MINGGU 05 OKTOBER 2025, KHOTBAH 1 TAWARIKH 9:28-34 (MINGGU PERAWATAN INVENTARIS GEREJA)

Invocatio :

Bilangan 1:50

Ogen :

Matius 7:24-27 (T)

Tema : Ngurus Perkakas Rumah Pertoton / menjaga Inventaris Gereja

 

I. PENGANTAR

Bayangkan ketika kebaktian minggu kita masuk ke gedung gereja yang kita jumpai pertama adalah sapu, atau buku yang terletak dilantai, apa yang kita rasakan? Bayangkan pula ketika kita beribadah ketika bernyanyi suara keyboard atau speaker yang storing atau macat-macat tentu akan mengganggu kekhusyukan ibadah tersebut. Gereja adalah tempat perjumpaan manusia dengan Allah. Gereja bukan sekedar tempat ibadah, ini adalah rumah Tuhan di mana segala sesuatu dipakai untuk kemuliaanNya. Gereja bukan hanya berbicara mengenai gedungnya saja tetapi termasuk semua benda-benda yang ada di gereja seperti mimbar, kursi, keyboard, microfon, meja, proyektor, Alkitab dan buku-buku gereja dan benda-Benda lain yang dibutuhkan untuk mendukung kebaktian dan pelayanan. Barang-barang yang ada di dalam gereja sangat penting dalam mendukung pelayanan ibadah. Karena segala fasilitas dan perlengkapan gereja juga adalah bagian dari pelayanan kepada Tuhan.

II. PENJELASAN TEKS

Kitab Tawarikh ditulis setelah pembuangan, saat bangsa Israel sedang membangun kembali kehidupan rohani dan sosial mereka. Dalam pasal 9 penulis mencatat Daftar orang-orang yang kembali dari pembuangan, termasuk mereka yang melayani di bait Allah. Dalam 1 Tawarikh 9:28-34 terdapat prinsip-prinsip luar biasa tentang penatalayanan yang teliti dan kudus terhadap Inventaris rumah Tuhan. Nats ini menjelaskan bahwa tugas para lewi yang bukan hanya melayani di bait Allah, tetapi juga mengelola, menyimpan, dan merawat barang-barang ibadah. Suku lewi dipilih secara langsung oleh Allah terdapat dalam Bilangan 3:12-12, "sesungguhnya, Aku telah mengambil orang Lewi dari antara orang Isarel, sebagai ganti semua anak sulung yang lahir pertama.." Mereka dipilih bukan karena mereka hebat tetapi karena Allah memilih mereka dalam kedaulatan-Nya. Ketaatan suku Lewi mungkin juga menjadi sebuah alasan karena saat bangsa Israel membuat anak lembu emas di Gunung Sinai, hanya suku lewi yang berpihak pada Musa dan Tuhan ( keluaran 32:26 - 29).

Sistem penataan dan pengelolaan barang-barang rumah ibadah pada zaman bangsa Isarel, khususnya di kemah suci (tabernakel) dan kemudian bait suci, memiliki struktur dan sistem yang sangat tertib dan rohani. Barang-barang yang termasuk dalam inventaris rumah ibadah bangsa Israel tidak sekadar perlengkapan fisik, tetapi banyak diantaranya bersifat kudus dan digunakan langsung dalam ibadah kepada Tuhan. beberapa perabotan ialah : tabut perjanjian (ark of the Covenant) yang merupakan simbol hadirat Tuhan, meja roti sajian tempat 12 roti mewakili suku israel, kandil emas (menorah) penerangan dalam ruang maha kudus, mezbah pembakaran ukupan dan korban yang menjadi tempat persembahan, baskom pembasuhan (laver) tempat pembasuhan imam. serta beberapa perlengkapan ibadah ialah Perkakas dari emas, perak, dan tembaga (sendok, cawan, garpu pesembahan), kain dan tirai kudus (tabir pemisah ruang suci), minyak urapan, dupa, rempah-rempah, roti kudus (roti sajian). Allah menetapkan tugas yang jelas bagi setiap suku Lewi dalam mengurus kemah suci (Tabernakel)- ada yang mengatur tirai, ada yang mengangkat Perkakas mezbah, dan ada yang menjaga pintu gerbang (1Taw. 9:28-34). Ini semua bertujuan agar ibadah kepada Tuhan tidak dijalankan sembarangan, tetapi dengan struktur dan ketertiban yang kudus.

Penetapan orang yang khusus dalam pemeliharaan barang-barang kudus juga dilakukan untuk menjaga umat dari hukuman karena ketidaksucian. Mereka diorganisasi menjadi tiga kelompok besar sesuai anak-anak Lewi: Gerson, Kehat, dan Merari.

  1. Kehat (bilangan 4:4-15) menjaga barang-barang paling kudus: yaitu tabut perjanjian, meja roti sajian, kandil Emas, Mezbah ukupan dan Mezbah korban. Barang-barang ini pun tidak boleh disentuh langsung, imam Harun dan anak-anaknya yang akan menutupi terlebih dahulu dengan kain penutup lalu dibawa orang kehat.
  2. Gerson (bilangan 4:24-26)menjaga bagian kain kemah suci: tirai pintu masuk, tutup pelataran, tali-temali.
  3. Merari (Bilangan 4:29-32) menjaga bagian struktural: papan-papan kemah, tiang-tiang, alas, dan kait-kaitnya.

Barang-barang disusun dengan runtut dan teratur setiap kali bangsa Israel berkemah atau berangkat. Semua barang dibungkus dengan kain biru dan, ungu. mereka membawa barang-barang itu dengan memikulnya diatas bahu, tabut perjanjian harus dipikul dengan tongkat khusus yang tidak boleh dilepas dari tabutnya (kel. 25:14-15).

Ay. 28 orang Lewi sebagai pengawas barang-barang kudus, tidak hanya menjaga tetapi juga menghitung barang-barang tersebut secara teliti saat masuk dan keluar.

Ay. 29 menjelaskan benda-benda spesifik, misalnya Perkakas kudus (alat-alat sperti bokor, kuali, pedupaan), tepung terbaik, anggur, minyak yaitu bahan utama persembahan korban sajian, kemenyan dan rempah-rempah yang dipakai untuk persembahan harum di hadapan Tuhan. persembahan bait Allah selalu memakai bahan terbaik karena itu untuk Tuhan (im.2:1). orang Lewi harus menjamin kesucian dan kelayakan bahan. karena persembahan yang tidak layak bisa ditolak oleh Allah (Malakhi 1:6-8).

Ay. 30, Tugas membuat campuran rempah dilakukan oleh anak-anak imam, bukan Lewi biasa, karena pencampuran rempah untuk kemenyan adalah tugas suci yang memerlukan keahlian khusus dan hanya boleh dilakukan oleh pihak tertentu (kel.34-38). Budaya Yahudi menekankan pengkhususan peran dalam ibadah, ada batasan jelas antara tugas imam dan orang Lewi.

Ay. 31 Matica dari keluarga korah bertugas membuat atau menyiapkan roti sajian (12 roti) untuk 12 suku israel.

Ay. 32 sebagian bani kehat dipercaya mengatur roti sajian yang ditaruh setiap saat di meja khusus dalam bait Allah (Im.24:5-9), roti ini melambangkan hadirat Tuhan di tengah Israel dan keterhubungan Allah dengan 12 suku Israel. Hanya imam yang boleh maka roti sajian dan peneydiaannya setiap saat menunjukkan bahwa ibadah adalah ritme hidup mingguan orang Israel, bukan hanya tahunan dan tugas ini memerlukan kesetiaan waktu, ketepatan ukuran dan kekudusan tindakan.

Ay. 33 para penyanyi Lewi memiliki tugas utama yaitu menyanyikan pujian di hadapan Allah. lagu pujian adalah bagian tak terpisahkan dari ibadah Yahudi, menggunakan alat musik seperti kecapi dan ceracap. Musik dalam ibadah bukan hiburan, melainkan ekspresi penyembahan dan kehadiran Allah (Maz. 22:4) ini menekankan bahwa ibadah adalah panggilan penuh waktu, bukan hanya aktivitas tambahan.

Ay. 34 ayat ini menegaskan bahwa para kepala Lewi itu tinggal menetap di Yerusalem, pusat ibadah bangsa Israel, mereka selalu siap melayani dan menjadi teladan dalam kesalahan dan penyembahan. ini menggambarkan kedekatan secara fisik kerumah Tuhan melambangkan kedekatan spiritual.

Oleh karena itu barang-barang kudus dan ibadah tidak boleh sembarangan, Dalam 2 Samuel 6:6-7, ketika Uzia memegang tabut Tuhan tanpa ijin meskipun dengan niat baik, ia langsung dihukum mati oleh Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa niat baik pun tidak boleh melanggar aturan kekudusan Allah. ini menunjukkan bahwa barang-barang kudus tersebut mencerminkan pentingnya menghormati hal-hal rohani dan pelayanan di hadapan Tuhan.

Hubungan dengan ogen dalam Matius 7 dimana Yesus berkata bahwa yang membangun diatas batu adalah mereka yang mendengar dan melakukan firman Tuhan. kaum lewi melakukan pelayanan bukan hanya tau tapi mereka hidup dalam tanggung jawabnya. orang bijak mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya seperti orang yang membangun rumah di atas batu. tapi orang bodoh mendengar firman tapi tidak melakukannya seperti membangun rumah di atas pasir. Taat kepada firman menghasilkan pondasi hidup yang kokoh dan tidak mudah goyah. Artinya rumah rohani kita pun harus dibangun diatas dasar yang benar, yaitu taat pada Kristus.

III. Pointers

  1. Perlengkapan rumah ibadah merupakan alat Allah untuk mengingatkan kita akan kasih setiaNya, serta menolong kita untuk membangun persekutuan dengan sesama dalam menyaksikan kasihNya. GBKP membuat minggu khusus minggu perawatan Inventaris Gereja dengan dasar bahwa Tuhan telah memanggil kita untuk menjaga dan merawat semua perlengkapan rumah ibadah, sehingga menjadi saksi kehadiran dan kasih Allah di dunia ini. Allah telah mempercayakan kita menjaga dan merawat perlengkapan rumahnya yang kudus. Rumah ibadah merupakan salah satu wujud kehadiran Allah yang menyaksikan kasih Allah kepada dunia ini.
  2. Inventaris Gereja adalah milik Tuhan, seperti orang Lewi yang dipercaya untuk menjaga perlengkapan bait suci, kita pun dipercaya menjaga milik Tuhan. Jangan merasa itu barang biasa sehingga bisa dirusak hilang, atau dibiarkan tapi itu milik Allah. Mari kita ubah mindset kita dari barang biasa menjadi barang pelayanan. setia menjaga Inventaris Gereja sebagai wujud kasih dan hormat kita kepada Tuhan, sebab dibalik benda-benda itu ada pelayanan, ada ibadah, ada kemuliaan Allah yang sedang dikerjakan. Jika bangsa Israel juga sangat serius dalam menjaga dan mengatur Inventaris rumah Tuhan, gereja saat ini juga seharusnya tidak asal-asalkan dalam mengelola Inventaris gereja, karena pelayanan bukan hanya soal berkhotbah tapi juga soal menjaga benda-benda yang dipakai untuk memuliakan Tuhan. meskipun sekarang gereja cenderung memiliki tim Inventaris tapi merawat gereja dan peralatannya tidak hanya tanggung jawab tim Inventaris tetapi tanggung jawab kita semua.
  3. Seluruh jemaat GBKP tidak hanya cakap dalam membeli dan mengadakan Inventaris gereja tetapi juga menjadi teladan dalam perawatan gereja seperti orang Lewi menghitung dan menjaga barang suci, kita pun harus bertanggung jawab atas setiap aset gereja, jujur, teliti, dan terpercaya. Mereka menghitung, menyimpan, dan mengelola, gereja juga perlu me manajemen aset rohani dan fisik yang baik, termasuk inventarisasi yang rapi dan teratur.

Beberapa ide praktis untuk perawatan Inventaris yaitu dengan:

  1. Membuat QR code Inventaris untuk memudahkan pengecekan, adakan peduli Inventaris setiap 6 bulan untuk melakukan pemeriksaan fisik terhadap semua barang milik gereja, seperti alat musik, kursi, meja, sound system, alat perjamuan, pakaian liturgis dan sebagainya.
  2. Mencatat dan menata kembali Inventaris yaitu melakukan pembaharuan data Inventaris terhadap barang yang rusak, hilang, perlu diganti, atau ditambah serta melakukan penataan ulang ruang penyimpanan agar lebih rapi dan efisien.
  3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab rohani, yaitu mengajarkan jemaat khususnya pengurus dan pelayan gereja bahwa barang-barang milik gereja adalah milik Tuhan, harus dijaga dengan penuh tanggung jawab seperti yang dilakukan oleh orang Lewi .

Vic. Amika

MINGGU 28 SEPTEMBER 2025, KHOTBAH KISAH PARA RASUL 17:16-21 (MINGGU PENDIDIKAN)

Invocatio   :

“Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu. (Filipi 4:9)

Ogen  :

Amsal 3:15-20 (Tunggal)

Tema :

Mesikel Megi-megi Kerna Si Mbaru / Sangat Rindu Mendengar Sesuatu yang Baru

 

Pembuka

Di zaman kecanggihan teknologi dan informasi sekarang ini, banyak hal yang mudah dan cepat diterima sebagai sesuatu yang baru. Apapun tersedia, selayaknya dunia dalam genggaman. Tetapi menerima informasi dan pengajaran yang baru, diperlukan hikmat untuk dapat memilah milih apa yang menjadi kebenaran yang sesungguhnya. Karena segala sesuatu yang diterima, dapat berdampak pada banyak hal, termasuk mengubah kebiasaan hidup, cara pandang dan sikap seseorang. Banyak informasi atau pengajaran yang tersaji, namun tidak sedikit pula berisi hal-hal yang menyimpang, menyesatkan, mengandung kebohongan, asumsi negatif bahkan fitnah. Ada yang ikut larut dalam pemahaman yang tidak mendasar, namun tidak sedikit pula orang menjadi jenuh dan berhenti belajar akan sesuatu yang baru, karena menganggapnya sebagai kesia-siaan.

Dalam menerima atau mendengar sesuatu yang baru, perlu lebih dulu dipahami dan dipelajari sebelum menjadikannya sebuah pegangan yang teguh dalam hidup. Proses menerima ajaran dan didikan, dimulai dari keinginan untuk mendengar dan mempelajarinya. Lalu bagaimanakah kita dapat bersikap untuk dengan sangat rindu mendengar sesuatu yang baru? Agar berdampak baik juga bermanfaat, sesuai prinsip kebenaran Firman Tuhan? 

Penjelasan Teks

Kisah Para Rasul 17:16-21 menceritakan perjalanan Paulus untuk memberitakan Injil. Sebelumnya Paulus melakukan perjalanan bersama Silas dan Timotius. Namun, ada kelompok orang Tesalonika yang menolak dan mengasut orang banyak sehingga menimbulkan kekacauan di Berea (ay 13-15). Paulus terpaksa lebih dulu melanjutkan perjalanan ke Atena tanpa rekan sepelayanannya. Saat tiba di Atena, Paulus sedih melihat banyak patung berhala yang disembah. Hal ini yang mendorong Paulus untuk memberitakan Injil sesegera mungkin.

Paulus berbicara, berdiskusi, bahkan berdebat dengan orang-orang yang ditemuinya di rumah ibadah Yahudi dan pasar. Pada masa itu pasar yang dimaksud merupakan tempat pertemuan berbagai golongan di masyarakat. Fungsinya tidak hanya menjadi tempat perjumpaan, pusat perdagangan atau pengadilan perkara, namun menjadi tempat belajar, berdiskusi, bertukar pikiran dan pengalaman. Karena masyarakat Yunani di Atena, sangat senang mempelajari hal-hal baru. Kesempatan itu dipergunakan Paulus untuk mendiskusikan Injil dengan orang-orang yang belum dikenalnya.

Disana juga Paulus bertemu dengan pemikir-pemikir Yunani dari kelompok yang paling populer di zaman itu, yaitu golongan Epikuros dan Stoa. Golongan Epikuros mengikuti ajaran dari Epikuros (342-270 SM), seorang filsuf Yunani. Mereka mengandalkan pengalaman-pengalaman panca indra untuk mendapatkan pengetahuan, bukan pada penalaran. Mereka memperhatikan bukti-bukti alami dan menganggap kenikmatan yang paling bernilai adalah penderitaan dalam hidup. Mereka tidak memuja kesenangan ataupun kemewahan, seperti pada umumnya. Semakin menjalani penderitaan, maka semakin dapat menikmati hidup. Mereka juga tidak mengakui gagasan tentang para dewa dan tidak percaya akan kehidupan setelah kematian. Sedangkan kelompok Stoa (Stoisisme) terdiri dari para filsuf yang juga menjadi aliran besar di zamannya. Golongan Stoa Yunani hanya mempedulikan perkara-perkara alami dan hukum-hukum alam. Menurut mereka, kehidupan yang baik dikendalikan oleh penalaran, bukan oleh emosi. Mereka juga peduli akan etika dan politik. Secara umum, kepercayaan Stoa mengacu pada ketidakpedulian terhadap keadaan-keadaan lahiriah manusia. Dua aliran ini sangat populer untuk mendorong orang hidup lebih baik. Tetapi Injil yang Paulus beritakan berbeda dari filsafat yang berkembang saat itu.

Golongan filsuf menganggap Paulus hanyalah seorang pleter atau orang yang berlagak tahu yang tidak patut didengarkan (tukang koyok). Namun, Paulus tetap mengajarkan Injil atas nama Kristus. Sekalipun mereka menuduhnya memberitakan ajaran dewa-dewa asing (ay. 18). Pendekatan yang dilakukan Paulus sebenarnya cukup efektif, karena menarik perhatian banyak orang yang ingin mengetahui hal baru yang diberitakannya. Paulus tidak membicarakan bagaimana hidup yang lebih baik berdasarkan standar dunia, seperti filsafat yang populer saat itu, tetapi standar hukum Allah. Bahwa Injil Kristus diperlukan semua orang berdosa, termasuk masyarakat Atena. Kristus yang mati dan bangkit menjadi inti pengajaran Paulus, agar Kristus dikenal dan banyak orang memperoleh keselamatan. Hal tersebut membuat orang-orang Atena tertarik dan ingin mendengarkannya lebih banyak lagi.

Paulus diminta menghadiri sidang Areopagus. Suatu kehormatan untuk mereka yang terpilih. Orang-orang Atena menganggap pengajaran Paulus berbeda dari apa yang selama ini mereka dengar. Dalam hal ini Paulus pun bertanggung jawab atas pemberitaan Injil dan hadir untuk menyatakannya bagi banyak orang. Masyarakat Atena gemar mendengar dan belajar hal baru. Hal ini menjadi kesempatan baik bagi Paulus untuk melayani mereka. Tujuannya agar mereka berpaling dari berhala dan menyembah Allah. Jika membaca ayat berikutnya, tidak semua orang kemudian menerima Paulus dan pengajarannya. Sehingga Paulus pergi dari sana. Tetapi tidak ada yang kembali dengan sia-sia, karena beberapa diantara orang banyak akhirnya memberi diri menjadi pengikut Kristus (ay 32-34). Jika keinginan untuk belajar dan menerima hal-hal baru didasari hikmat Tuhan, maka tentunya setiap kesempatan pemberitaan Injil akan membuahkan iman percaya yang semakin teguh.

Hikmat berasal dari Allah. Dalam Amsal 3:19-20 dituliskan nasihat atas berkat dan hikmat yang tersedia bagi orang yang berpegang pada ajaran Allah. Penulis Amsal menunjukkan bahwa segala yang ada di langit dan di bumi beserta seluruh isinya dibentuk dan diletakkan Tuhan pada tempatnya masing-masing pada fungsi yang baik. Semua dicipta dengan hikmatNya. Bumi, langit, air samudera, awan dan embun, diciptakan selaras dengan kehidupan manusia. Maka Tuhan memberikan manusia tanggung jawab untuk menjalani kehidupan dengan pertimbangan yang bijaksana. Hikmat Tuhan tidak boleh sekalipun terlepas dari mata, sebagai tanda bahwa umat Tuhan harus terus memperhatikan dan memeliharanya. Untuk mendapatkan hikmat dan bijaksana dari Tuhan, maka manusia itu harus benar-benar hidup dalam kehendak Tuhan, serta melakukannya untuk kemuliaan Tuhan.

Hidup dengan mencari dan mendapatkan hikmat Tuhan, dimulai dari kerinduan untuk mendengar hal baru. Namun, bukan sekedar untuk memuaskan keinginan hati akan apa yang didengar melainkan untuk mendalami dan meneguhkan iman percaya kepada Tuhan Sang sumber hikmat. Seperti dalam invocatio Filipi 4:9, bahwa apa yang telah dipelajari dan yang telah diterima, didengar dan yang telah dilihat, dasar untuk melakukan. Allah sumber damai sejahtera yang akan menyertai. Kehidupan seseorang yang mau dididik dalam hikmat Tuhan, akan menuai kekayaan hikmat yang menuntun hidup. Itulah berkat Tuhan. Maka jangan mengeraskan hati saat mendengar didikan Firman Tuhan yang benar.

 Aplikasi

Di dalam minggu pendidikan ini, setiap orang percaya diingatkan kembali bahwa proses menerima didikan tidak dibatasi oleh usia, gender, status, waktu dan tempat. Semua orang, kapanpun, dimanapun harus menerima didikan hikmat Tuhan. Paulus memberi teladan percaya akan tuntunan Tuhan, maka hikmatNya akan diberikan. Pendidikan ternyata bukan sekedar formalitas dan tempat belajarnya harus dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Jika setiap keluarga mau memperhatikan betapa pentingnya pendidikan, maka pastinya akan terbiasa membuka hati untuk terus memperlengkapi diri dengan kerinduan belajar. Mau melihat dan mendengar hal baru yang dapat memberi dampak baik bagi kehidupan. Karena itu diperlukan :

1. Ada hati yang tergerak

 Seperti perasaan dan empati Paulus melihat penyembahan berhala di Atena, tergerak hatinya untuk memberitakan Injil dalam tiap kesempatan. Jika ada hati yang tulus untuk melakukan kebaikan maka kita akan selalu mau memperlengkapi diri dan orang lain dengan didikan. Kita perlu memiliki hati yang rindu tuntunan hikmat Tuhan. Maka setiap kita akan mau mendengarkan hal baru dalam setiap kesempatan yang kita kiliki. Hati yang siap dididik dan diajarkan untuk melakukan FirmanNya akan beroleh hasil yang baik.

2. Ada aksi nyata melakukan

Paulus tidak hanya punya hati, tetapi juga punya aksi. Ia tidak hanya sedih, tetapi juga melakukan pemberitaan Injil. Sekalipun dia tau ada kelompok yang sekedar mencobainya, ada resiko ditolak. Tetapi dia melakukan yang dia bisa lakukan, kepada mereka yang sudah mengetahui Injil tetapi belum sungguh-sunguh mengenal Kristus dan kepada yang sama sekali belum mengetahui. Baik mereka yang menentang atau menerima, Injil tetap diberitakan. Artinya dalam mendengar dan memberitakan didikan, akan banyak tantangan yang akan dihadapi. Namun jika kita mau setia, Tuhan akan menolong untuk melakukan.

3. Ada hikmat yang menuntun

Paulus memberitakan Injil dengan dasar hikmat Tuhan. Ketika berbicara di sidang Areopagus, ia menggunakan kesempatan dengan bijaksana. Hikmat datang dari kebergantungan kepada sumber hikmat yaitu Tuhan. Maka Tuhan akan menuntun untuk menerima didikan, melakukan dan memberitakannya. Jangan menyepelekan dan mengecilkan didikan, seperti golongan yang menolak Injil, yang hanya mencari kesenangan atas apa yang ia hendak dengar saja. Tetapi terima Injil maka hikmat Tuhan menjadi penuntun menuju keselamatan dan yang mendatangkan sukacita.

Bersyukurlah bila Tuhan berkenan mendidik kita. Jadikan diri kita seperti gelas yang kosong, yang selalu perlu diisi penuh dengan hikmat Tuhan. Bangkitkan kerinduan untuk mendengar hal yang baru sebagai didikan baik secara pribadi juga bersama-sama. Belajar merendahkan hati memakai setiap kesempatan dalam hikmat Tuhan. Maka dalam penjemaatan PAUD dan TK GBKP kali ini, kita bersyukur gereja turut andil dalam memperhatikan ruang pendidikan bagi warga gereja dimulai sedini mungkin. Pastinya masih banyak hal yang perlu diperlengkapi. Baik sarana, prasarana sebagai fasilitas agar ruang pendidikan betul-betul ramah anak. Memperhatikan managemen, pengelolan SDM pengajar dan meningkatkan kesejahteraannya. Mengembangkan dan memperlengkapi kurikulum, menata sosialisasi akan pentingnya pendidikan dan bersedia mendidik anak, karena hal itu sama dengan kerelaan melayani. Apalagi PAUD dan TK yang dikelola gereja tentunya menjadi kesempatan pemberitaan Injil. Memperkenalkan anak-anak akan kasih dan hikmat Tuhan. Maka sebagai warga GBKP kita perlu merasa memiliki bersama dan memaksimalkan semangat pendidikan itu. Kita butuh hikmat Tuhan. Maka marilah memperhatikan pentingnya pendidikan dimulai dari keluarga, gereja agar nantinya memberi dampak luas di masyarakat. Hikmat Tuhan menuntun kita semua. Amin.

Pdt Deci Kinita br Sembiring

GBKP Studio Alam – Depok

MINGGU 21 SEPTEMBER 2025, KHOTBAH 2 PETRUS 1:3-11 (MINGGU TRI TUGAS GEREJA)

Invocatio :

Epesus 1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.

Ogen  :

Jesaya 49:5-7 (Tunggal)

Kotbah :

2 Petrus 1:3-11 (Antiponal)

 

Pengantar

Dalam dunia yang penuh godaan dan nilai-nilai yang terus berubah, kita diingatkan kembali akan satu kebenaran yang tak tergoyahkan: kita telah dipanggil dan dipilih oleh Allah. Namun panggilan itu bukanlah titik akhir, melainkan awal dari perjalanan iman yang harus terus diteguhkan dan dikuatkan setiap hari. Panggilan dan pilihan itu harus diteguhkan melalui kesadaran hidup kudus — hidup yang mencerminkan karakter Allah dalam pikiran, tindakan, dan relasi kita setiap hari. Kesadaran akan hidup kudus ini akan sangat berpengaruh dalam cara kita bersekutu, bersaksi, dan melayani. Maka dari minggu tritugas gereja ini juga kita sebagai gereja diajak agar menggumamkan akan kekudusan umat seperti para rasu--rasul Kristus (Rm. 1:7, 1 kor. 1:2, 2 kor.1:1, Ef. 1:1, dll). Kita tidak selalu dengan semboyann kita adalah orang berdosa, tetapi penting penekanan bahwa kita adalah orang kudus sehingga melalui kesadaran akan membuahkan hasil yang berkenan bagi Allah.

Isi

Invocatio Efesus 1:18 mengungkapkan doa Paulus agar Allah menerangi "mata hati" orang percaya, yaitu pusat batiniah yang memungkinkan mereka memahami secara rohani kebenaran Allah yang mendalam. Terang ini bukan sekadar pengetahuan intelektual, tetapi pencerahan rohani yang memungkinkan pengenalan akan pengharapan dari panggilan Allah — yaitu keselamatan, hidup baru, dan tujuan ilahi yang kekal. Paulus ingin agar jemaat menyadari betapa agung dan kayanya kemuliaan warisan yang telah Allah sediakan bagi orang-orang kudus, yakni mereka yang telah dipisahkan untuk menjadi milik-Nya. Ini bukan hanya janji untuk masa depan, tetapi kekayaan rohani yang bisa mulai dialami sejak sekarang oleh setiap orang percaya yang hidup dalam relasi dengan Kristus.

Ogen Yesaya 49:5-7: Jesaya 49, seperti dalam Yesaya 42, kita menjumpai suatu refleksi langsung dari tugas perutusan hamba. perutusan hamba tidak hanya berkaitan dengan restorasi (pembaharuan) Israel. Ia juga harus menjadi terang bagi bangsa-bangsa (Ay. 6), seperti ditulis dalam Yesaya 42:6. Cara yang dipakai untuk melaksanakan perutusan di jelaskan dalam nubuatan tambahan  dalam 49:7. Dia yang dihinakan hamba penguasa-penguasa , jelas menunjuk kepada Israel dalam pembuangan (bdk. Yes. 53:3). Namun, Ketika Israel di restorasi, raja-raja dari bumi akan terheran-heran oleh transformasi dan akan dibimbing untuk mengakui kedaulatan Yahwe. Dengan cara ini, Israel dapat berbuat bagi bangsa-bangsa seperti nabi dapat berbuat bagi bangsa Yahudi. Tidak perlu mengatakan bahwa para pangeran tidak menundukkan diri seperti yang diharapkan nabi. Namun, apa yang mencolok adalah luasnya universalitas perutusannya. Israel masih tetap bangsa terpilih, tetapi keselamatan harus menjangkau sampai ke ujung bumi.

Khotbah 2 petrus 3-11: Surat Petrus yang kedua ditulis dari Roma pada tahun 66, persis sebelum ia mati syahid (bdk. 2 ptr. 1:13-15). Jika suratnya yang pertama petrus berusaha untuk menguatkan orang-orangyang kudus yang sedang melalui penganiayaan dari dunia selama pemerintaan Nero. Di dalam suratnya yang ke dua, ia memperingatkan tentang sesuatu yang jauh lebi serius yaitu bahaya dari guru-guru palsu di dalam keluarga rohani/saudara seiman. Petrus menasehati orang-orang percaya untuk “Berusahalah sunggu-sunggu, supaya panggilan dan pilihanmu makin kuat” (1:10).

Ayat 3–4: Sumber Ilahi untuk Hidup Saleh: Petrus menyatakan bahwa kuasa ilahi Allah telah menganugerahkan segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup yang saleh, melalui pengenalan akan Dia. Ini menunjukkan bahwa hidup Kristen tidak bergantung pada kekuatan manusia semata, melainkan berasal dari relasi dengan Kristus. Janji-janji Allah menjadikan kita "peserta dalam kodrat ilahi" dan memungkinkan kita untuk lepas dari kerusakan dunia. Petrus tidak berkata bahwa Allah memanggil kita untuk naik ke sorga. Ia berkata bahwa Allah memanggil kita kepada kemuliaan dan Kebajikan-Nya sendiri. Ketika kita mendengar hal ini, kita mungkin heran, bagaimana mungki kita bisa mencapai sasaran semacam itu. Mengetahui bahwa kita memerlukan jaminan, dorongan, dan kekuatan, maka Allah telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar.

Ayat 5–7: Pertumbuhan dalam Kebajikan: perkara yang telah diberikan kuasa Ilahi dalam pasal 1:3-4, dikembangkan dalam ayat 5-7. Petrus mengajak jemaat untuk menambahkan kepada iman mereka tujuh hal:

  • Kebajikan : karakter moral unggul (Berjalan di dalam Roh dan tidak memuaskan hawa nafsu)
  • Pengetahuan : hikmat Ilahi dan pengertian yang benar
  • Penguasaan diri : disiplin dalam hidup
  • Ketekunan : daya tahan dalam penderitaan
  • Kesalehan : kesetiaan dan hormat kepada Allah
  • Kasih akan saudara : kepedulian dalam komunitas
  • Kasih akan semua orang: kasih Ilahi yang tanpa syarat (Agape)

Ayat 8–10: Panggilan dan pilihan makin teguh. Dalam ayat 8-10 Petrus mengatakan bahwa jika semua Kebajikan itu ada dan berlimpah di dalam kita, maka Kebajikan itu akan Menyusun kita sehingga tidak menjadi malas, tidak akan tidak berbuah, sampai pengenalan yang penuh akan Yesus Kristus. Tetapi siapa saja yang tidak memiliki semua itu, menjadi buta dan picik, karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu, petrus menyuruh supaya “sungguh-sungguh” bekerja lebih keras lagi, untuk menunjukkan panggilan dan pilihan Tuhan. Bukan bekerja keras mendapatkan keselamatan akan tetapi respon orang yang telah diselamatkan.

Ayat 11: Jaminan Keselamatan: Dengan menghidupi karakter tersebut, kita meneguhkan panggilan dan pilihan Allah atas kita. Maka kita tidak akan tersandung, dan akan masuk ke dalam Kerajaan kekal dengan penuh kemenangan.

Refleksi

Banyak orang Kristen tahu kebenaran secara teologis, tetapi tidak sungguh mengerti dalam hati. Kita butuh Roh Kudus menerangi hati agar kita merasakan dan mengalami apa arti menjadi anak Allah. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, kita diingatkan bahwa kita punya pengharapan dalam panggilan Allah. Panggilan itu tidak hanya untuk masa depan (kehidupan kekal), tetapi juga untuk saat ini — hidup yang bermakna, dengan tujuan ilahi. Dunia menjanjikan kekayaan yang cepat hilang, tetapi Allah menjanjikan kemuliaan yang kekal. Kita dipanggil hidup kudus bersama umat Allah, dalam komunitas yang saling meneguhkan dan bertumbuh dalam terang Kristus.

Refleksi lebih mendalam bagi kita menantang orang-orang kudus masa kini untuk tidak pasif dalam identitas rohaninya, melainkan sadar bahwa mereka dipanggil secara aktif untuk menjadi agen pemulihan dan kesaksian di tengah dunia yang sering menolak kebenaran. Meski penolakan dan penghinaan bisa datang, seperti yang dialami oleh hamba dalam nubuatan ini, janji Allah tetap teguh: bahwa Ia sendiri akan membela, meninggikan, dan memakai umat-Nya untuk kemuliaan-Nya. Maka orang kudus tidak boleh diam atau hanya menikmati keselamatan secara pribadi, tetapi harus bangkit, bergerak, dan menjalankan peran kenabian sebagai terang dan saksi bagi dunia.

Tema kita panggilan dan pilihan makin teguh mengajak setiap orang percaya untuk bertumbuh secara aktif dalam karakter Kristus, dengan dasar kuasa dan janji-janji Allah.  kita meneguhkan panggilan dan pilihan Allah atas kita tidak hanya membawa keselamatan pribadi, tapi juga menghidupkan Tri Tugas Gereja:

Persekutuan yang mengasihi (Koinonia), Gereja sebagai tubuh Kristus dipanggil untuk membangun relasi yang hangat, saling meneguhkan, dan bertumbuh bersama dalam kasih.

Kesaksian yang berdampak (Marturia), Meneguhkan panggilan dan pilihan kita, bukan hanya tentang keselamatan pribadi, tetapi menjadi saksi yang hidup akan kuasa Allah di tengah dunia. Kita adalah hamba yang dipilih dan diutus untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Marturia yang berdampak menjadi terang dalam kegelapan, menjadi jawaban dalam persoalan, menjadi garam dalam kehambaran.

Pelayanan yang melayani dengan kasih (Diakonia).  Kesalehan dan ketekunan yang dibangun akan menghasilkan buah pelayanan yang nyata: menolong, melayani, dan mencerminkan kasih Kristus.Gereja dipanggil untuk tidak hanya hidup dalam kebenaran, tetapi melayani dengan kasih yang mengalir dari perubahan hidup.

Vic. Bahtsra

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD