SABTU 24 DESEMBER 2022, MIKHA 5:2-4

Invocatio          : hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan,kota Daud ( Luk 2 :11)

Ogen                : Kisah Para Rasul 13 : 21-25 (Tunggal)

Tema                : RAJA DARI BETLEHEM


Pendahuluan

Jika ada pemilihan Kepala Daerah, yang di soroti selain pribadi calon Bupati atau calon wakil Bupati, dari mana asalnya pun diperbincangkan, mulai pemilihan sampai terpilih jadi kepala daerah, jika desa itu lebih baik mulai terpilihnya beliau jadi kepala daerah maka dikatakan peminpin yang mulai bergerak dari kampungnya sendiri. Tapi jika desa nya sendiri tidak mengalami perubahan maka dianggap pemimpin itu tidak peduli.

- Apa yang di alami Betlehem ketika Yesus lahir di kota ini?

- Dari betlehem sampai ke hati

Kisah Para Rasul 13: 21-25 21 Kemudian mereka meminta seorang raja dan Allah memberikan kepada mereka Saul bin Kish dari suku Benyamin, empat puluh tahun lamanya. 22 Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. 23 Dan dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus. 24 Menjelang kedatangan-Nya Yohanes telah menyerukan kepada seluruh bangsa Israel supaya mereka bertobat dan memberi diri dibaptis. 25 Dan ketika Yohanes hampir selesai menunaikan tugasnya, ia berkata: Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari padaku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak.’

dari ayat 17- 25 empat belas kata kerja yang dipakai untuk menggambarkan tentang karya Allah. Anda mungkin memahami bahwa sejarah Perjanjian Lama tidaklah dibangun di atas dasar takhayul manusia atau penelitian teologis, tetapi atas dasar serangkaian karya Allah yang sungguh-sungguh nyata. Anda tidak akan bisa memahami Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kalau anda tidak secara mendasar memahami bahwa Allah itu berdaulat penuh, Mahatahu, dan Pemilik atas segala sesuatu. Kehidupan manusia tidak digerakkan oleh nasib, kecelakaan atau kebetulan belaka, tetapi oleh Allah saja. Ia memilih pribadi-pribadi bukan karena kebaikan mereka, tetapi karena anugerah-Nya semata-mata. Pelajarilah makna yang berbeda dari semua kata kerja yang menjelaskan karya Allah itu, sehingga anda akan bisa mendapatkan hikmat yang melimpah.

Dalam pemilihan-Nya terhadap para bapa leluhur, Allah memulai sejarah keselamatan manusia dan juga menyempurnakan rencana dari rancangan-Nya, yaitu kedatangan sang Mesias. Dalam penggenapan dari sejarah Ilahi ini, Tuhan melepaskan umat Perjanjian Lama dari belenggu. Ia bersabar atas pemberontakan umat-Nya di padang gurun, menawarkan kepada mereka tempat kediaman di Kanaan, memilih hakim-hakim yang adil untuk memerintah atas mereka, dan menetapkan seorang raja atas permintaan mereka sendiri. Ia mengurapi Saul sebagai raja pertama mereka, yang menjadi teladan yang sangat luar biasa di awal masa pemerintahannya, dan nama raja itu yang dipakai oleh rasul bagi orang-orang bukan Yahudi itu. Sebagai seorang muda ia sangat bangga dengan nama kebesaran itu, Saul,” tetapi ketika ia bertemu dengan Sang Raja, Yesus, ia meneladani kerendahan hati sang Raja itu. Ia mengganti namanya “Saulus” dan menyebut dirinya “Paulus”, yang berarti “yang kecil.”

Sejarah Allah mengkristal di dalam diri Daud, sang raja, yang didapati sebagai kekasih Tuhan sendiri. Ia bertobat dari dosa-dosanya dan mencari kehendak Allah. Melalui dirinya mengalir mazmur-mazmur Roh Kudus dan doa-doa, dimana manusia sudah menjadikannya doa pribadi mereka, selama lebih dari 3000 tahun. Kristus sendiri menegaskan beberapa nubuat yang diucapkan oleh Daud. Namun, orang-orang Yahudi berpikir bahwa janji-janji Allah itu belum digenapi. Mereka selalu bertanya-tanya, “Dimanakah Anak yang dijanjikan akan datang dari keturunan Daud, siapakah sebenarnya Anak Allah yang kekal itu?” Semua orang Yahudi mengenal nubuat yang sangat penting mengenai Mesias yang akan datang ini, yang akan membawa bangsa itu ke dalam kedamaian kekal. Paulus berbicara dalam khotbah singkatnya, menyatakan bahwa Anak Daud, yang juga adalah Anak Allah, sudah datang, dan bahwa Dia adalah Yesus dari Nazaret, Juruselamat dunia. Ia lebih hebat dibandingkan dengan semua Kaisar di Roma, karena Ia adalah Manusia sejati dan Allah sejati, kekal, kudus, dan mulia

Tidak semua kerusakan dapat diperbaiki secara keseluruhan. Tambal-sulam bukan sebuah pilihan. Kesalahan yang muncul sangat fatal sehingga dibutuhkan perubahan radikal. Yang diperlukan bukan hanya koreksi, modifikasi, atau renovasi, melainkan peletakan pondasi. Sebuah awal yang baru sangat dinanti.

Itulah situasi yang dihadapi oleh bangsa Yehuda pada zaman Mikha. Sang nabi melayani sekitar abad ke-8 SM pada zaman Yotam, Ahaz, dan Hizkia (1:1). Pada masa itu kemerosotan moral dan kompromi relijius terjadi di mana-mana. Agama dijadikan alat untuk kepentingan material. Orang-orang kaya dan para penguasa menindas orang-orang miskin. Keadaan hanya sempat membaik sedikit pada zaman Hizkia.

Tidak heran, Mikha berkali-kali menyerukan pertobatan dan penghukuman, baik atas Samaria (1:5-7) maupu Yehuda (1:9-16). Apa yang diberitakan sebagian sudah terjadi. Kedua negara ini sempat dikalahkan oleh bangsa Asyur. Bahkan satu ayat sebelum teks kita hari ini berbicara tentang penghukuman bagi Yehuda: “Sekarang, engkau harus mendirikan tembok bagimu; pagar pengepungan telah mereka dirikan melawan kita; dengan tongkat mereka memukul pipi orang yang memerintah Israel” (4:14). Bangsa Yehuda sedang terdesak da tersudut. Tongkat yang biasanya menjadi simbol kekuasaan, sekarang justru menjadi alat pukulan di tangan musuh.

Pembacaan yang seksama menunjukkan bahwa janji ini sangat berkaitan dengan Daud. Apa yang Allah sudah janjikan kepada Daud – yaitu bahwa keturunannya akan menjadi raja atas umat Allah untuk selamanya (2Sam. 7:12-13) – sedang ditegaskan ulang melalui Mikha. Mazmur 89:35-37 berkata: “Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud:  Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku, seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan”.

Ada beragam keterkaitan dengan Daud yang ditunjukkan dalam teks khotbah malam Natal ini. Pertama, kelahiran sang penguasa (5:1a). Pusat pemerintahan Yehuda (dan Israel) adalah Yerusalem. Sejak jaman Daud sampai pembuangan ke Babel kota ini telah menjadi kebanggaan mereka. Namun, Mikha justru menyinggung tentang Betlehem-Efrata di daerah Yehuda. Mengapa? Karena Betlehem adalah daerah asal Daud (1Sam. 16:1, 4). Betlehem di kemudian hari dikenal sebagai kota Daud (1Sam. 20:6; Luk. 2:4; Yoh. 7:42). Betlehem Efrata sebuah kota kecil di Yehuda, jaraknya kurang lebih 9 km dari Yerusalem ibu kota kerajaan Yehuda. Betlehem memang sebuah kota kecil diantara kota-kota lain di Yehuda pada waktu itu. Karenanya kota ini kurang diperhatikan dan tidak diperhitungkan secara politik, sosial-ekonomi, bahkan Agama.

Kedua, permulaan sang penguasa (5:1b). Frasa “permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” sebaiknya tidak disamakan dengan kekekalan (kontra KJV). Dalam kitab Mikha, frasa seperti ini merujuk pada suatu masa lampau di dalam waktu. Sebagai contoh, Mikha 7:14b berbunyi: “Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala”. Rujukan waktu ini jelas tidak mungkin menunjuk pada kekekalan. Berdasarkan hal ini, frasa “permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” di 5:1 seharusnya ditafsirkan sebagai rujukan pada zaman Daud dahulu. Mikha sedang memikirkan tentang masa keemasan Israel pada sekitar tiga abad sebelumnya.

Ketiga, cakupan kekuasaan (5:1b-2). Sang penguasa yang dijanjikan akan memerintah atas Israel (5:1b). Pemunculan istilah “Israel” di sini cukup menarik. Mikha diutus untuk bangsa Yehuda, bukan Israel. Jadi, istilah “Israel” di ayat ini tidak merujuk pada kerajaan utara, tetapi pada seluruh daerah kekuasaan Daud sebelum kerajaannya pecah menjadi dua pasca kematian Salomo. 

Bukan hanya cakupan kekuasaannya, pemulihan yang dijanjikan juga tidak hanya meliputi bangsa Yehuda. Janji ini juga mencakup bangsa Israel, sebagaimana dikatakan: “lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel”. Dua kerajaan disatukan sekaligus.

Siapakah raja Israel yang berkuasa atas dua negara ini? Daud dan Salomo. Nama terakhir ini tidak diperhitungkan sebab justru karena dia kerajaan terpecah menjadi dua. Jadi, ayat 1-2 jelas mengarah pada Daud.

Keempat, penggembalaan sang penguasa (5:1, 4). Mikha tampaknya sengaja menghindari istilah “raja”. Dia memilih “penguasa” (môšēl, 5:1); suatu istilah yang sangat populer pada masa awal pemerintahan Daud. Pemerintahannya disamakan dengan penggembalaan (5:4). Walaupun raja-raja lain juga digambarkan sebagai gembala umat, gambaran ini paling melekat pada figur Daud. Sebelum dia menjadi raja, dia adalah seorang gembala domba (1Sam. 16:11-13).

Kita tidak tahu secara pasti bagaimana bangsa Yehuda pada waktu itu memahami janji yang diucapkan oleh Mikha. Awalnya mereka pasti tidak langsung mengaitkan janji ini dengan Sang Mesias yang akan datang beberapa abad sesudahnya. Sebagai contoh, rujukan tentang seorang perempuan yang akan melahirkan (5:2a) sangat mungkin dikaitkan dengan nubuat yang diucapkan 30 tahun sebelumnya oleh Yesaya tentang kelahiran seorang anak yang menjadi simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya (Yes. 7:14).

Situasi konkrit mendorong orang-orang Israel untuk melihat jauh ke depan melampaui raja-raja yang sudah ada. Cakupan kekuasaan dari sang penguasa yang dijanjikan bukan hanya kerajaan Israel + Yehuda, melainkan seluruh bumi (5:3b). Bukan hanya itu. Kekuasaannya akan diwarnai dengan kekuatan, keluhuran, dan kedamaian (5:3-4a).

Siapa raja Israel atau Yehuda yang pantas menggenapi janji ini? Tidak ada sama sekali! Dua kerajaan ini bahkan pada akhirnya dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Umat Allah tidak lagi memilik seorang raja.

Lantas, apakah janji Allah terbengkalai? Jelas tidak! Janji ilahi melalui Mikha memang dimaksudkan untuk sebuah masa yang jauh di depan. Melalui berbagai kemelut politik dan keamanan bangsa Yahudi didorong untuk memahami teks ini secara mesianik (bdk. Mat. 2:1-6). TUHAN akan mengutus seorang raja dari keturunan Daud yang akan mengembalikan kejayaan Israel seperti dahulu kala. Sayangnya, tatkala Kristus Yesus datang ke dunia untuk menggenapi janji ini, hati mereka terlalu gelap untuk memandang kepada Kristus. Mereka memilih untuk menantikan seorang mesias secara politik; mesias yang akan meruntuhkan belenggu penjajahan bangsa Romawi. Mereka tidak sadar bahwa Mesias sudah datang. Kristus sudah mematahkan belenggu terberat manusia, yaitu dosa. Kristus sudah mengalahkan musuh terkuat manusia, yaitu maut.

Firman TUHAN di malam Natal Tahun ini memberikan pengharapan yang teguh bagi kita. Apapun keadaan kita sekarang, masih ada harapan di dalam TUHAN. Tidak peduli seberapa kecil kekuatan yang masih tersisa, TUHAN bisa memulai dari sana. Betlehem bukan kota besar, tapi Allah bisa memulai pemulihan dari sana. Nabi Mikha juga berasal dari desa kecil Moresyet di daerah Gat (1:1, 14), tetapi TUHAN bisa menggunakan dia untuk menghiburkan umat-Nya. Daud dahulu juga bukan siapa-siapa. Dia hanya seorang gembala domba. Namun, TUHAN justru memakai dia untuk membawa bangsa Israel pada kejayaan. Sungguh, tidak ada yang mustahil bagi TUHAN. Biarlah di momen-momen penantian Natal ini (minggu-minggu Advent), pengharapan kita kembali disegarkan dan penantian kita dikuatkan.

“Natal menjadi sebuah bukti ada nya pemulihan kehidupan di dalam Yesus Kristus”, hendaknya di malam Natal ini mengantarkan kita untuk memaknai kelahiran Yesus di kota Betlehem memberikan kehidupan umatNya yang dibaharui.

  Pdt Sastrami Tarigan-Rg Jampind

MINGGU 18 DESEMBER 2022, KHOTBAH ROMA 1:1-17 (ADVENT IV)

Invocatio         : "Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: IA inilah Anak Allah"  (Yohanes 1:34)

Bacaan            : Yesaya 7:10-15 (Antiphonal)

Tema               : Anak Allah Yang Berkuasa (Anak Dibata si Erkuasa)


PEMBUKA

Suatu ketika, seorang guru membuat soal yang sederhana buat murid-muridnya. Walau sederhana penyelesaian soal itu memang cukup rumit. Semua murid yang mencoba menjawabnya belum ada yang benar. Kemudian guru memberitahukan jawaban atas soal tersebut. Beberapa murid manggut-manggut setuju, ada yang diam saja karena masih bingung, ada pula yang merasa dirinya benar, menolak jawaban tersebut dan mempertanyakannya.

Kehidupan manusia juga memiliki soal yang tampaknya sederhana, yaitu tentang hidup bersatu dengan Allah. Banyak manusia mencoba menjawabnya, tapi tidak ada yang berhasil. Karena jawabannya hanyalah melalui Kristus. KehadiranNya bagi manusia adalah bagian rancangan Allah agar hubungan manusia denganNya tidak lagi terputus karena keberdosaan.

Namun penyataan Allah tentang Kristus sebagai jawaban, direspon manusia dengan berbagai bentuk. Ada yang percaya dan menerimaNya, ada yang masih bingung, ada yang tidak menanggapi bahkan tidak sedikit yang menolak. Dalam mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat, kita pun harus menyadari keterpanggilan kita untuk menyatakan jawaban itu kepada mereka yang masih bingung bahkan menolaknya.

 ISI

Hal ini juga menjadi kerinduan Paulus yang diungkapkannya dalam surat kepada jemaat Roma. Agar setiap pembaca juga mengenal Injil sebagai jawaban atas segala pergumulan iman. Paulus yang secara langsung belum pernah berkunjung ke Roma, memperkenalkan dirinya sebagai rasul yang adalah hamba Kristus. Hamba adalah panggilan untuk orang suruhan yang rendah, tapi bagi Paulus ini adalah kebanggan tersendiri menjadi hamba Kristus. Karena pada prinsipnya seorang hamba akan taat pada tuannya. Sehingga Paulus menyadari dirinya harus taat sebab dia telah dikuduskan dalam panggilannya untuk memberitakan Injil, tentang rancangan keselamatan dari Allah melalui Kristus (ay 1).

Injil adalah kebenaran tentang Allah, yang telah dijanjikanNya. Melalui para nabi dalam kitab suci, rancangan keselamatan telah disampaikan menunjuk tentang kelahiran dan karya Yesus Kristus (ay 2). Paulus mengungkapkan bahwa Anak Allah yang menjadi Juruselamat itu datang, menurut daging dari keturunan Daud dan menurut Roh, Dialah yang kudus dan berkuasa (ay 3-4).

Kelahiran Yesus yang menurut silsilah datang dari keturunan Daud, menjadi penting bagi orang Yahudi. Karena mereka juga mengenal dan menantikan janji akan kedatangan Juruselamat yang telah dinubuatkan nabi-nabi. Yesus adalah keturunan Daud, yang digambarkan sebagai tunggul Isai, keturunan Yehuda. Kehadiran Mesias yang dijanjikan sangat dinantikan untuk memberi kebebasan seperti kejayaan zaman Raja Daud, terlebih kerinduan semakin besar karena mereka sedang dalam penjajahan Romawi. Sehingga Paulus mengungkapkannya, agar mereka dengan sungguh menerima Yesus sebagai penggenapan dari janji Allah. Yesus yang memberi pembaharuan dan keselamatan, bukan hanya bagi orang Yahudi tetapi secara universal bagi semua orang yang percaya.

Dalam kekudusanNya, Yesus lahir menurut Roh. Seperti yang diungkapkan malaikat kepada Maria, bahwa kuasa Allah yang menaunginya dan IA yang akan lahir adalah kudus, Anak Allah (Bdk Lukas 1:35). Yesus bukanlah manusia yang kemudian dingkat jadi anak Allah, melainkan Yesus adalah inkarnasi Allah sendiri yang datang dalam kekudusanNya. Dia pula yang bangkit dari orang mati, Anak Allah yang berkuasa. Dalam keberdosaan, manusia beroleh maut sebagai upahnya dan hanya Yesus yang mampu memberi kelepasan atas dosa manusia. Sehingga setiap mereka yang percaya beroleh keselamatan. Yesus tidak hanya menggenapi nubuat kedatangan Mesias, namun Dia juga berkuasa menyatakan jalan dan penebusan manusia dari dosa. Karya keselamatan melalui

Yesus adalah kasih Allah yang sempurna.

Oleh sebab itulah Paulus sangat bersyukur dan bersukacita, dapat menerima kasih karunia dalam tugas pemberitaan Injil. Agar setiap orang dapat percaya dan turut taat (ay 5). Bahkan bukan sekedar kehidupan sebagai rasul yang dibanggakan, tapi sebagai bagian dari milik Kristus itu sendiri. semua orang percaya menerima panggilan yang sama. Dilayakkan untuk merasakan dan mewartakan keselamatan sebagai suatu kehormatan dan kebanggan (ay 6).

Dalam segala tantangan yang mungkin juga dihadapi sebagai orang percaya dan memberitakan Injil, Paulus yakin bahwa setiap orang kudus akan diperlengkapi dengan kasih karunia yang senantiasa menyertai. Allah memberi damai sejahtera. Tentunya sejalan dengan kesaksian Paulus sendiri dalam memberitakan Injil sekalipun banyak tantangan dia merasa bersukacita bersama Yesus (ay 7).

Dalam masa-masa mengingat kembali kedatangan Yesus bagi setiap orang percaya, sesuai dengan pemberitaan yang tertulis dalam Yesaya 7:10-15, Yesaya menyatakan bahwa tanda kehadiran Anak Allah akan dinyatakan. Immanuel (Allah beserta kita). Memang pada saat Yesaya memberitakan janji ini, bukanlah dalam situasi aman nyaman, melainkan kritis. Karena Raja Ahas sedang takut dan panik karena akan datangnya penyerangan kepada Yehuda oleh bangsa Siria dan Israel. Kemudian Raja Ahas meminta pertolongan kerajaan Asyur dan menutup hatinya atas tanda yang Allah janjikan. Padahal janji ini dinyatakan sebagai tanda bahwa Allah melawat setiap bangsa dan umatNya yang percaya.

Kata Immanuel menjadi suatu kekuatan bagi kita yang percaya, hingga saat ini, bahwa Allah memberikan penyertaanNya yang telah dan akan diberikanNya dalam kepastian.

 APLIKASI

Di Minggu Advent yang ke IV tentunya setiap umat Kristen masuk dalam minggu-minggu yang penuh sukacita. Karena mempersiapkan hati mengingat kadatangan Yesus dan juga mempersiapkan segala yang diperlukan untuk menampilkan sukacita Natal. Namun makna penantian ini, kerap kali diwarnai dalam tampilan fisiknya saja. Masih banyak dari kita yang menyambut Natal sebagai suatu beban dan kemeriahannya sekedar tradisi. Dikarenakan masih banyaknya rasa enggan percaya, takut dan khawatir menghadapi kehidupan dipenghujung tahun, sehingga makna penantian semakin terasa biasa saja.

Terkadang penyataan bahwa Anak Allah Berkuasa, seperti tema pada minggu ini bahkan kata Imanuel yang sering kali jadi ikon Kekristenan, belum dijiwai sebagai jaminan penyertaan dan kekuatan mengemban tugas pemberitaan. Sehingga masih banyak dijumpai orang-orang sibuk mempersiapkan natal namun di dalam persiapannya pulalah terjadi persoalan, permusuhan bahkan kekecewaan dengan sesama umat Tuhan. Hanya karena rasa ingin menampilkan diri sendiri, bukan memberitakan Yesus yang datang, banyak yang fokusnya bergeser dari kehadiran Yesus menjadi keakuan diri sendiri. Kemudian muncul rasa khawatir, benci, takut, cemas dan tidak merasakan damainya menyambut Kristus di hati.

Hendaklah kita semakin mengerti dan menghayati, tanda yang Allah nyatakan bagi kita melalui Yesus. Mungkin kita tidak dapat melihat secara mata jasmani tentang Yesus, seperti invocatio "Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: IA inilah Anak Allah" (Yohanes 1:34). Tetapi mata iman kita harusnya turut merasakan tentang Yesus sebagai Anak Allah yang menjamin kehidupan kita. Dalam kuasa dan penyertaanNya pun kita dapat memberitakan kesaksian tentang Dia yang terlihat dalam kehidupan beriman. Yakinlah bahwa tidak ada alasan menjadi takut dan khawatir, tentang apapun pergumulan yang mungkin saat ini dan nanti menghampiri, karena di dalam kuasaNya yang telah dinyatakan kita percaya Yesus berkuasa atas segala yang ada. Sehingga berita natal menjadi sukacita yang sungguh dan damai sejatera dapat disaksikan. Amin.

Pdt Deci Kinita Br Sembiring-Rg Studio Alam

MINGGU 11 DESEMBER 2022, YESAYA 12:1-6 (MINGGU ADVENT III)

Invocatio        : Mazmur 67:5

Bacaan 1        : Filipi 2:12-18

Tema              : Bersorak dan Bernyanyilah (Ersurak ras Rendelah)


 

I. Teks Khotbah: Yesaya 12:1-6

Nyanyian syukur atas keselamatan

12:1 Pada waktu itu engkau akan berkata: "Aku mau bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, karena sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau menghibur aku.

12:2 Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku."

12:3 Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.

12:4 Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur!

12:5 Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!

12:6 Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!

II. Pendahuluan

Dalam sebuah acara TV kabel dan Satelit, Discovery Channel, ditayangkan mengenai Teknik pengeboran minyak lepas pantai dengan menggunakan peralatan yang sangat canggih, hingga ke dalam perut bumi guna mengambil contoh bebatuan dan menggali sumber minyak…

Upaya pencarian dilakukan lewat serangkaian ujicoba, survey dan pelacakan melalui alat yang digunakan. Hasilnya penemuan sumber minyak bumi yang kemudian diolah menjadi beberapa sumber energi bagi kebutuhan dan kesejahteraan manusia.

Minyak saja sangat dibutuhkan oleh manusia dan bahkan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia, karena dengan minyak mesin-mesin produksi dapat digerakkan untuk menghasilkan barang-barang industri yang dapat digunakan oleh manusia untuk mempermudah dan memperlancar aktifitas manusia…

Bacaan kita dari kitab Yesaya 12, berisi nyanyian syukur yang diucapkan seseorang yang menderita tetapi kemudian mendapatkan pertolongan dan pembebasan dari Tuhan dan memuji kebesaran Allah.

Allah ingin umatNya yang sedang tinggal di “padang gurun” baik secara fisik maupun spiritual, untuk menemukan “mata air keselamatan” dari-Nya. (Konteks padang gurun adalah kering dan tandus sehingga sangat sulit menemukan oase untuk pelepas dahaga. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh, kandungan air dalam tubuh manusia sekitar 60-70 % dari berat tubuh).

Yesaya menyamakan keselamatan dari Allah dengan mata air yang memancarkan air yang paling menyegarkan. Allah rindu setiap dari kita, melalui pengakuan dosa dan pertobatan, menemukan kesegaran sukacita yang terdapat dalam mata air keselamatan-Nya yang kekal.

III. Penjelasen Teks Khotbah

  1. Yesaya 12 merupakan kidung pujian kepada Allah atas kesetiaan-Nya dalam memenuhi segala janji-Nya, terutama janji keselamatan.
  2. Nabi Yesaya membesarkan hati umat Allah dengan menyampaikan bahwa dari “mata air keselamatan” Allah, mereka akan menerima kesegaran berupa anugerah, kekuatan, dan sukacita Allah (ay.1-3).
  3. Semua itu akan menyegarkan dan menguatkan hati mereka dan mendorong mereka untuk memuji dan mengucap syukur kepada Allah (ay.4-5).
  4. Semua patut bersyukur bagi 'Allah yang Mahakudus', yang tidak hanya bertahta di sorga kemulianNya, melainkan juga tinggal di tengah-tengah umat-Nya.

Ayat 1, Pada waktu itu engkau akan berkata: 'Aku mau bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, Karena sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku: Tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau menghibur aku.

Alasan bagi sukacita adalah 'sungguhpun Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-Mu telah surut dan Engkau menghibur aku.' 'Aku mau bersyukur' , ini merupakan ungkapan alami tentang orang yang sudah menerima pengampunan dan 'penghiburan' dari Tuhan.

Ayat 2, 'Sungguh, Allah itu keselamatanku,' lanjut nabi itu. '< ALLAH itu kekuatanku' Dalam bagian ini, Nabi Yesaya menyatakan dengan tegas bahwa Allah tidak sekedar menyediakan keselamatan dan kekuatan; melainkan juga Ia adalah keselamatan dan kekuatan bagi umatNya. Pengulangan kata 'keselamatan' sebanyak 2 kali, memberi kepastian bagi sifat-sifat orang yang selamat yakni: 'percaya,' 'jangan takut,' 'kekuatan dan mazmurku.'

Ayat 3, 'Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan'.

Air merupakan kiasan keselamatan yang indah bagi mereka yang hidup di tanah yang kering dan tandus seperti Palestina. Pada waktu Hari Raya Pondok Daun umat Allah akan berjalan dari kolam Siloam dan mengisi buyung emas dengan air. Ketika mereka berjalan balik ke bait suci, mereka menyanyikan ayat ini berulang-ulang. Mereka mencurahkan air itu di mezbah sebagai kiasan keselamatan mereka.

Ayat 4, berkata, 'beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa.'

Dalam ayat ini, Nabi Yesaya menyanjung pekerjaan Tuhan yang menakjubkan atas nama Israel. Sebagaimana tugas tunggal tertinggi Israel, demikian juga tugas tunggal tertinggi gereja adalah membuat manusia memuji nama Tuhan atas apa yang IA sudah perbuat dan terus berbuat untuk kita. Yang 'ditinggikan' adalah 'nama-Nya, bukan nama kita.

Ayat 5, 'Perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!' '

Ini merupakan isi bagi berita yang disampaikan oleh pengabar sukacita yang sejati yakni pelbagai perbuatan yang sangat berkuasa dari Allah. Siapakah pengabar sukacita itu? Umat Allah dan gereja pada masa kini.

Ayat 6, berkata, 'Berserulah dan bersorak-sorailah (karena sukacita), < sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!"

Umat manusia harus percaya kepada Allah 'Yang Kudus.' Ia tidak dapat dimanipulasi seperti berhala kaum penyembah berhala. Ia bukan kekuatan tanpa pribadi, yang tidak peduli terhadap pelbagai kenyataan kehidupan.

(Jadi, posisi orang yang mengalami sukacita yang diungkapkan lewat seruan dan sorak sorai lebih kecil dibandingkan dengan Allah Yang MahaKudus. Karena itu, hendaklah suka cita kita, kita persembahkan dengan benar demi hormat dan kemuliaan Tuhan)

Dari penjelasan di atas, Yesaya menegaskan empat respon orang yang mengalami keselamatan dari Allah.:

(1) Mereka akan bersyukur kepada Tuhan atas keselamatan mereka dari dosa,

(2) Mereka akan percaya kepada Dia,

(3) Mereka akan bersukacita di dalam Dia, dan

(4) Mereka akan memberitakan kepada bangsa-bangsa perbuatan-Nya yang luar biasa bagi keselamatan.

Khotbah :

Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Setiap kali ketika kita menerima Berita sukacita (good news), entah itu berupa kelahiran seorang bayi/cucu, hadiah ulang tahun, menang undian dari bank, bea siswa, atau sembuh dari sakit penyakit, lepas dari musibah dll, tidak mungkin kita simpan dalam hati dan nikmati sendiri. Melainkan kita akan meluapkannya dengan kegirangan, apakah melalui media sosial atau lewat perkataan dan perbuatan.

Sukacita itu akan menjadi luapan pujian dan syukur tak terbendung yang akan mendorong kita untuk menaikkan pujian kepada Tuhan.

Perasaan itulah yang sedang dialami oleh bangsa Israel.

Bangsa Israel melantunkan puji-pujian kemuliaan (doksologi) bagi Allah oleh karena Allah telah melakukan perbuatan yang besar bagi umatNya.

Doksologi ini dapat kita bagi kedalam tiga bagian.

Bagian pertama adalah sebuah pujian dan syukur yang lebih bersifat eksklusif, terbatas dalam kalangan umat Allah (ayat 1-3).

  • Puji-pujian dan syukur dinaikkan karena meskipun Allah telah menumpahkan murka-Nya, tetapi Allah juga adalah Allah yang menyelamatkan dan menghibur umat-Nya.

Murka Allah tidak dimaksudkan hanya untuk menghukum, melainkan untuk mendisiplinkan umatNya dalam kasih. Puji- pujian dan syukur dinaikkan meskipun hukuman tetap diberikan. (Ini adalah sebuah sikap yang indah ketika seseorang menyadari bahwa Allah tetap adalah Allah yang baik meskipun Ia memberikan hukuman yang seharusnya diberikan sebagai akibat dosa manusia)

Murka Allah tidak berlangsung untuk selamanya. Umat Allah dapat percaya dan berharap kepada-Nya serta menyerahkan segala rasa takut mereka.

  • Allah yang begitu baik telah mengundang umat-Nya untuk meminum air dari sumur keselamatan, Allah memberikan anugerah-Nya secara cuma-Cuma. Allah kini dilihat sebagai satu-satunya kekuatan, pengharapan dan keselamatan.

Bagian kedua adalah pujian dan syukur yang lebih inklusif, Nabi mengajak bangsa- bangsa lain untuk mengenal Tuhan yang begitu baik (ayat 4-5).

  • Ini adalah respons yang sangat wajar. Ketika seseorang memiliki Allah yang begitu baik, adil dan Maha Kuasa, dan telah menerima keselamatan secara cuma-cuma, maka tidak ada hal lain yang lebih alamiah daripada mengajak semua orang untuk mengenal Dia! Sehingga mereka pun beroleh kebaikan, keadilan dan keselamatan dari Tuhan.
  • Keselamatan total bagi orang percaya bukan hanya sebuah mimpi tanpa jaminan. Allah pasti akan mewujudkan janji-Nya.

Bagian Ketiga, pujian dan syukur bagi Allah yang transenden sekaligus imanen (6).

- Allah yang kita puji dan sembah adalah 'Allah yang Mahakudus' yang berada di Tahta Maha Kudus, sekaligus IA juga adalah Allah yang agung yang tinggal di tengah-tengah kehidupan umat-Nya. (Penggenapan nubuatan Sang Imanuel diwujudkan dalam diri Mesias Yesus Kristus). 

V. Aplikasi

1. Manusia ditengah-tengah kehidupannya akan terus berupaya agar kehidupannya senantiasa aman, nyaman, tenang, damai dan sukacita dan sesudah mati masuk surga.

Nggak ada yang salah dengan hal ini.

Akan tetapi dalam upaya mencapai semua itu, ternyata tidak cukup jika ukuran

yang kita pakai adalah ukuran dunia.

Keamanan, kenyamanan, ketenangan, kedamaian dan sukacita dan kelak masuk surga

harus berdasarkan rasa syukur kepada Tuhan atas karya keselamatan yang telah dan

sedang dikerjakanNya bagi kita, percaya kepadaNya, bersukacita di dalam Dia, dan

bersedia memberitakan kepada bangsa-bangsa perbuatan-Nya yang luar biasa bagi

keselamatan manusia. Sehingga apa yang dikatakan dalam invocation, Mazmur 67:5 tergenapi: “Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.”

2. Belajar dari ungkapan pujian dan syukur Israel, pemberitaan kebaikan Tuhan justru dilakukan melalui hidup yang penuh kegembiraan. Namun, bukan berarti penderitaan tidak pernah mendera kita. Penderitaan dipakai Tuhan sebagai sarana untuk melatih kita sehingga semakin tahan uji (Ilustrasi: Perlunya simulasi kebakaran di sekolah. Dengan adanya simulasi memudahkan warga sekolah menghadapi jika kebakaran benar-benar terjadi: kemana harus berlari, meminta bantuan, mencari air untuk melakukan pemadaman dsb).

Sebaliknya di tengah derita yang dialami, kita masih mampu bergembira karena Tuhan menyertai dan mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera-Nya dalam kehidupan umat-Nya. Segala sesuatu indah pada waktunya.

3. Bersyukurlah untuk kasih dan keadilan-Nya, perbuatan-Nya yang ajaib serta kekudusan dan penyertaan Allah dalam hidup kita. Berbahagialah kita yang telah menerima kemurahan Tuhan melalui karya keselamatan. Sebagaimana bacaan kita dari Kitab Filipi 2:12-18, berisi tentang seruan bagi orang percaya untuk tetap mengerjakan keselamatan yang Tuhan nyatakan bagi kita dengan takut dan gentar dan tetap berpegang pada firman kehidupan.

4. Tema kita Minggu ini: Bersorak dan Bernyanyilah (Ersurak ras Rendelah)

Tema ini mengajak kita agar kita terus mengumandangkan nyanyian dan sorak sorai bagi Tuhan (doxologi) atas segala sesuatu yang telah dilakukanNya bagi kebaikan kita umatNya.

Dengan bersorak dan bernyanyi, menjadikan kita pribadi yang bersyukur.

a. Bersyukur membuat kita melihat karya keselamatan yang telah dikerjakan Tuhan Yesus dalam hidup kita.

b. Bersyukur memampukan kita untuk menjalani hidup dengan kualitas iman yang selalu mengandalkan Tuhan Yesus karena kita percaya Dia ada bersama dengan kita di setiap musim kehidupan kita.

c. Bersyukur menjadikan kita tetap aktif menjalani hidup di tengah situasi, karena kita menyadari bahwa hidup yang kita jalani sampai saat ini adalah anugerah Tuhan Yesus yang kita terima dan bukan hasil usaha kita sebagai manusia yang terbatas sehingga kita menerimanya dan membagikan hidup itu bagi keluarga dan sesama kita.

5. Kesimpulan

  1. Jadikan Tuhan dan firmanNya sebagai kekuatan, penghiburan dan keselamatan bagi kita
  2. Penderitaan bagi orang percaya akan selalui ada, Jadikan Tuhan dan firmanNya sebagai air sejuk yang menghapus air mata.
  3. Pujian dan syukur atas kebaikan Tuhan akan menjadi kesaksian bagi segala bangsa.
  4. Bersorak dan bernyanyilah bagi Tuhan, sebab IA baik dalam segala keputusanNya.

Pdt Philipus Tarigan - GBKP Runggun Cililitan

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD