MINGGU 14 SEPTEMBER 2025, KHOTBAH KEJADIAN 39:1-6a (MINGGU PERMATA GBKP)

Invocatio  :

“yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja (Dan.1:4a)”

Ogen  :

Titus 2:6-8 (Tunggal)

Tema  :

Pengarak-ngarak Tuhan Erbahanca Sangap (Penyertaan Tuhan Membawa Keberhasilan)

 

I. PENDAHULUAN

Gereja memiliki peran penting dalam Pendidikan dan pembinaan umatnya. Salah satu fungsi gereja adalah membangun Persekutuan (Koinonia) yang menjadi wadah pembelajaran bagi umat dari segala kategori usia. Di dalam gereja orang mencari jawaban dari Injil terhadap pertanyaan yang timbul oleh pengalaman hidup. Dalam pelayanan kategorial gereja terdapat kaum pemuda/pemudi yang juga merupakan bagian dari Persekutuan Gereja yang memiliki peran penting terhadap Gereja di masa depan. Dunia pun mengakui bahwa Pemuda adalah asset sebuah bangsa di masa depan, Bung Karno pernah berkata “berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” dengan kata lain “seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia”. Pemuda mampu mempengaruhi dunia. Menurut KBBI Pemuda berasal dari kata “muda” artinya belum sampai setengah umur, berarti pemuda adalah manusia yang berada pada tahap belum lanjut umur. Seorang dikatakan pemuda diperkirakan mulai rentang usia 15-35 tahun yang dalam perkembangannya berada pada masa mempersiapkan diri dalam kehidupan bersama.

Permata GBKP di bentuk pada tanggal 12 September 1948 yang merupakan salah satu unit pelayanan dan satu-satunya wadah pembinaan dan kaderisasi bagi pemuda/pemudi di GBKP. Dalam Minggu Permata ini pemuda/i GBKP diingatkan kembali dalam tugas dan tanggung jawab selaku “Rudang-rudang” ibas jabu, gereja ras masyarakat. Dengan kata lain tentu diharapkan dalam proses pembentukan karakter permata GBKP mampu bertumbuh bersama dalam Tuhan menjadi generasi muda yang berintegritas dan senantiasa diperbaharui oleh Roh Kudus dalam setiap aspek kehidupannya sehingga Permata GBKP mampu menjadi terang yang membawa berkat bagi keluarga, gereja, dan masyarakat.

II. ISI

Alkitab mencatat tentang Kisah Yusuf dimulai pada pasal 37-50. dimana Yusuf adalah putra ke-11 dari Yakub, putra sulung dari Rahel, istri kesayangan Yakub.. Setelah berita tentang kelahirannya, kita menemui Yusuf kembali disaat ia berusia 17 tahun sebagai seorang gembala yang menggembalakan kawanan kambing. Saat itu Yakub ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia (Kej. 37:3). Saudara Yusuf iri terhadap Yusuf karena ayah mereka lebih menyayangi Yusuf, sehingga mereka membencinya (Kej.37:4). Kesenjangan itu diperparah ketika Yusuf mulai menyampaikan mimpinya pada keluarganya tentang penglihatan bernubuat yang menunjukkan bahwa Yusuf suatu hari akan berkuasa atas keluarganya (Kej. 37:5-11).

Kebencian terhadap Yusuf memuncak ketika saudaranya bermufakat membunuhnya. Ruben, saudara yang tertua, menolak rencana pembunuhan dan menyarankan Yusuf dilempar ke dalam sumur, karena ia berencana kembali dan menyelamatkannya. Namun, ketika Ruben sedang pergi, beberapa pedagang lewat dan Yehuda memunculkan ide menjual Yusuf ke saudagar-saudagar Midian (Orang Ismael) dengan harga 20 syikal perak, yakni 2/3 harga budak dewasa, nilainya sama dengan Rp. 8 Lalu Para saudaranya mengambil jubah Yusuf dan mencelupkannya ke dalam darah kambing untuk menipu ayahnya sehingga percaya bahwa anak kesayangannya telah diterkam mati oleh binatang buas (Kej. 37:18-35).

Kejadian 39:1-6a

Ayat 1-2

Setelah Yusuf dibawa ke Mesir sekitar tahun 1900 SM. sekitar 200 tahun setelah panggilan Abraham (Kej 12:1-3). Saudagar Midian menjual Yusuf kepada pegawai Istana Firaun yaitu Potifar kepala pengawal raja untuk menjadi pelayan (budak) di rumahnya. Ada peralihan status yang dirasakan oleh Yusuf yang dulunya adalah anak kesayangan ayahnya kini berubah menjadi seorang budak di negeri asing. Budak dalam Bahasa Ibrani (‘ebed) diartikan juga dengan “hamba” ataupun “pelayan” artinya seorang yang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain. Ia pekerja, dan menjadi milik tuannya. Dalam hidup keagamaan Israel, hamba dipakai untuk menunjuk kerendahan diri seseorang di hadapan Allah (Kel.4:10; Mzm.119:17) hal demikian menunjukkan rendahnya kedudukan seseorang dan juga menyatakan tuntutan Ilahi yang mutlak terhadap seseorang dari umat yang dipilihNya dan penyerahan diri kepada Allah yang akan membela umatNya. Walaupun Yusuf sebagai hamba orang Mesir, namun kedudukan Yusuf sesungguhnya adalah sebagai Hamba TUHAN yang mana Yusuf hidup untuk mengabdi kepada TUHAN. Melakukan apa yang baik menurut TUHAN dan menjauhi segala kejahatan.

Ayat 2 : Tetapi Tuhan Menyertai Yusuf sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.

Ayat 3 : setelah dilihat oleh tuannya, bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya

Yusuf adalah seorang yang takut akan Tuhan. Yusuf di dalam kesehariannya, diantara budak-budak yang ada di rumah potifar selalu setia dan tulus dalam melakukan pekerjaannya, ia tidak perlu dicambuk di rumah Potifar, ia senantiasa bekerja sekuat tenaga dan sepanjang hari ia selalu melakukan pekerjaan dengan penuh keceriaan (tidak bersungut-sungut). Segala pekerjaan yang dikerjakan Yusuf tidak pernah gagal. Ketika Yusuf mengerjakan taman, bunga-bunga bertumbuh subur dan indah. Ketika Yusuf mengurus ternak, seluruh ternak gemuk. Inilah bukti bahwa TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia dapat tinggal dengan tuannya dan melayaninya. Segala pekerjaan yang dilakukan oleh Yusuf sangat membuat hati Potifar terkagum sehingga tuannya memberikan kepercayaan untuk berkuasa atas rumahnya dan segala miliknya kepada Yusuf (Ayat 4). Yusuf yang bekerja dengan penuh tanggungjawab dan ketekunannya tenyata menghantarkan ia untuk naik level dalam pekerjaannya, Yusuf diangkat menjadi kepala dari semua pembantu, menjadi kepala dalam urusan rumah tangga, dan menjadi bendahara rumah tuannya Potifar. Dan akhirnya Yusuf tidak lagi melakukan pekerjaannya sebagai budak tetapi menjadi pengawas atas budak-budak. Inilah bukti Yusuf disertai oleh TUHAN (Yahwe) sehingga Sejak itulah Yusuf menjadi seorang yang sukses, segala yang dikerjakan Yusuf berhasil. Bahkan karenanya, TUHAN memberkati rumah dan segala yang dimiliki oleh orang mesir itu, sehingga di bawah kekuasaan Yusuf berkat TUHAN melimpah diatasnya (Ayat 5-6a). kesuksesan Yusuf tidak karena kemampuannya sendiri tetapi karena Kerendahan Hati Yusuf yang mau dibentuk oleh TUHAN menjadi pribadi yang lebih baik, dan TUHAN juga menjadikannya saluran berkat bagi semua bangsa, Demikian janji itu dinyatakan juga kepada Yusuf sebagai orang yang dipilihNya. TUHAN selalu menepati janjiNya terhadap hambanya yang taat kepadaNya, seperti Abraham yang cukup lama menunggu janji TUHAN (Kej. 17:7-14).

Ogen : Titus 2:6-8

Surat Paulus ditulis ketika Titus berada di Pulau Kreta (barat daya Asia kecil di Laut tengah) Paulus menugaskanTitus untuk melanjutkan pelayanannya di antara jemaat i Kreta (Tit. 1:5). Titus bukan orang Jahudi tetapi seorang yang bertobat dan menjadi rekan sekerja Paulus dalam pelayanannya. Oleh karena itu Paulus mengingatkan sekaligus ingin menugaskan agar menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua. Membantu jemaat bertumbuh di dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan, serta membungkam guru-guru palsu. Khususnya dalam teks ogen kita berbicara tentang nasihat agar kiranya Titus mampu menjadi teladan dalam pelayanan kepada Tuhan. Melalui surat Paulus ini juga Titus dinasihati mengenai bagaimana seharusnya mengajar/memberi pengajaran terhadap setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat baik golongan laki-laki,Perempuan, yang sudah lanjut usia, golongan orang-orang muda dan golongan hamba-hamba. Titus mampu mempengaruhi jemaat dengan mencerminkan hidup yang benar dihadapan Allah. Inilah panggilan hidup yang Tuhan inginkan agar mampu menguasai diri dalam segala situasi (ay. 6-7). Titus juga mampu berusaha memakai perkataan yang baik dalam mengajar, tentunya yang berkenan di hadapan Allah. Sehingga sedikitpun tidak ada celah orang lain untuk mencari kesalahan dalam pelayanannya (ay. 8)

Invocatio : Daniel 1:4a

Kitab Daniel berisi berbagai peristiwa dari penyerbuan pertama Nebukadnezar ke Yerusalem (tahun 605 SM) hingga tahun ketika pemerintahan Koresy (tahun 536 SM), jadi latarbelakang kitab Daniel ini yaitu sejarah Babel selama 70 tahun pembuangan yang dinubuatkan nabi Yeremia (Yer 25:11). Saat itu ketika Allah memberikan kemenangan atas Yoyakim kepada Nebukadnezar. Raja Babel ini membawa beberapa perkakas rumah Allah dan juga beberapa bangsawan pilihan (ay. 1-2). Sejak kehancuran niniwe 7 tahun sebelumnya, Kerajaan Babel berkembang pesat sehingga mereka membutuhkan tenaga terpelajar dari bangsanya sendiri untuk menjalankan pemerintahan. Daniel seorang remaja pada saat itu, dan dia berasal dari anak-anak Yehuda, yang dibawa ke tawanan Babel bersama yoyakim dan berasal dari darah bangsawan, keturunan raja Hizkia (2 Raj. 20:18) tentu ia berasal dari kalangan keluarga terdidik, sehingga raja memilih pemuda-pemuda tampan, sehat, dan terpelajar tentunya tidak bercacat salah satunya Daniel dan ketiga kawannya (Hananya, Misael, dan Azarya) yang dinamai oleh pemimpin pegawai istana yaitu Sadrakh, Mesakh, dan Abednego Mereka di didik selama 3 tahun belajar tentang kebudayaan dan Bahasa Babel (ay 4, 8). Jika dilihat seterusnya maka Daniel diberikan kekuatan oleh Tuhan melalui kelebihannya tentu keberhasilan Daniel di Babel disebabkan oleh Integritas kepribadiannya, dan ia mampu melakukan nubuat-nubuat oleh karena campur tangan Tuhan.

Melalui teks Kotbah, Ogen dan Invocatio memberikan sebuah perenungan kepada jemaat Tuhan dan orang-orang muda bahwa ternyata dalam segala perjalanan hidup manusia Tuhan senantiasa menyertai. Sekalipun dalam situasi yang buruk menurut pandangan manusia tetapi Tuhan mengubahkannya sesuai dengan rencana Tuhan atas kehidupan kita. Melihat kehudupan Yusuf ternyata Tuhan ingin menaikkan derajat hidup keluarga Yakub melalui anaknya Yusuf, Tuhan memelihara hati Yusuf sehingga kebencian terhadap saudara-saudaranya sirna. Pikiran positif senantiasa membawa Yusuf melihat berkat dari Tuhan yang berlimpah bagi dirinya dan keluarganya. Titus meskipun ia masih muda Tuhan pelihara dalam tuntunanNya sehingga mampu melayani Tuhan dengan segala keterbatasannya ia tetap rendah hati mau dibimbing oleh Tuhan. Daniel juga masuk dalam pilihan orang-orang muda yang bernilai tentu hal ini juga merupakan bagian dari Rencana Tuhan yang menyertai Dia sehingga kehidupannya berhasil.  

III. APLIKASI/PENUTUP

  1. Tema dalam Minggu Permata ini adalah “Pengarak-ngarak Tuhan erbahanca sangap” Tuhan senantiasa menyertai umatNya dalam segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan ketika kita dipilih menjadi bagian dari Anak-anak Tuhan. Proses kehidupan kita tentu jauh berbeda ketika Tuhan yang menjadi andil dalam kehidupan kita. Orang -orang muda dipakai oleh Tuhan menjadi alatNya. Maka kita sebagai Permata GBKP juga telah dipilih oleh Tuhan untuk menjadi alatNya “menjadi Rudang-rudang” kegeluhen yang mampu kuat, teguh dalam Iman dan pengharapan, tentunya tidak mudah goyah oleh keadaan zaman yang semakin berkembang. Meskipun keadaan sangat sulit dilalui oleh tantangan zaman tapi kasih Tuhan senantiasa melampaui segala zaman itulah yang membuka pikiran, hati, jiwa, raga kita anak-anak muda untuk berfikir positif memandang setiap persoalan, menjaga hati ketika ada banyak tantangan kehidupan tetap rendah hati menerima segala keadaan hidup, dan melatih jiwa, raga kita untuk terus belajar mendekatkan diri kepada Tuhan. “GOD is Number One” belajar untuk mengutamakan Tuhan dalam segala hal maka jendela keberhasilan akan Tuhan bukakan dalam kehidupan kita.
  1. Dalam perayaan HUT Kategorial Pemata GBKP ke 77 Tahun ini membawa perenungan yang dalam tentang bagaimana Hidup kita sebagai orang-orang muda mampu menjadi berkat bagi orang lain. Tentu tidak gampang menjadi berkat bagi orang lain mari kita mulai dari diri kita sendiri untuk lebih dulu berdamai dengan situasi hidup kita. Jangan-jangan selama ini kita berfikir hanya ketika hidup kita baik-baik saja kita mampu menjadi berkat. Tentu tidak. Oleh karena itu pentingnya kita belajar mendewasakan diri kita bersama Tuhan. Karena pepatah mengatakan “musuh terbesar dalam hidup ini adalah Diri Kita Sendiri” mari berjuang di dalam iman kepada Tuhan sehingga kita sudah selesai dalam memahami diri kita dan memahami kehendak Tuhan yang senantiasa memberikan kebaikan dalam kehidupan. Tetap semangat, masih ada kesempatan dan harapan yang Tuhan berikan untuk terus belajar dan bertumbuh di dalam Iman.Tuhan Yesus Memberkati. Soli Deo Gloria.

                                                                                               

Det. Melia Santaria br. Silaban

GBKP Perminggun Subang

MINGGU 07 SEPTEMBER 2025, KOLOSE 1:3-8 (MINGGU NOTOKEN SERAYAN TUHAN I)

Invocatio :

Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. (Matius 5:11).

Bacaan :

Yeremia 1:4-10 (Responsoria)

Khotbah :

Kolose 1:3-8 (Tunggal)

Tema :  TEKUN BEKERJA DALAM PEKERJAAN KRISTUS (TUTUS ERDAHIN IBAS DAHIN KRISTUS)

 

I. KATA PENGANTAR

Jemaat Tuhan yang dikasihi Tuhan Yesus, Minggu ini adalah Minggu dimana kita semua dipanggil berdoa untuk hamba Tuhan yang melayani Tuhan. Pada Minggu ini kita dituntun untuk merasakan kembali betapa baiknya keinginan Tuhan menanggil semua manusia untuk menjadi hamba-Nya. Dan selaku tubuh Kristus kita dipanggil untuk saling menopang dan menguatkan melalui doa-doa kita dan kita semua dipanggil untuk berdoa memohon belas kasihan Tuhan.

Kita juga dapat melihat kekuatan doa pada jemaat mula-mula yang membuat mereka diberkati. Dalam Kisah Para Rasul 2:42 dapat kita lihat bahawa ada tiga hal yang dilakukan jemaat mula-mula yaitu:

  1. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
  2. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti.
  3. Berdoa

Hasilnya ayat 47, Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Oleh sebab itu melalui firman Tuhan hari ini kita mau belajar bagaimana sesungguhnya kita memaknai doa dalam kehidupan kita dan bagaimana kita mengaplikasikan doa-doa kita dalam kehidupan keluarga dan pelayanan kita sehingga kita tetap mampu melakukan tugas pelayanan kita sekalipun banyak persoalan yang kita hadapi.

II. PENDALAMAN TEKS

Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kol 4:16) di bagian barat daya Asia Kecil, kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus. Agaknya jemaat Kolose telah didirikan sebagai akibat tiga tahun pelayanan yang luar biasa dari Paulus di Efesus (Kis 20:31). Pengaruh pelayanannya begitu luar biasa dan luas jangkauannya sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani" (Kis 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah mengunjungi Kolose (Kol 2:1), ia telah memelihara hubungannya dengan gereja itu melalui Epafras, seorang yang bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kol 1:7Kol 4:12).

Paulus memiliki dasar pengenalan yang up to date tentang jemaat ini, sehingga ia dapat menaikkan syukur untuk hal-hal yang konkrit. Perhatian Paulus nampak pula dalam kerutinannya mengingat jemaat ini dalam doanya (ayat 3). Yang menjadi perhatian Paulus bukanlah hal-hal yang bersifat materi, tetapi hal-hal rohani yang begitu mendasar bagi sebuah jemaat yang bertumbuh, yakni: iman, kasih, dan pengharapan; semuanya berdasarkan kebenaran Injil dan kasih karunia Allah (ayat 4-6). Paulus begitu jeli mengamati jemaat ini dan dengan dasar teologinya yang benar, ia menilai secara spesifik terhadap pertumbuhan jemaat yang berakar dari pendengarannya akan Injil dan responsnya terhadap kasih karunia Allah. Paulus memberi salam kepada jemaat Kolose dan mengucap syukur kepada Allah karena semua hal baik yang selalu didengarnya tentang mereka. Ia berdoa agar mereka memuliakan Allah dan tetap berakar dalam iman kepada Kristus.

Alasan untuk menulis surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose (Kol 2:8). Ketika Epafras, seorang pemimpin dalam gereja Kolose dan boleh jadi pendirinya, mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan memberitahukan tentang situasi di Kolose (Kol 1:8Kol 4:12), Paulus menanggapinya dengan menulis surat ini. Pada waktu itu ia berada dalam tahanan (Kol 4:3,10,18), mungkin sekali di Roma (Kis 28:16-31) sambil menantikan naik bandingnya kepada Kaisar (Kis 25:11-12). Rekan Paulus, Tikhikus sendiri membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus (Kol 4:7). Kolose 1:1-8 memberikan gambaran yang cukup jelas tentang kasih persaudaraan yang diwujudnyatakan dalam keseharian mereka.

Kasih persaudaraan itu dapat terlihat dalam diri Paulus yang telah menuliskan surat gembala pada jemaat Kolose. Sebagai seorang rasul Kristus yang mengasihi jemaat, mengirimkan surat gembala untuk membina jemaat adalah suatu tindakan yang baik dan penuh kasih. Paulus tidak tinggal diam ketika ia mengetahui ada persoalan yang terjadi di dalam jemaat tersebut. Dengan penuh kasih Paulus, menyapa, mengajar, menegur dan mengarahkan jemaat menuju pertumbuhan rohani yang lebih baik. Kehidupan jemaat Kolose, walaupun ada kekurangan di sana-sini, juga telah menunjukkan sikap yang saling mengasihi di antara anggota jemaat. Sikap mereka itu rupanya cukup berkesan sehingga menjadi topik pelaporan Epafras kepada Paulus.

Dengan kesadaran ini, Paulus menulis surat kepada jemaat di Kolose. Meskipun sedang mendekam di penjara, ia menguatkan jemaat di Kolose. Saat itu mereka sedang bertumbuh dalam iman, namun di saat bersamaan, mereka juga menghadapi rupa-rupa pengajaran sesat. Dalam surat ini, Paulus menegaskan kepada jemaat bahwa ia begitu bersyukur kepada Allah akan keadaan mereka. Paulus dan Timotius tidak henti-hentinya berdoa untuk pertumbuhan mereka agar menerima hikmat dan pengertian yang benar dalam mengetahui kehendak Tuhan (9). Hal ini dilakuken Paulus agar kehidupan jemaat Kolose layak di hadapan Tuhan serta berkenan kepada Tuhan dalam segala hal dan jemaat Kolose dapat memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar dan mengucap syukur dengan suka cita kepada Bapa yang melayakkan mereka untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang Kudus di dalam kerajaan terang. (ay.10-12).

III. APLIKASI

Tema kita adalah TEKUN BEKERJA DALAM PEKERJAAN KRISTUS. Tekun dalam KBBI artinya rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Yesus Kristus adalah teladan utama dalam pelayanan. Dia datang ke dunia untuk melayani dan memberikan diri-Nya sebagai korban untuk keselamatan manusia (Matius 20:28). Berarti tema ini mau mengajarkan kepada kita agar kita sungguh-sungguh dalam meneladani Yesus dalam pelayanan-Nya yakni melayani dan memberikan diri kita untuk menjadi saksi Kristus dalam mengabarkan kabar keselamatan kepada setiap orang melalui kehidupan kita.

Memang tidak mudah melakukan tugas pelayanan yang Tuhan berikan kepada kita. Bahkan dalam bacaan yang pertama dikatakan bahwa salah seorang nabi agung Yehuda, Yeremia, juga merasakan sulitnya menerima tugas tersebut. Apalagi ia masih muda dan belum berpengalaman. Namun justru Tuhan memilih dan memakainya. Tuhan memilih hamba-Nya sejak ia masih dalam kandungan. Pemilihan-Nya berdasarkan kasih karunia dan kedaulatan-Nya. Maka respons yang patut ialah menyambut dan mengucap syukur atas kepercayaan itu. Karena Tuhan yang memilih juga menyertai dan menyertakan kuasa-Nya. Dua petunjuk ini mengokohkan hal yang memang sulit itu, "mencabut dan merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan, membangun dan menanam bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan." Tugas yang nampak mustahil. Namun bersama Tuhan, hamba yang setia pasti mampu bagaikan kota dan benteng yang kokoh melawan semua musuh Tuhan. Kegentaran terhadap para musuh sama dengan tidak takut kepada Tuhan dan akan mendatangkan penghukuman.

Tetapi kita harus mau seperti Paulus, sekalipun dia di dalam penjara Paulus tetap peduli terhadap pekerjaan Tuhan yakni mendoakan jemaat Kolose karena sedang mengalami pergumulan iman akibat adanya pengajaran sesat yang mau merusak iman mereka. Tidak ada alasan bagi Paulus untuk tidak mengerjakan pekerjaan Tuhan sekalipun dia di dalam penjara.

Oleh sebab itu marilah kita semua senantiasa tetap setia kepada Tuhan dan tetap tekun bekerja dalam mengerjakan apa yang Tuhan perintahkan dalam hidup kita sekalipun banyak persoalan yang harus kita hadapi. Jangan pernah menyerah melainkan teruslah bekerja dan melayani sekalipun banyak tantangan karena pada waktunya kita akan menuai kebahagiaan dalam hidup kita. Seperti yang disampaikan dalam invocatio kita ”Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat”, karena penghiburan yang disediakan bagi orang-orang kudus yang menderita adalah

  1. Mereka berbahagia, sebab sekarang, selagi masih hidup, mereka menerima segala yang buruk (Luk. 16:25), dan menerimanya karena sesuatu yang baik. Mereka berbahagia, karena ini merupakan kehormatan bagi mereka (Kis. 5:41).
  2. Mereka akan mendapat upah. Kerajaan Sorga akan menjadi milik mereka. Pada masa sekarang ini pun mereka sudah mendapat kepastian mengenai hal ini dan merasakan cicipan manisnya lebih dulu, dan tidak lama lagi mereka akan memperolehnya dengan seutuhnya.

Dan pada Minggu Mendoakan Hamba Tuhan ini marilah kita semua sebagai jemaat Tuhan, marilah kita mau mendoakan para hamba-hamba Tuhan yang melayani jemaatnya agar mampu melakukan pekerjaan yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya sekalipun banyak tantangan yang harus mereka hadapi. Tanggung jawab hamba tuhan memang mendoakan jemaatnya tepati jemaat juga berkewajiban mendoakan hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka agar mampu tetap setia mengerjakan pekerjaan Kristus.

MINGGU 31 AGUSTUS 2025, KHOTBAH 1 SAMUEL 2:22-25 (MINGGU MAMRE)

Invocation :

Kasih Karunia dan damai Sejahtera dari Allah, Bapa Kita, dan dari Tuhan Kistus menyertai kamu (1 Korintus 1:3)

Bacaan  :

2 Timotius 1:1-2 (Tunggal)

Tema :

Tanggung Jawab Seorang Ayah

 

I. Pendahuluan

Pada tahun 2025 ini umur Kategorial Mamre di GBKP genap 30 tahun. Umur 30 tahun dalam dunia kepada seorang ayah merupakan umur yang masih relatif muda. Namun umur 30 tahun bagi seorang lajang akan disebut tua oleh manusia ataupun dunia ini. Secara organisasi kategorial mamre berumur 30 tahun merupakan nomor 2 termuda di GBKP setelah Saitun. Muda dan Tua kembali kepada tanggung jawab yang di lakukan oleh mereka yang takut akan Tuhan serta melakukan apa yang benar sesuai dengan Firman Tuhan. Dan tentunya pencapaian Mamre GBKP baik dalam Pelayanan, Persekutuan dan Diakonia tidak pernah ada habisnya, sehingga Mamre GBKP harus terus belajar, meningkatkan kualitas dalam segala hal dan yang lebih utama adalah iman dan buah iman tersebut.

Sebuah ilustrasi: Suatu ketika seorang ayah ditanya oleh anaknya yang masih berusia 12 tahun saat mereka sedang duduk berdua dan menikmati sebuah pemandangan. Mengapa ayah selalu rajin berdoa,rajin beribadah padahal keadaan ekonomi kita tetap biasa saja, gadak perubahan bahkan motor buntut itu selalu saja ayah katakan motornya akan baik-baik saja. Sebenarnya apa yang ayah peroleh dengan sering berdoa secara teratur kepada Tuhan, bukan kah kitab isa meminta kepada Tuhan rejeki yang banyak supaya dapat merubah kehidupan kita? Ayahnya menjawab, tidak ada yang ayah dapat nak, malah ayah banyak kehilangan, kamu tahu gak ayah kehilangan apa saja?; ternyata setelah berdoa dengan teratur setia beribadah kepada Tuhan ayah kehilangan Kekhawatiran, Kemarahan, Kekecewaan, Sakit hati, Kebencian, Kesombongan, Depresi dan papa sangat bersyukur kehilangan mereka semua.

II. Isi

1 Samuel 2:22-25

Teks dalam pasal yang ke 2 dimulai dengan ayat yang ke 11 berisi beberapa kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak imam Eli. Kejahatan yang sangat buruk dari anak-anak imam Eli ay. 12 disebut sebagai anak yang dursila (jahat, tidak bermoral). Imam Eli sendiri adalah seorang yang sangat baik, dan tidak diragukan akan mendidik putra-putranya dengan baik, memberi mereka petunjuk yang baik, menunjukkan teladan yang baik. Akan tetapi, ketika mereka bertumbuh besar mereka menjadi orang-orang dursila, dan dapat disebut juga sebagai para bandit yang keterlaluan; mengapa ? karena  mereka tidak mengindahkan TuhanMereka hanya sekadar memiliki pengetahuan dalam benak mereka tentang Allah dan hukum-hukum-Nya, pada kenytaannya hanya pengetahuan semata dalam kenyataannya mereka tidak hidup sesuai apa yang mereka pelajari dan ketahui tentang Firman dan ajaran Allah tetapi mereka hidup menentang Allah dengan perbutan mereka. Eli adalah imam besar dan hakim di Israel. Putra-putranya adalah juga imam berdasarkan keturunan. Karakter mereka dulunya suci dan dihormati, dan mewajibkan mereka, demi nama baik mereka, untuk memperhatikan kepantasan. Mereka menduduki pucuk pimpinan dari jabatan dan pelayanan, kehormatan, kekuasaan, dan pengetahuan mereka justru membuat mereka menjadi sangat buruk. Mereka tidak perlu pergi untuk menyembah allah lain, seperti yang dilakukan oleh orang-orang lain. Kejahatan yang dilakukan anak-anak Eli;

  • Mereka tidak mengindahkan persembahan untuk TUHAN dan memanfaatkannya untuk diri mereka sendiri, atau lebih tepatnya memakainya untuk memuaskan kehidupan mereka sendiri. Mereka merampok orang-orang yang datang membawa persembahan dan menjarah sebagian hasil persembahan korban pendamaian bagi diri mereka padahal para imam telah mempunyai bagian mereka sendiri, yaitu dada persembahan unjukan dan paha persembahan khusus ( 7:34), tetapi ini pun tidaklah memuaskan mereka (lih. ay. 13-14).
  • Anak-anak Eli melacurkan para wanita yang datang untuk beribadah di pintu masuk rumah Tuhan (ay. 22). Mereka telah memiliki istri sendiri, tetapi mereka seperti kuda-kuda jantan yang gemuk dan gasang ( 5:8). Pergi ke rumah-rumah pelacuran saja, para pelacur biasa sudah merupakan suatu kejahatan yang menjijikan, apalagi menyalahgunakan kepentingan sebagai imam terhadap para wanita, yang baik-baik dan saleh, dengan mengajak mereka melakukan kejahatan. Ini suatu ketidaksusilaan yang mengerikan, yang tidak terpikirkan bisa diperbuat oleh orang-orang yang menyebut diri imam. 

Sesungguhnya imam Eli memberikan teguran terhadap anak-anaknya atas kejahatan mereka: Ketika Eli telah sangat tua (ay. 22) dan tidak dapat mengatur pelayanan rumah Tuhan seperti sebelumnya dan mempercayakan semuanya kepada putra-putranya. Karena kelemahan umur ayah mereka, anak-anak itu tidak memandang ayah mereka, dan berbuat apa yang mereka sukai. Sangat memprihatinkan imam Eli diberi tahu orang tentang kejahatan anak-anaknya itu kabar tersebut sangat menghancurkan hatinya, dan betapa berat beban yang ditambahkan kepadanya di usia renta itu. Namun hal tersebut tampaknya tidak membuatnya segera memarahi mereka sampai didengarnya tentang perbuatan mereka yang melacurkan wanita, barulah dia merasa perlu untuk menegur mereka. Seandainya sedari dulu ia menghardik mereka atas ketamakan dan pesta pora mereka, hal ini mungkin dapat dicegah. Orang-orang muda seharusnya diberi tahu tentang kesalahan mereka segera setelah dilihat bahwa mereka mulai kelewat batas, supaya jangan sampai hati mereka mengeras.

Mengenai teguran Eli terhadap anak-anaknya, Imam Eli memberi tahu mereka bahwa perbuatan mereka sangat jelas tidak dapat disangkal lagi, dan tidak dapat disembunyikan: “Kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu (ay. 23). Ini bukan dugaan dari satu atau dua orang saja, melainkan kesaksian yang diakui oleh banyak orang. Imam Eli menunjukkan kepada mereka akibat-akibat buruk dari perbuatan mereka, bahwa mereka tidak hanya telah berdosa, tetapi juga membuat orang Israel berdosa pula, dan seluruh bangsa itu harus bertanggung jawab atas dosa mereka juga, selain dosa anak-anak itu. “Kalian yang seharusnya membuat banyak orang berbalik dari kesalahan (Mal. 2:6), malah kalian menyebabkan umat Tuhan melakukan pelanggaran, dan merusakkan bangsa bukan membaruinya. Imam Eli memperingatkan mereka tentang bahaya yang mereka bawa sendiri oleh perbuatan dosa tersebut (ay. 25). Ia menyatakan kepada mereka apa yang kemudian disampaikan oleh Allah kepadanya, bahwa dosa takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian (3:14). Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, hakim yaitu imam yang ditunjuk untuk menjadi hakim dalam banyak perkara, (Ul. 17:9) akan mengadilinya, akan memeriksa kasusnya, mendamaikan perkara, dan membuat penebusan bagi si pelanggar. Tetapi jika seseorang berdosa terhadap Tuhan yaitu, jika seorang imam menajiskan hal-hal yang kudus dari Tuhan, jika seseorang melayani Allah demi menyelamatkan orang lain tetapi dia sendiri menghina-Nya, maka siapakah yang menjadi pengantara baginya? Eli sendiri adalah seorang hakim, dan sering menjadi perantara untuk para pembuat kejahatan tetapi katanya kepada anak-anaknya, “Kalian yang berdosa terhadap Tuhan,” yaitu, “melanggar hukum dan kehormatan Allah, bagaimana mungkin aku dapat memohon ampun untuk kalian?” seorang ayah yang sangat tidak memiliki kuasa dan kemampuan atas apa yang dilakukan anak-anaknya kepada Allah. Teguran Eli terlalu lunak dan lembut. Ia seharusnya menghardik mereka dengan keras. Kejahatan mereka pantas mendapat teguran yang sangat keras. Watak mereka membutuhkannya. Kelembutan dalam menghadapi mereka hanya akan lebih mengeraskan hati mereka. Entah karena dia mengasihi anak-anaknya atau karena dia takut kepada mereka sehingga ia memperlakukan mereka sedemikan. Apa yang dikatakannya memang benar, tetapi itu belumlah cukup. Kadang-kadang diperlukan untuk memberikan ketajamana/penegasan pada teguran yang diberikan. Teguran Elia tidaklah berpengaruh kepada anak-anaknya, mereka tidak menghargai baik kekuasaannya maupun kasih sayangnya. Ini terjadi sebab Tuhan hendak mematikan mereka (ay 25) karena mereka sudah lama mengeraskan hati dan sekarang perhatikanlah, orang-orang yang tuli terhadap teguran hikmat sangat jelas sedang menuju kehancuran. Allah telah menentukan akan membinasakan mereka (2Taw. 25:16 dan Ams. 29:1).

2 Timotius 1:1-2

Timotius dikenal sebagai "anak rohani" Rasul Paulus. Ia lahir dari seorang ibu Yahudi bernama Eunike dan ayahnya seorang Yunani, ibunya Eunike dan neneknya Lois, adalah wanita Yahudi yang saleh percaya kepada Yesus Kristus dan memainkan peran penting dalam membentuk iman Timotius. Ibu dan neneknya sangat berperan dalam memperkenalkan Timotius pada Kitab Suci dan menanamkan iman kepada Tuhan. Meskipun ayahnya tidak disebutkan secara aktif dalam pembentukan iman Timotius, Alkitab menekankan pentingnya pengaruh ibu dan neneknya dalam hidupnya. Mereka adalah contoh iman yang kuat yang menjadi dasar bagi perjalanan rohani Timotius. 

Eunike dan Timotius tinggal di Listra dimana penduduk Listra menyembah berhala beribadah kepada dewa, tentu tidak mudah bagi Eunike dalam mendidik anaknya dalam iman yang benar karena pengaruh lingkungan serta pergaulan yang buruk di kota listra pada waktu itu. Kota yang hanya mencari kesenangannya sendiri dimana tidak mengenal Allah, Eunike tetap taat dan hidup mengikuti hukum dengan ketetapan hukum taurat sebagai orang Yahudi yang mendidik anaknya dalam pengajaran hukum taurat dengan baik. Paulus tahu betul bahwa ada warisan penting dari nenek Lois dan ibu Eunike. Warisan berharga bukanlah rumah, emas atau uang dalam jumlah besar, melainkan warisan iman kepada Yesus yang ditanam dan dipelihara dalam kehidupan keluarga Timotius. Paulus mendorong anaknya Timotius untuk terus memelihara warisan iman keluarganya yang sudah ada di dalam Tuhan.

Paulus sebagai bapa rohani Timotius memberikan figure yang baik dalam membentuk Timotius dalam pelayanan Timotius agar ia tidak menyerah atau berhenti memberitakan kesaksian Allah dan kerajaan Allah sesuai dengan iman Timotius yang kuat. Timotius adalah orang yang bisa dipercaya, tapi dia kurang antusias. Dia tampak belum dewasa, ketika Paulus menugaskannya untuk memimpin gereja Efesus (1 Tim 4:12), seorang penakut (2 Tim 1:6,7) dan sering mengalami gangguan pencernaan (1 Tim 5:23). Tujuan dari surat yang menyandang namanya adalah untuk mendorong dan menguatkan hati mereka untuk menerima tugas sulit yang diberikan Paulus kepadanya.

1 Korinti 1:3

Pelayanan Paulus begitu luar biasa dalam memberitakan firman dan dalam kesibukan itu dia tidak menjadikan itu alasan untuk tidak memperhatikan jemaat yang dia bina. Sekalipun keadaan di gereja Korintus sedang dalam keadaan tidak baik, hal itu tidak membuat Paulus menghindar ataupun menolak mereka, tetapi dengan kasih di masih memberikan diri untuk menjawab pertanyaan dari jemaat.

III. Aplikasi

Seorang ayah memiliki tanggung jawab penting dalam keluarga, termasuk memimpin, melindungi, menyediakan, dan membimbing anak-anaknya. Tanggung jawab yang menekankan peran ayah sebagai kepala keluarga dan teladan bagi anak-anaknya,  mengajarkan kebenaran kepada anak-anak Anda, menetapkan batasan, dan menerapkan disiplin agar mereka dapat menjalankan rencana Tuhan bagi hidup mereka. Ayah berperan sebagai pemimpin rohani bagi anggota keluarganya yang hadir dan berdiri bagi anggota keluarga di hadapan Tuhan dan mengarahkan anggota keluarga untuk hidup dalam kehendak Tuhan melalui doa, memuji Tuhan, membaca dan merenungkan firman Allah serta mengaplikasikan dalam kehidupan kesehariannya. Seorang imam Eli memiliki kelemahan dalam mengajarkan dan memberikan teguran terhadap anaknya ketika sudah melakukan kejahatan yang sangat fatal, kasih sayang seorang ayah sehingga dia tidak memberikan teguran sejak dini terhadap anaknya namun akhirnya mendatangkan kebinasaan bagi anaknya. Timotius seorang yang muda mendapatkan didikan rohani dari nenek dan ibunya menjadikan dia pribadi yang takut akan Tuhan. Peran keluarga sangat penting dalam pertumbuhan dan masa depan seorang anak, sehingga Paulus sebagai figure ayah rohani memilih dan mempersiapkan Timotius menjadi seorang pelayan yang setia dan teguh.

Mamre GBKP tentunya secara kategorial memiliki program Pelayanan, Persekutuan dan Diakonia. Sebagai pribadi mamre di dalam keluarganya juga sangat penting untuk memperhatikan anak dalam segala hal, baik spiritual, emosi, pendidikan, etika pergaulan tentunya tetap setia dan tetap berdoa bagi mereka. Hubungan si mehuli ras Dibata tentuna mabai kita mpengasup kita guna ngelayasi kerinana. Tuhan si mpengasupsa.

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD