Allah tidaklah salah.

Kedua, Yesus membuktikan diriNya sebagai Anak Allah melalui pekerjaan yang dilakukan-Nya. Karya Kristus adalah melakukan pekerjaan BapaNya yang mengutus DIA (ayat 37). Perbuatan-perbuatan Yesus yang mengandung sifat ajaib dan moral terpuji selama hidup dan pelayananNya (ayat 32a) menyatakan kesatuan kehendak dan kesatuan misi-Nya dengan kehendak dan misi Bapa (ayat 38). Itulah sebabnya, Yesus menanyakan kepada mereka, kesalahan apa yang telah Dia kerjakan sehingga mereka ingin merajam Dia (ayat 32).

Salah satu karya agung Tuhan Yesus Kristus adalah kematian-Nya di atas kayu salib untuk menggenapkan misi penyelamatan Allah bagi dunia ini. Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah hasil karya-Nya. Hidup kita yang sudah dimerdekakan dari perbudakan dosa diberi mandat menjadi saksi akan keilahian Tuhan Yesus. Dengan hidup kudus, menjunjung tinggi kebenaran, dan menegakkan keadilan kita sedang menyaksikan bahwa Tuhan Yesus adalah Allah. Meskipun Yesus masih menambahi pemaparannya mengenai istilah allah yang dipakai pada Mazmur 82:6 (32-38), tetap saja mereka tidak mau mengerti. Bahkan mereka ingin menangkap Dia (39).

 Ayat 40-42, kelompok kedua ialah orang-orang yang berada di seberang sungai Yordan, tempat Yohanes membaptis dahulu (40). Yesus, yang akan ditangkap dan dilempari dengan batu di Yerusalem, pergi ke Betania yang merupakan tempat bersejarah bagi-Nya dan Yohanes Pembaptis. Di sanalah Yohanes menyerukan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang akan menghapus dosa dan tidak melakukan mukjizat (41). Namun Ketika Yesus kembali ke Betania, ada banyak orang yang menjadi percaya kepada-Nya. Kehadiran Yesus di Betania memberikan dampak yang tidak terkira. Apa yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis menghasilkan buah pada waktunya. Tanda-tanda mukjizat yang dilakukan oleh Yesus membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis bukanlah omong kosong belaka, karena semua mukjizat dan pengajaran yang dilakukan Yesus Kristus telah mengonfirmasi pemberitaan Yohanes Pembaptis. Dengan itulah mereka diyakinkan dan pada akhirnya menjadi percaya. (42).

Perbandingan di antara kedua kelompok (ayat 22-24 dan ayat 40-42) ini jelas: yang satu tidak mau percaya meski sudah melihat mukjizat Yesus, sementara yang lain mau percaya walau hanya mendengar pengajaran dari Yohanes.

  • Pokok -pokok Khotbah
  1. Tentukan sikap kita: percaya dan mengasihi Dia atau menolak dan akhirnya membenci Dia. Dalam hal ini mari kita hindari sikap seperti orang-orang Yahudi yang masih meragukan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Mesias yang dinanti-nantikan). Tetap teguh menjaga iman kita kepada Yesus Kristus. Sekali percaya tetap percaya dan setia kepadaNya.
  2. Percaya kepada Yesus Kristus dapat terjadi tanpa harus ada mukjizat sebagai bukti. Hal ini dibuktikan oleh Yohanes Pembaptis yang tidak pernah melakukan mukjizat apa pun, namun banyak yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ini membuktikan bahwa iman tidak tergantung pada penglihatan. Bukankah Yesus pernah menegur Tomas karena tidak percaya pada kebangkitan-Nya sebelum melihat tanda? Sungguh berbahagia bila kita dengan iman meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat sekalipun kita tidak melihat-Nya secara fisik. Kedewasaan iman terjadi saat kita memiliki keyakinan yang teguh sekalipun tidak pernah melihat tanda. Tetap pegang teguh firman-Nya dan taat sepenuhnya.
  3. Tidak semua orang memiliki karunia untuk mengadakan mukjizat, oleh karena itu, yang penting harus kita gencarkan adalah ajarkanlah kebenaran tentang identitas dan kuasa Yesus.
  4. Sebagaimana Yesus Kristus yang tetap kuat menghadapi perlawanan orang-orang Yahudi yang hendak mencelakai hidupNya, Dia merasa aman Bersama BapaNya, karena IA dan Bapa satu adanya.
  5. Di dalam dunia kita menyaksikan dan mengalami sendiri berbagai penderitaan. Ada penderitaan yang terjadi karena seseorang melakukan kesalahan dan dosa, namun ada pula orang yang menderita justru karena membela dan melakukan kebenaran. Di mana kebenaran ditegakkan, di situ pula kejahatan menghadang.

Pengalaman seperti itu dialami oleh pemazmur (dalam bacaan kita yang pertama). Ia menyatakan bahwa karena Allah ia telah menanggung cela (ayat 8a), dan cintanya bagi rumah Allah menghanguskan dirinya (ayat 10a). Kesesakan yang menyerbu hidup pemazmur digambarkan dengan sangat dahsyat, bak orang yang tenggelam ke dalam sheol (dunia orang mati). Ia terasing dari hidupnya sendiri dan berada dalam ketidakberdayaan ketika marabahaya melingkupinya (ayat 1-3). Ada juga orang-orang yang begitu membenci dia tanpa alasan dan ingin menghabisi nyawanya (ayat 5), dan ia pun "mati" secara sosial karena dikucilkan dari masyarakat serta keluarganya sendiri (ayat 9-13).

  1. Tema kita Minggu ini: Yesus Kuat menghadapi Penderitaan

Tema ini mengajak kita supaya belajar dari pergumulan Yesus yang ditolak keMesiasanNya ditengah-tengah kehidupan orang-orang yahudi yang meragukan Dia. Yesus tetap tenang, sabar dan kuat menghadapi tantangan dari lawan-lawanNya. Yesus yakin bahwa BapaNya pasti akan berpihak kepadaNya. Ketika kita menengok ke dalam kehidupan pemazmur, ini merupakan kekuatan bagi kita yang rela menderita bagi Allah, namun perlu kita sadari bahwa mencintai Allah adalah sebuah perjuangan yang berat. Untuk itu, marilah kita meminta kepada Tuhan agar Ia memberikan keberanian bagi kita menjadi saksi kebenaran. Mari kita juga memohon kepada Dia agar menolong kita menjadi orang-orang yang senantiasa beriman dan berpengharapan karena kasih setia-Nya.

  1. Bagi orang-orang yang menantikan Tuhan, mencari Tuhan, mengasihi Tuhan dan menderita bagi Tuhan, harus mengakui ketidakberdayaan dirinya dalam menghadapi penderitaan karena mencintai Tuhan dan mengingat rahmat Tuhan yang senantiasa memberikan penebusan bagi mereka yang dalam kesesakan.
  2. Sebagaimana Kristus Kuat menghadapi Penderitaan, Kitapun diberi kekuatan oleh Tuhan menghadapi berbagai penderitaan. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

Pdt Philipus Tarigan-GBKP Runggun Cililitan

MINGGU 05 FEBRUARI 2023, MATIUS 4:1-11

Invocatio :

Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini      diketahui di seluruh bumi! Yesaya 12:5.

Bacaan:

Ulangan. 8:1-10a.

Khotbah : Matius 4:1-11.

Tema  :

YESUS MENGALAHKAN PENCOBAAN.

 

PENDAHULUAN.

Syalom, Selamat hari Minggu, Salam Sejahtera bagi kita sekalian. Minggu ini kita memasuki Minggu Septuagesima 70 Hari Menjelang Kebangkitan, Saat ini kita masuk dalam Minggu Ordinary (Minggu Biasa) yang pertama dalam satu tahun liturgi. Septuagesima sendiri berasal dari kata Septuaginta yang artinya 70, namun hal ini bukan sekedar menunjukkan 70 hari sebelum Paskah, tetapi lebih menekankan kepada “kasih Allah kepada seluruh bangsa-bangsa” yang sering disimbolkan kepada 70 bangsa, atau 70 tahun masa pembuangan di Babel. Seluruh topic pembicaraan dalam minggu ini adalah mengenai penderitaan umat manusia, namun dalam penderitaannya manusia tersebut dibungkus dengan cinta kasih Allah yang sempurna.

Septuagesima sendiri adalah minggu dimana kita mempersiapkan diri menuju Pra-Paskah. Dalam empat minggu, dimulai dari Minggu ini, kita akan dihantar untuk melihat bagaimana karya Allah kepada manusia yang hidup dalam penderitaannya akibat dosa yang dilakukannya. Tetapi perlu diingat, penekanan topiknya bukanlah dosa, tetapi rencana dan rancangan Allah untuk menyelamatkan umat manusia.

Didalam menjalani proses tersebut kita menyaksikan Yesus Kristus dapat mengalahkan tantangan dan menang dalam setiap Pencobaan sampai Dia Dipermuliakan. Selama hidup di dunia ini kita akan terus diperhadapkan pada berbagai tantangan, ujian dan pencobaan, namun jangan khawatir Kristus telah memberikan teladan dan kuasa melawan berbagai tantangan dan berbagai percobaan dalam kehidupan iman kekristenan kita.

BIMBINGAN TEKS.

Segera setelah Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah, dan Juruselamat dunia, Ia dicobai; hak-hak istimewa yang besar, dan tanda-tanda khusus dari kemurahan Ilahi, tidak menjamin manusia lepas dari berbagai pencobaan.

Dalam pencobaan Kristus tampak bahwa iblis sangat licik, pendendam, dan sangat online; tapi dia bisa dilawan.

Dalam semua pencobaannya, Iblis berupaya untuk membawa Yesus jatuh kedalam kuasanya dan melawan Allah.

Iblis mencobai dia untuk putus asa akan kebaikan Bapanya, dan untuk tidak memercayai kepedulian Bapa terhadapnya. Salah satu tipu muslihat Setan adalah memanfaatkan kondisi lahiriah kita; dan mereka yang berada dalam kesulitan harus menggandakan kewaspadaan mereka. Kristus menjawab semua pencobaan Setan dengan "Ada tertulis;" untuk memberi kita contoh, dia mengacu pada apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Cara ini harus kita tempuh, ketika sewaktu-waktu kita tergoda untuk berbuat dosa. Marilah kita belajar untuk tidak mengambil jalan yang salah untuk perbekalan kita, ketika kebutuhan kita sangat mendesak ; Tuhan akan menyediakan jawaban yang terbaik.

Setan mencobai Kristus untuk menyalahgunakan kekuasaan dan perlindungan Bapa-Nya, di tempat yang aman. Juga tidak ada ekstrem yang lebih berbahaya daripada keputusasaan dan praduga, terutama dalam urusan jiwa kita. Setan tidak keberatan dengan tempat-tempat suci sebagai tempat penyerangannya. Janganlah kita, di mana pun, lepas dari pengawasan kita. Kota suci adalah tempat yang dianggap sebagai tempat aman dari serangan setan, banyak orang yang tidak sadar bahwa tempat suci juga dapat dipakai iblis untuk melancarkan tipuannya, Semua tempat tinggi adalah tempat yang licin; kemajuan di dunia membuat manusia menjadi sasaran bagi Setan untuk menembakkan anak panahnya yang berapi-api. Apakah Setan sangat fasih dalam Kitab Suci sehingga dapat mengutipnya dengan mudah? Ya Iblis juga tahu tentang kitab suci, tetapi tidak mau melakukan maksud kitab suci itu. Mungkin saja seseorang memiliki kepalanya yang penuh dengan gagasan Kitab Suci, dan mulutnya penuh dengan ungkapan Kitab Suci, sementara hatinya penuh dengan kebencian yang pahit terhadap Tuhan dan semua kebaikan. Setan dapat menyalahgunakan kitab suci dan mengaburkan makna, yang menyesatkan kita, sehingga melakukan perbuatan yg bertentangan dengan kehendak Allah keluar dari jalan kita, keluar dari jalan tugas kita, dan tidak lagi mengandalkan Tuhan, namun mengadakan dunia dan manusia.

Iblis mencobai Kristus untuk mengidolakan tawaran kerajaan dunia, dan kemuliaan mereka. Kemuliaan dunia adalah godaan yang paling menawan, Kristus dicobai untuk menyembah Setan. Dia menolak godaan itu dengan kebencian. "Enyahlah, Iblis!". Banyak sekali godaan yg secara terbuka dan dekat sekali dengan kita; godaan itu tidak hanya untuk ditentang, tetapi juga ditolak sekaligus. Perlu ketegasan dalam melawan godaan, dia akan lari dari kita. Tapi kalau kita mau berkompromi atau berunding, kita mudah sekali dikalahkan. apa untungnya bagi seseorang jika dia mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri?, Kristus berhasil mengalahkan pencobaan, atas atas teladan itulah kita beroleh keyakinan bahwa ajakan iblis dapat ditolak.

REFLEKSI.

Saudaraku yang terkasih, melalui renungan kita Minggu ini kita kembali diingatkan bahwa:

Kita harus selalu waspada dan berjuang melawan Godaan Iblis.

Dunia di mana kita tinggal ini telah dikuasai oleh dosa, dan sudah sangat jelas bahwa sifat-sifat dosa itu sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya setiap orang yang percaya harus terus berjuang melawan pencobaan dan godaan yang dipanahkan Iblis. Adalah tidak mudah menang melawan pencobaan - pencobaan yang menyerang kita, karena roh memang penurut, tetapi daging lemah (bdk. Matius 26:41).

Mungkin kita sering bertanya: Mengapa kita harus diperhadapkan pada pencobaan-pencobaan? Ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan kehidupan orang percaya itu bebas dari segala pencobaan, tapi yang pasti Dia berjanji untuk selalu memberikan jalan keluar, sedangkan “Pencobaan - pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13).

Bagaimana supaya kita bisa menang melawan pencobaan dari Iblis? Cara terbaik adalah harus melekat pada Tuhan dan senantiasa tinggal di dalam firman-Nya. Didalam Bacaan kita menyaksikan bagaimana umat Israel yang berjalan selama 40 tahun menuju Tanah Kanaan dan mengalami berbagai peristiwa ajaib, adalah bahagian dari proses pembentukan Mental dan Spiritual Bangsa Pilihan Tuhan, supaya mereka semakin merasakan Kuasa Allah yang besar dan tidak pernah melupakannya. Walaupun bangsa itu jatuh bangun dalam kesetiaan kepada Allah namun akhirnya mereka sampai saat ini menjadikan perjalanan itu sebagai perjalanan yang menguatkan iman di dalam berbagai tantangan dan godaan hidup. Tuhan Yesus juga telah meninggalkan teladan yang luar biasa bagaimana melawan pencobaan. Ketika sedang dicobai Iblis, tak henti-hentinya Yesus menggunakan firman Allah sebagai pedang Roh untuk mematahkan setiap tipu muslihat Iblis. Sebagaimana tertulis, selama empat puluh hari Yesus berpuasa di padang gurun, di mana kesempatan ini tidak disia-siakan Iblis untuk mencobai Dia. Tiga kali Iblis berusaha untuk melemahkan Yesus dengan harapan Dia gagal menggenapi rencana Bapa dalam hidup-Nya, agar Dia berbalik dari jalan yang sudah ditentukan oleh Bapa-Nya. Tiga kali pula Yesus membalas serangan Iblis itu dengan memperkatakan firman Tuhan, “Ada tertulis…” Dan akhirnya Yesus menang!

Firman itu hidup dan berkuasa karena itu adalah perkataan Allah sendiri! Kuasa itu semakin nyata bila kita memperkatakan firman itu dengan iman. Oleh sebab itu pastikan kita rajin membaca Firman TUHAN tiap hari.

Amin.

Pdt Togu P Munthe

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD