MINGGU 12 MARET 203, KHOTBAH MARKUS 10:35-45

Invocatio : Mazmur 141 :8

Bacaan : Bilangan 21 :4-9

Khotbah : Markus 10:35-45

Tema : Ngasup Ngaloken Kiniseran (Sanggup menerima penderitaan)

Pendahuluan

Setiap orang jika ditanya mana lebih memilih hidup dalam kesenangan atau penderitaan maka tidak ada yang mau dan rela menderita. Apa lagi ditawarkan tempat kehormatan atau sesuatu yang berharga faktanya banyak orang memilih kehormatan dan sesuatu yang berharga dan bermartabat. Tiada yang mau memilih untuk menderita. Pengertian Penderitaan dari kata menderita artinya menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan (sumber :KBBI). Namun tema kotbah mengajak kita semua pendengar untuk sanggup menerima penderitaan karena bagaimanapun dunia ini tidak selamanya menawarkan kesenangan/kebahagiaan.

Penjelasan Teks

  • Markus 10:35-45

Dalam nas ini, Tuhan Yesus ingin mengajar kita, bagaimana sebenarnya kita menjaga harga diri kita sebagai manusia ciptaan Tuhan. Kehormatan seperti apa sebenarnya yang mau kita kejar, dan bagaimana cara untuk mencapainya. Sebagaimana anak-anak Zebedeus yang mencoba meminta kehormatan kepada Yesus dari kuasaNya.

Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu”.

Sebelum teks ini telah dikatakan Yesus maka akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dan mereka akan menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Ia akan diolok-olok, diludahi, dicambuk dan dibunuh tetapi sesudah tiga hari ia akan bangkit. ( Mark. 10 :33-34). Artinya, Yesus telah mengabarkan penderitaannya bahkan akan dibunuh. Tetapi dalam alam pikiran mereka bahwa tuhan Yesus akan datang dan akan mendirikan kerajaanNya sehingga sebagai muris-murid yang dikasihi tentu ingin dekat dengan guruNya dan mendapatkan tempat. Sehingga mereka meminta duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus. Kata "kanan" sering digunakan oleh orang-orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan/ kekuatan (Mazmur 118:16).  "Duduk di sebelah kanan Allah" dalam ayat-ayat diatas adalah lambang dari kekuasaan Yesus Sang Mesias sebagai pemegang otoritas keallahan sejati. Dalam Firman Tuhan hari ini memang Yohanes dan Yakobus tidak meminta menggantikan posisi Sang Guru, tetapi meminta posisi di sebelah kanan dan di sebelah kiri yang bermakna memiliki otoritas yang lebih dari yang lain. Tentu hal ini membuat murid-murid yang lain menjadi marah, seolah-olah mereka tidak mempunyai tempat atau posisi yang sama dengan kedua murid itu.

Dari permintaan ini, kita dapat menemukan beberapa jawaban Tuhan Yesus:

“Kamu tidak tahu apa yang kamu minta”

Apa yang mereka minta sebenarnya adalah atas dasar ketidaktahuan maksud dan tujuan kehadiran mereka bersama-sama dengan Yesus. Tujuan permintaan mereka adalah atas dasar keinginan duniawi, sebab kedatangan Yesus bukanlah bukan untuk membagi-bagikan tempat terhormat, justru harus ikut dalam penderitaan dan kesengsaraanNya. Namun walaupun demikian, Yesus tidak langsung begitu saja menyalahkan permintaan mereka, sebab tempat kemuliaan yang mereka minta tidak sama dengan tempat kemuliaan yang kekal yang hendak diberikan oleh Tuhan.

“Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan”

Mau menerima tempat yang mulia? Tuhan Yesus melalui jawabanNya memberikan indikasi bahwa tempat kemuliaan itu “ada” dan akan “diberikan”. Tetapi hanya disediakan kepada siapa yang berhak menerimanya.

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu”

Cara untuk mencapai kemuliaan yang berasal dari Tuhan tentunya bukan aturan main secara duniawi, namun cara main yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Jika ingin menjadi yang terbesar harus dapat menjadi pelayan dan hamba untuk semuanya. Menjadi pelayan/ hamba bukan sesuatu yang menyenangkan dan tidak dalam posisi kemuliaan tetapi itulah yang di ajarkan Yesus untuk sanggup dan rela menderita dan berkorban bagi kebaikan orang lain.

  • Bilangan 21:4-9

Dalam Teks Bacaan kita juga dituliskan bagaimana Bangsa Israel dalam perjalanan dari tanah Mesir menuju Kanaan Tantangan demi tantangan harus dihadapi bangsa Israel. Mereka harus berhadapan dengan raja negeri Arad. Awalnya mereka kalah, namun karena penyertaan dan kesetiaan Tuhan, bangsa Israel berhasil mengalahkan musuhnya.

Melihat hal ini, sudah selayaknya bangsa Israel semakin percaya kepada Tuhan. Hal yang terjadi justru sebaliknya. Mereka kembali mengeluh dan melawan Tuhan dan Musa, seolah-olah Tuhan sama sekali tidak memperhatikan dan menyertai mereka (4-5). Sungut-sungut mereka membuat Allah murka dan Ia mengirim ular-ular beracun untuk membinasakan umat-Nya sehingga banyak yang mati (6). Tuhan membuat bangsa Israel bertekuk lutut dan mengakui keberdosaan mereka. Melalui Musa, mereka memohon agar ular-ular tersebut dijauhkan dari mereka. Maka, datanglah bangsa itu kepada Musa dan berkata, “Kami telah berdosa sebab kami berkata-kata melawan ALLAH dan engkau. Berdoalah kepada ALLAH supaya Ia menjauhkan ular-ular ini dari kami.” Lalu, Musa berdoa bagi bangsa itu (ayat 7). Maka Tuhan memberikan solusi terhadap penderitaan mereka dengan membuat : Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ”Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” (ayat 8) 

  • Invocatio : Mazmur 141 : 8

Tetapi kepada-Mulah, ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju; pada-Mulah aku berlindung, jangan campakkan aku!

(NIV: But my eyes are fixed on you, Sovereign Lord; in you I take refuge—do not give me over to death. NKJV : But my eyes are upon You, O GOD the Lord; In You I take refuge; Do not leave my soul destitute)

Tapi mataku tertuju padamu, Tuhan Yang Berdaulat; pada-Mu aku berlindung—jangan serahkan aku pada kematian. NKJV : Tetapi mataku tertuju kepada-Mu, ya TUHAN, Tuhan; Pada-Mu aku berlindung; Jangan biarkan jiwaku melarat.

Penutup

Seperti pendahuluan tadi sudah di sebutkan bahwa setiap orang jika ditanyakan apakah mau menderita anak kecil juga tidak mau. Namun kenyataan dan fatanya manusia mengalami banyak penderitaan di dunia ini. Ingin sehat, bahagia, usaha lancar, karier meningkat, dan banyak hal-hal yang nikmat, itu yang ada dalam pikiran kita. Tidak pernah sedikitpun diantara kita yang membayangkan untuk hidup dalam kekurangan, sakit penyakit, atau usaha yang gagal.  Tapi apakah kehidupan senantiasa berjalan seperti yang kita harapkan? Kita impikan?

Terkadang hidup berjalan tidak seperti yang kita harapkan. Usaha sepi, sakit datang silih berganti, rumah tangga mengalami Konflik, anak hidup bebas dan tidak terkendali, musibah menimpa, dan aneka masalah yang terus mendera.

Jadi bagaimana sikap kita?

  1. Kita rela dan sanggup menghadapi penderitaan di dunia ini. Tidak lari dari masalah namun menghadapinya seperti Kristus menghadapi penderitaan dan kematianNya. Pada akhirnya Dia mendapat Pujian dan Kemuliaan
  2. Sadari bahwa kita manusia berdosa dan terbatas kekuatan kita (Dari Bacaan kita betapa bangsa Israel rapuh dan berdosa). Sehingga kita butuh sang Penolong sebagai kekuatan dan perlindungan kita yaitu Yesus Kristus. Mata kita fokus/tertuju pada Tuhan (Maz. 141:8). Dialah tempat perlindungan dan memohon keselamatan kita. Dia menjamin dengan kematian dan kebangkitanNya kita sudah diberi keselamatan dan pengampunan. Dengan demikian kita tidak lagi berdoa memohon perantara namun dapat secara langsung memohon kepadanya. Tuhan mengirim Roh Kudus yang menyertai sebagai kekuatan dan penghiburan kita.
  3. Dengan adanya penderitaan maka kita mengakui bahwa Tuhan berdaulat (Dia Pencipta) dan Maha Kuasa akan memberi jalan keluar. Hanya kita butuh iman, ketaatan, kesabaran dan mau menjadi rendah hati ( seperti seorang hamba ) menati jawaban Tuhan. Bukan dengan mengeluh dan sungut-sungut tetapi dengan doa dan ucapan syukur (Filipi 4:6 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. Kerjakan bagian/hidup kita maka Tuhan Juga mengerjakan bagianNya
  4. Rela menjadi pelayan dan melayani Tuhan serta sesama. Karena anugerah kasih Tuhan Yesus dan penyertaanNya didalam hidup kita. (seusai Tema Sasaran Program GBKP 2023 JeMPAP: Jemaat Menjadi Pelaku Aktif Pelayanan)

 

Pdt. Rosliana br Sinulingga-Runggun Bumi Anggrek

MINGGU 05 MARET 2023, KHOTBAH LUKAS 18:31-34

Invocatio: “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu,  ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. (Masmur 25:6).

Ogen: Yunus 2:1-7

Khotbah: Lukas 18:31-34

Tema: TEGUHKAN HATI MENGHADAPI PENDERITAAN

 

I. KATA PENARUH

Jemaat Tuhan yang dikasihi Tuhan, Pandangan Etika Kristen mengatakan bahwa, pendangan kita terhadap sesuatu menentukan sikap kita terhadap sesuatu itu. Demikian juga halnya bahwa pengenalan kita akan Tuhan menentukan sikap kita terhadap Tuhan itu sendiri. Sama seperti seorang anak kecil, anak kecil tidak akan pernah takut mengikuti orang tua mereka ke manapun orang tua mereka pergi sekalipun melewati jurang yang dalam, jalan yang berduri dan bahkan semakin dilarang orang tua mereka, mereka semakin berkeras untuk ikut. Hal ini dilakukan mereka karena mereka sangat percaya kepada orang tua mereka bahwa orang tua mereka pasti akan menjaga dan melindungi mereka dari bahaya.

II. PENDALAMAN TEKS

Jemaat Tuhan yang dikasihi Tuhan, nas khotbah ini menceritakan tentang bagaimana Kristus memberitahu murid-murid-Nya mengenai penderitaan-penderitaan dan kematian-Nya yang semakin mendekat, dan kemuliaan yang akan menyertainya. Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus menyatakan bahwa Ia akan mengalami penderitaan dan maut (32). Tetapi tidak untuk selamanya Ia mati karena Ia akan bangkit pada hari ketiga (33). Semua yang terjadi itu sesungguhnya sudah dinubuatkan oleh para nabi pada zaman purba, dan digenapi pada masa itu (31). Ia sendiri sudah melihat dan mengetahui dengan pasti jauh-jauh hari sebelumnya sehingga Ia menganggap bahwa Ia perlu memperingatkan mereka agar murid-murid-Nya tidak terlalu terkejut dan takut akan hal-hal yang akan menimpa-Nya itu. Dalam hal ini dikatakan bahwa penderitaan Kristus sebagai memenuhi nubuat nabi-nabi. Atau dengan kata lain penderitaan-penderitaan yang harus dijalani-Nya, akan digenapi. Yesus mengatakan bahwa:

  1. Yesus akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
  2. Yesus akan diolok-olok.
  3. Yesus akan dihina.
  4. Yesus akan diludahi.
  5. Yesus akan disesah.
  6. Yesus akan dibunuh.
  7. Akan tetapi Yesus akan bangkit pada hari yang ketiga.

Penghinaan dan pelecehan yang dilakukan terhadap Kristus dalam penderitaan-penderitaan-Nya sangat ditekankan di sini yang disebut dalam Bahasa Yunani hybristhēsetai artinya Ia akan dimaki-maki dan dihina, segala cercaan akan ditimpakan kepada-Nya. Ini adalah bagian dari penderitaan-Nya, yang melaluinya secara rohani Ia akan memenuhi keadilan yang disyaratkan Allah atas pelanggaran yang telah kita lakukan terhadap Dia melalui dosa kita. Dosa ini menyinggung kehormatan-Nya. Satu contoh khusus dari penghinaan yang dilakukan terhadap diri-Nya adalah bahwa Ia akan diludahi, yang secara khusus pula telah dinubuatkan sebelumnya (Yes. 50:6). Namun di sini, seperti biasanya, ketika Kristus berbicara mengenai penderitaan dan kematian-Nya, Ia menubuatkan kebangkitan-Nya, yang meniadakan ketakutan dan cela dari penderitaan-Nya bahwa pada hari ketiga Ia akan bangkit dari kematian.

Namun demikian murid-murid-Nya menjadi bingung oleh karenanya. Hal ini sungguh bertolak belakang dengan apa yang mereka pikirkan mengenai Mesias dan kerajaan-Nya dan sungguh mematahkan harapan atas Guru mereka, meruntuhkan semua perkiraan mereka, sehingga mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu (ay. 34). Mereka sudah sangat kuat terikat dengan segala prasangka mereka sehingga mereka tidak mau memahaminya secara harfiah, dan mereka juga tidak dapat memahaminya dengan cara lain, dan karena itu mereka tidak mengerti semuanya sama sekali. Semuanya pasti menjadi misteri dan teka-teki bagi mereka karena bagi mereka, rasanya mustahil untuk menyesuaikan pikiran mereka dengan kemuliaan dan kehormatan Mesias serta maksud tujuan pendirian kerajaan-Nya. Perkataan ini tersembunyi bagi mereka dan sulit dipercaya kebenarannya serta tidak dapat mereka diterima karena dalam benak mereka, Yesus akan tampil sebagai Mesias yang mendirikan kerajaan-Nya di bumi ini dan mengalahkan musuh bangsa Yahudi. Mereka tidak mampu melihat bahwa kemesiasan Yesus dinyatakan melalui penderitaan dan penyaliban-Nya.

Menurut pandangan mereka, mereka telah membaca Perjanjian Lama berulang kali, tetapi mereka tidak pernah menemukan apa pun yang akan digenapi dalam rupa penghinaan dan kematian Mesias ini. Perhatian mereka begitu terpaku dengan nubuat-nubuat yang berbicara mengenai kemuliaan-Nya sampai mereka mengabaikan nubuat-nubuat yang menyinggung mengenai penderitaan-Nya. Padahal hal inilah yang seharusnya lebih ditekankan oleh para ahli Taurat dan ahli-ahli hukum Taurat kepada mereka untuk diperhatikan dan yang seharusnya dimasukkan dalam dasar-dasar kepercayaan dan ajaran mereka, seperti halnya hal-hal yang lain. Akan tetapi, hal ini tidak sesuai dengan rancangan mereka, sehingga mereka mengabaikannya. Mereka hanya ingin mendengar yang hal-hal yang manis-manis saja dan tidak mau mendengar kebenaran. Seperti yang dikatakan Nabi Yesaya sebelumnya, “Sebab mereka adalah bangsa pemberontak, anak-anak yang enggan mendengar pengajaran Tuhan, yang mengatakan kepada para tukang tilik, “Jangan menilik” dan kepada pelihat, “janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis” (Yes. 30:10). Hal inilah yang membuat murid-murid sulit untuk mengerti akan penderitaan yang sampaikan Yesus kepada murid-muridnya.

Akan tetapi beda dengan Yunus dalam memahami dan menghadapi penderitaan. Yunus mengetahui kepada siapa dia harus berdoa. Yunus selalu mengenal Allah yang sejati. Dia tahu kepedulian Allah atas manusia, tetapi toh dia melarikan diri, akan tetapi ketika dia dalam kesulitan, pemahaman yang sama mengenai kasih Tuhan inilah yang memimpin dia kembali kepada Allah. Di dalam perut ikan sekalipun, ternyata ia masih hidup lalu berseru kepada Tuhan. Sekalipun ia merasa bahwa dirinya secara praktis sudah mati (ayat Yun 2:6), Tuhan mendengar doanya dan menyelamatkan nyawanya.

III. APLIKASI

Tema kita hari ini adalah TEGUHKAN HATI MENGHADAPI PENDERITAAN. Dalam KBBI teguh artinya kukuh kuat, erat kuat, kuat berpegang, tetap tidak berubah. Dengan kata lain tema ini mau mengajarkan kepada kita agar kita tidak pernah merubah hati kita untuk tetap mengandalkan Tuhan dalam menghadapi penderitaan kita, melainkan tetap kuat berpegang kepada Tuhan sekalipun banyak tantangan atau penderitaan yang kita hadapi.

Jemaat Tuhan yang dikasihi Tuhan pengenalan murid-murid Yesus yang dangkal akan Tuhan Yesus membuat mereka tidak dapat memahami arti penderitaan yang akan dihadapi Yesus. Bagi murid-murid, Yesus yang akan tampil sebagai Mesias yang mendirikan kerajaan-Nya di bumi ini dan mengalahkan musuh bangsa Yahudi sehingga sulit bagi mereka untuk memahami bahwa Yesus akan mengalami penderitaan apa lagi kematian. Para murid sudah lama bersama-sama dengan Tuhan Yesus, bahkan mereka banyak memperoleh pelajaran berharga dari apa yang Yesus perbuat dan ajarkan. Namun, mereka tetap tinggal 'buta' terhadap misi Tuhan Yesus. Bahkan, Lukas 9:45 menyebutkan, mereka tidak mengerti namun tidak berani bertanya. Jadi, mereka menyadari mereka 'buta' tetapi tidak berani meminta supaya Yesus 'mencelikkan' mata rohani mereka!

Oleh sebab itu melalui firman Tuhan hari ini hendaknyalah kita senantiasa mau berusaha mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh sehingga kita akan mampu meneguhkan hati kita dalam menghadapi penderitaan kita karena kita tahu dan mengenal bahwa Allah memiliki rancangan yang lebih indah buat kita sekalipun saat ini kita masih menderita. Sebagai orang percaya, hendaknya kita tidak pernah berputus asa dalam situasi yang sangat buruk sekalipun. Seperti Yunus, kita juga harus berseru kepada Allah memohon kemurahan dan pertolongan-Nya serta menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya. Sekalipun saat ini kita diperhadapkan dengan gelapnya jalan hidup yang harus kita hadapi, sekalipun saat ini seakan-akan semua jalan sudah tertutup dan sekalipun kita merasa kita sudah seperti terkepung karena beratnya persoalan hidup kita, akan tetapi jangan pernah berhenti berseru memohon pertolongan Tuhan agar Tuhan menolong dan membebaskan kita dari penderitaan kita.

Sama seperti yang disampaikan dalam Invocatio kita Masmur 25:6 bahwa Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah. Pemasmur mengarahkan seluruh perhatiannya kepada Tuhan, ia mempercayakan dirinya kepada Tuhan, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Tuhan  agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat 4-5). Demikian juga dengan kita, hendaknya kita juga senantiasa yakin dan percaya bahwa kasih setia Tuhan akan selalu menyertai dan menolong kita menghadapi penderitaan kita. Amin.

MINGGU 26 FEBRUARI 2023, KHOTBAH LUKLAS 9:43b-45

(MINGGU INVOCAVIT: Berserulah kepadaKu/Erlebuh ia ku Aku)

Invocatio : “Dan barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan Tuhan; dan setiap orang yang dipanggil Tuhan akan termasuk orang-orang yang terlepas” (Yoel 2:32)

Bacaan : 2 Raja-Raja 20:1-6

Khotbah : Lukas 9:43b-45

Tema : “Yesus Memberitahukan Tentang KematianNya/Ituriken Jesus Kerna KematenNa”

 

 

 

I. PENDAHULUAN

Kita akan memasuki minggu sengsara II (Passion II) yang dinamai dengan Minggu Invocavit. Invocavit artinya “Berserulah kepadaKu” diambil dari Mazmur 91:15a “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab”. Tuhan setia mendengar seruan kita, Tuhan tidak pernah menutup telingaNya terhadap doa-doa kita. Ketika kita merenungkan derita dan sengsara Kristus, patutlah kita menyadari betapa berdosanya kita dan betapa besarnya kasih Tuhan bagi kita.

Bila kita memanggil Dia ketika kita mengalami kesesakan maka Dia akan menyertai kita, dan Dia akan meluputkan kita dari kesesakan itu. Dengan nama Invocavit diperlihatkan betapa Tuhan mengasihi umat yang percaya kepadaNya. Minggu Invocavit mengingatkan bahwa Tuhan pasti mendengar seruan orang yang meminta pertolonganNya. Dengan perkataan lain, nama minggu ini mengingatkan supaya kita percaya menyampaikan masalah kita kepadaNya, karena Dia pasti menjawab. Tuhan adalah sahabat yang senantiasa siap menemani kita ketika kita dihadang masalah dan penderitaan berat. Seberat apapun masalah yang kita hadapi, Dia mampu menolong kita.

Dalam keadaan menderita atau mengalami pergumulan berat manusia cenderung melupakan Allah dan menyalahkan Allah sebagai bentuk kekecewaannya. Tuhan mengijinkan semua itu terjadi karena Tuhan ingin mendidik kita menjadi pribadi yang kuat dan bertumbuh dalam iman karena sesungguhnya dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi nyata. Karena permasalahan yang kita alami seringkali kita lupa akan kebaikan dan berkat serta kasih yang Tuhan curahkan kepada kita. Kita hanya sibuk dengan pemikiran egois kita yang tidak beralasan. Kita terus mengeluh namun kita tidak mau menyerahkannya kepada Tuhan. Padahal saat kita berseru kepadaNya Tuhan pasti akan mendengar dan menjawab seruan kita.

 II. RENUNGAN

Nas khotbah kita ini menceritakan ketika Yesus yang sedang berbicara kepada para murid-Nya mengenai keadaan hidup-Nya yang akan terjadi. Yesus dengan jelas menegaskan bahwa: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”. Dari perkataan-Nya tersebut, Yesus bermaksud untuk menjelaskan bahwa diri-Nya sebagai anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Ia akan mengalami penderitaan sebagai bentuk ketaatan-Nya pada Bapa. Namun nampaknya, para murid tidak paham akan maksud dari perkataan Yesus sendiri.

Yesus Juruselamat kita adalah Allah yang telah menjadi manusia, di dalam Filipi 2:7 disebutkan bahwa Yesus telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Yesus adalah Allah tetapi juga manusia, namun Yesus bukanlah pribadi setengah Allah dan setengah manusia. Yesus benar-benar Allah: 100 % Allah sekaligus 100 % manusia. Kristologi Yesus sebagai Allah dan manusia hanya dapat dipahami dengan iman dan bukan logika. Dalam kesaksian kitab-kitab injil, Yesus sendiri menyebut diriNya ‘Anak Manusia’.

Dalam Lukas 9:44b dikatakan “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”, untuk kedua kalinya Yesus memberitahukan tentang tujuan kedatanganNya sebagai manusia bahwa Ia akan mengalami penderitaan bahkan dibunuh namun akan dibangkitkan pada hari ketiga. Yesus menyebut dirinya sebagai Anak manusia, Dia menghubungkan identitasNya sebagai Anak manusia dengan misi penebusanNya yang digenapi melalui penderitaan. Yesus mengalami sengsara dan derita yang sangat menyakitkan secara manusia. “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”, pernyataan Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus tahu bahwa apa yang akan terjadi dan Ia sendiri rela untuk menghadapi kematianNya. Yesus bisa saja menolak penyaliban dengan kekuatan dan kuasaNya, namun Ia taat sampai mati sebab Ia adalah Anak manusia yang menanggung dosa umat manusia.

Lantas apa respon para murid atas pemberitahuan Yesus tentang penderitaanNya ini? Dalam kesaksian Lukas, para murid tidak mengerti dan mereka tidak berani mananyakan arti perkataan Yesus. Sedangkan menurut kesaksian Matius, hati para murid menjadi sedih sekali. Setelah sekian lama bersama Yesus ternyata tidak menjadi jaminan bahwa para murid memiliki iman yang bertumbuh. Para murid memang selalu mendengar pengajaran Yesus, mereka sering menyaksikan mujizat yang dilakukan Yesus. Tapi mereka belum beroleh pengertian dan pemahaman mengenai misi Yesus di tengah dunia.

Mereka tidak mengerti karena bagi mereka Yesus adalah Raja yang penuh kuasa karena mampu melakukan banyak mukjizat. Para murid mungkin berpikiran bahwa Yesus adalah calon raja penguasa Israel yang akan mengembalikan masa keemasan Israel seperti pada zaman Daud. Jadi, menurut mereka, tidak mungkin Yesus akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Yesus tahu isi hati murid-Nya. Ia pun membangunkan mereka dari mimpi tentang kerajaan duniawi. Harapan akan kerajaan duniawi membuat mereka tidak memahami maksud perkataan Yesus. Pengharapan yang salah itulah yang membutakan pikiran mereka. Pengharapan sejati pengikut Yesus adalah kehidupan kekal di surga. Untuk itu, mari kita terus belajar memahami maksud Tuhan dengan mendengarkan firman-Nya. Firman inilah yang akan membentuk pengharapan sehingga kita tidak lagi salah menilai tentang maksud dan tujuan Tuhan bagi kita.

Dalam hidup ini, kita pun juga seringkali dihadapkan dengan situasi seperti para murid. Kita bisa bilang dan berkata bahwa kita adalah pengikut Kristus, tapi kita seringkali tidak paham akan apa yang menjadi rencana dan kehendak-Nya. Apa yang menjadi maksud Tuhan seringkali kurang kita tanggapi dan tangkap dengan sungguh. Di sini, kita juga bisa melihat bahwa untuk sampai pada sebuah pemahaman dan pengertian yang dalam itu tidak serta merta mudah terlaksana. Ini juga menandakan bahwa hidup itu merupakan sebuah misteri, sulit untuk dimengerti dengan nalar kita. Misteri ini nyata hadir, melalui dan dialami Yesus. Bapa memiliki rencana keselamatan yang tertuang semua dalam diri Kristus yang akhirnya mati di salib dan bangkit.

Untuk itu mari kita pupuk iman dan pemahaman yang mendalam akan Yesus dalam hidup, agar kita semakin mantap dan menerima segala yang ada dalam hidup dengan sungguh. Yesus yang merupakan anak manusia diserahkan ke dalam tangan manusia melalui penderitaan dan bangkit. Maka, mari kita setia ikuti-Nya dengan sungguh-sungguh agar semakin dalam pula mengenal-Nya.

Dalam bacaan pertama kita yang diambil dari 2 Raja-raja 20:1-6, disampaikan mengenai Raja Hizkia. Ketika Hizkia mendengar dari Yesaya bahwa ia tidak akan sembuh dan akan meninggal, maka "menagislah Hizkia" (3). Mendengar doa dan tangisan Hizkia, Tuhan pun berbelas kasihan dan memperpanjang usia Hizkia 15 tahun lagi (6). Lebih dari itu, Tuhan akan melepaskan Hizkia dari tangan raja Asyur (6), yang dikisahkan pada pasal 19. Dengan demikian, kita melihat bahwa Hizkia yang setia dan percaya penuh kepada Tuhan mendapatkan berkat-Nya.

Hal ini dapat kita lihat jelas dalam kehidupan Hizkia, yang mana Tuhan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi. Padahal sebelumnya Tuhan telah menetapkan bahwa Hizkia tidak akan sembuh lagi dan akan mati. Namun seruan doanya dan air mata yang tumpah karena kesedihannya mendengar berita itu melalui Yesaya di dengar oleh Tuhan. Maka sesuai dengan kehendakNya Tuhan mengubah rencanaNya atas hidup Hizkia.

Kita harus pahami, bahwa seruan dan doa Hizkia bukanlah seruan dan doa yang asal-asalan yang terucap. Namun ini adalah seruan dan doa yang tulus sebagaimana dirinya hidup di hadapan Tuhan. Antara hidup yang dijalani dengan seruan dan doa yang disampaikan kepada Tuhan itulah adanya. Tidak ada yang bertolak belakang antara seruan dan doa dengan kenyataan hidupnya. Disini kita dapat melihat bagaimana Tuhan begitu menghargai kesungguhan dari seruan orang yang tulus hidup dalam firman Tuhan. Di ayat 5b dikatakan, ‘telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu’. Semua ini tidak berarti bahwa air mata dalam doa mempunyai khasiat yang menyebabkan doa didengar atau membuat doa lebih manjur. Tetapi air mata, selama itu bukan air mata buaya atau air mata yang dibuat-buat, menunjukkan adanya pertobatan dari dosa dan kesungguhan dalam doa.

Kitab Yoel 2:32 yang menjadi Invocatio kita mengatakan “Dan barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan Tuhan; dan setiap orang yang dipanggil Tuhan akan termasuk orang-orang yang terlepas”. Tuhan tahu jika kita mengalami masalah dan Ia pasti bertindak pada waktu yang sesuai dengan kehendakNya. Ketika kita berdoa dan berseru, itu bukanlah dengan maksud untuk mengubah kehendak Tuhan, karena kehendak Tuhan harus terjadi. Tetapi, doa dan seruan kita adalah penyerahan diri kita kepada bimbinganNya, dan menyelaraskan kehendak kita dengan kehendakNya. Jika kita berseru meminta tolong kepada Tuhan, Ia sebenarnya sudah siap menolong kita. Tetapi dengan berseru kepada Tuhan, kita akan mendengar suaraNya dan kita akan mengerti apa maksud Tuhan dalam hidup kita.

III. APLIKASI

Sering kali kita tidak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan atas hidup kita. Pertanyaan “mengapa Tuhan?” mungkin sudah sering kali terlontar dalam doa-doa kita ketika mengalami situasi sulit. Banyak peristiwa yang terkadang tidak kita inginkan, tetapi justru terjadi. Sering kali pula ketika jawaban yang diharapkan tidak juga kunjung ditemukan, kita justru marah dan berpaling dari Tuhan. Dalam khotbah kita hari ini, para murid juga tidak begitu saja mengerti mengenai Kristus yang harus menderita. Sebagai seorang pemimpin besar, konsep bahwa Yesus harus menderita dan menyerahkan diri tidak ada dalam pikiran para murid. Mereka mengira bahwa Yesus seharusnya dipermuliakan sebagai utusan Tuhan, bukan menderita. Oleh sebab itu, kenyataan bahwa Yesus harus menderita dan wafat justru tidak dihiraukan dan ditolak. Dalam hidup ini, kita ingin segala sesuatu berjalan sesuai yang kita inginkan. Ketika ada peristiwa yang tidak kita inginkan, kerap kali kita tidak bisa menerimanya. Hal ini sama dengan yang dialami oleh para murid. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit akan nasib Sang Guru. Akan tetapi, justru di balik semua peristiwa pahit yang kita alami, ada kemuliaan Tuhan yang menunggu untuk dianugerahkan.

Tuhan tidaklah tuli, Ia pasti akan mendengarkan seruan umatNya. Ketika kita mengalami persoalan hidup, kita selalu berkata “why me God?” tanpa kita merenungkannya terlebih dahulu. Seharusnya terlebih dahulu kita renungkan apa yang sebenarnya Tuhan inginkan lewat berbagai persoalan yang kita alami. Tidak jarang kita merasa tidak ada jalan keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Ketika itu terjadi, yang bisa kita lakukan yaitu datang menghampiri Dia, berseru dan berdoa. Melalui seruan dan doa, kita dapat berbicara denganNya serta meluapkan segala perasaan yang ada dalam hati dan pikiran kita. Kadangkala kita tidak mengerti jalan Tuhan. Namun, hal yang perlu kita imani adalah Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Artinya, dalam kegelapan bahkan badai sekalipun, Tuhan menguatkan dan menyertai kita sehingga kita dapat bertahan.

Ketika kita berseru kepada Tuhan, berarti kita percaya bahwa Tuhan masih mau mendengarkan seruan kita. Kita juga tahu bahwa sesungguhnya Allah menyimak apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita berdoa, berarti kita juga melihat masih ada harapan ketika kita berserah kepadaNya dan masih ada suara Tuhan yang menghibur dan menjawab setiap kata dari seruan kita. Sampai kapanpun kita tidak dapat melepaskan Tuhan. Ketika kita berserah kepadaNya, berarti kita siap dan sabar untuk menantikan apa yang ingin Tuhan perbuat kepada kita. Kita harus sabar karena waktu dan caraNyalah yang terbaik untuk kita. Mari kita berbicara dan berseru kepadaNya agar kita beroleh ketenangan. Tuhan Yesus memberkati.

Akhir Januari penuh harapan

Pdt Irwanta Brahmana-Ketua BPMK GBKP Klasis Bekasi Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD