MINGGU 03 AGUSTUS 2025, MATIUS 18:1-5 (MINGGU KAKR)
Invocatio :
“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka (Ams.17:6)
Ogen :
Kejadin 22:13-19 (Tunggal)
Tema :
Menyambut Anak-Anak Di Dalam Nama Tuhan
I. Pendahuluan
Anak merupakan buah hati setiap keluarga. Oleh karena itu kehadiran anak ditengah keluarga merupakan satu kebahagian bagi setiap orangtua. Tetapi tidak semua anak mendapat kebahagian di lingkungan dimana mereka tinggal. Bila kita melihat ada anak-anak yang “broken home” di dalam rumah tangga dan bahkan ada anak-anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Gereja wajib mengembalikan posisi anak dari marginal (terpinggirkan) ke posisi yang seharusnya.
Keberpihakan terhadap anak adalah tangung jawab keluarga, gereja dan pemerintah. Keluarga adalah unit dasar dalam masyarakat, sementara gereja adalah tempat dimana anak mendapat dukungan rohani dan pembentukan karakter. Tiga entitas ini, memiliki peran yang saling terkait dalam membentuk anak dan mempengaruhi perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Tentunya sehubungan dengan tema “sambutlah anak-anak dalam nama Tuhan”, yang menuntun perenungan firman dalam khotbah ini.
II. Isi
Tema ini diambil dari bagian ay.5. Tema ini merupakan kalimat perintah yang dikatakan Yesus untuk para muridNya ketika mereka mempertanyakan perihal siapa yang terbesar dalam kerajaan Sorga. Kata sambutlah di sini, jika kita melihat pengertiannya dalam bahasa asli Yunani δέχομαι, baca : dekh'om-ahe (baca dekomai) yang artinya menerima anak-anak dalam teks asli Yunani (παιδίον, baca Paidion) yang artinya anak kecil/children. Apa maksud perkataan Yesus ini? Anak-anak golongan lemah dibandingkan orang dewasa. Anak-anak pasti membutuhkan pertolongan dan bergantung pada orang lain. Kalau orang dewasa cendrung sudah berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain.
- Siapakah yang Terbesar? Pertanyaan yang diajukan para murid Yesus bukanlah pertanyaan baru. Dalam masyarakat, status, kekuasaan, dan prestasi sering kali menjadi ukuran kesuksesan. Namun, Yesus mengalihkan fokus dari ukuran dunia ini menjadi sebuah pengajaran yang mendasar tentang kerendahan hati. Ia memanggil seorang anak kecil, simbol dari ketidakberdayaan dan kesederhanaan, untuk menegaskan bahwa dalam Kerajaan Surga, ukuran terbesar adalah mereka yang merendahkan diri.
- Pentingnya Pertobatan dan Kerendahan hati pertobatan yang Yesus maksudkan bukanlah sekadar pengakuan atas dosa, tetapi juga sebuah perubahan sikap hati. Menjadi seperti anak kecil berarti melepaskan ego dan ambisi pribadi yang sering menghalangi kita untuk menerima kasih karunia Tuhan. Ini adalah ajakan untuk menyederhanakan hidup kita, menjauh dari kebanggaan, dan mengedepankan sikap rendah hati.
- Anak Kecil dalam perspektif Alkitabiah Mengapa Yesus memilih seorang anak kecil sebagai contoh? Anak kecil mewakili ketulusan, ketergantungan, dan kepercayaan. Dalam konteks ini, anak kecil mengingatkan kita untuk kembali kepada dasar iman kita. Mereka tidak memiliki kepentingan pribadi yang kompleks; mereka datang dengan hati yang bersih, siap menerima kasih dan bimbingan. Dalam hal ini, kita diajak untuk mengevaluasi diri dan memikirkan kembali motivasi dan tujuan hidup kita.
- Menyambut anak kecil dan menyambut Yesus Yesus melanjutkan dengan menekankan pentingnya menjamu anak-anak kecil. Menyambut anak kecil tidak hanya berarti memberi perhatian kepada anak-anak secara fisik, tetapi juga menerima dan menghargai orang-orang yang dianggap tidak berarti dalam masyarakat. Ini berhubungan erat dengan kasih kita kepada sesama. Seringkali, kita lebih fokus pada orang-orang yang memiliki pengaruh atau kekuasaan, sedangkan Yesus mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama di hadapan-Nya.
III. Relevansi
Dalam dunia modern yang kompetitif ini, pesan Yesus di Matius 18:1-5 memberikan tantangan yang besar. Kita hidup di tengah masyarakat yang sering kali merayakan status, kekuasaan, dan pencapaian individu. Namun, dengan mengedepankan sikap rendah hati dan ketulusan, kita dapat membawa dampak positif bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekeliling kita.
- Sikap Rendah hati di tempat Kerja: Dalam lingkungan profesional, banyak orang merasa perlu untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka, sering kali dengan cara yang dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Dengan mengedepankan kerendahan hati, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik, menciptakan suasana kerja yang saling mendukung, dan memperkuat kerjasama tim.
- Dalam hubungan Pribadi: Kita sering kali terjebak dalam keinginan untuk menjadi yang terbaik di antara teman-teman atau keluarga kita. Dengan mengadopsi sikap anak kecil, kita belajar untuk menghargai keunikan setiap individu dan menerima mereka sebagaimana adanya. Hal ini dapat memperkuat hubungan dan mengurangi konflik yang tidak perlu.
- Menghargai Setiap Individu: Masyarakat sering kali menganggap sepele mereka yang dianggap “kecil” atau “tidak penting.” Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menghargai setiap orang, termasuk mereka yang berada di pinggiran sosial. Menyambut dan menghargai semua orang menciptakan lingkungan di mana kasih dan dukungan bisa tumbuh.
- Melalui Tema, sambutlah anak-anak di dalam nama Tuhan, tentunya kita perlu kembali mengevaluasi bagaimana peranan orangtua apakah sudah membuat suasana “at home” ditengah keluarga sebab faktor kesibukan orangtua sering sekali waktu kebersamaan dengan anak sudah sangat minim di tengah keluarga.
- Gereja juga perlu memberi prioritas kepada program-program yang membangun iman anak-anak KAKR contohnya dengan melakukan pembinaan-pembinaan berkala bagi guru KAKR sehingga guru KAKR mendapatkan wawasan baru dan relevan dalam memberikan pengajaran bagi anak-anak KAKR selain itu juga gereja perlu menjadi gereja yang “ramah anak” sehingga tercipta suasana damai dan sukacita bahkan anak-anak KAKR merasakan kegembiraan untuk datang ke Gereja.
- Melalui bacaan kita pertama kejadian 22:13-19, pengalaman Abraham sebagai bapa orang beriman, Abraham menerima janji berkat dari Tuhan karena ia percaya akan penyertaan Tuhan bahkan mau menyerahkan kehidupan anaknya kepada Tuhan, demikian juga kita sebagai orangtua hendaknya memiliki kepercayaan sepenuhnya utk menyerahkan masa depan bahkan kehidupan anak kita sepenuhnya kepada Tuhan sehingga orangtua akan menerima mahkota kebahagian dari keturunannya (bdk. Invocatio Ams 17:6).
Pdt.Natal Nael Ginting, S.Th
Rg Palangka Raya
MINGGU 27 JULI 2025, KHOTBAH 1 TIMOTIUS 6:11-16
Invocatio :
“Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:13)
Ogen :
Ulangan 32:1-4 (Responsoria)
Tema :
MEGEGEH I BAS PERLUMBAN IMAN (KUAT DI DALAM PERLOMBAAN IMAN)
PENGANTAR
Rasul Paulus seringkali menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan perlombaan untuk menggambarkan perjuangan iman, misalnya: Roma 5:3-4; 1 Kor. 9:24-26; Gal. 5:7; 2 Tim. 4:7. Istilah-istilah tersebut digunakan Paulus untuk menekankan pentingnya ketekunan dan disiplin dalam beriman kepada Kristus, sekaligus mendorong orang-orang percaya untuk menjalani kehidupan Kristen mereka dengan fokus yang jelas yaitu keselamatan kekal.
Dalam perjalanan sejarah kekristenan, tentu sudah banyak pendahulupendahulu kita yang sudah mencapai garis akhir perlombaan. Seperti Paulus, mereka semua sudah mengakhiri perlombaan dengan baik, mereka sudah berhasil mempertahankan iman sampai garis akhir, setelah sebelumnya menghadapi berbagai macam tantangan dan penderitaan yang luar biasa. Kita semua pada zaman ini juga tengah berada dalam proses terus berjuang mencapai garis akhir, walaupun apa yang kita hadapi pada zaman ini tidak sebanding dengan para pendahulu kita yang mendapatkan berbagai deraan fisik dan psikis karena imannya kepada Kristus.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Minggu ini bersama-sama kita memperingati kemandirian GBKP yang sudah berusia 84 tahun. Banyak pengalaman yang telah dilalui GBKP untuk sampai kepada kemandirian, namun perlombaan belum selesai.
PENJELASAN BAHAN ALKITAB
Khotbah
Perikop yang menjadi bahan khotbah kali ini berada di bawah judul perikop “Pesan penutup.” Dalam Alkitab BIMK diberi judul “Petunjukpetunjuk pribadi.” Mengapa diberi judul “petunjuk-petunjuk pribadi?” Paulus tentu sangat mengenal Timotius sebagai anak rohaninya. Apa saja yang menjadi 2 kelebihan dan kekurangan Timotius. Pada ayat sebelumnya, Paulus mengingatkan tentang bahaya cinta akan uang dan nafsu untuk menjadi kaya. Mungkin saja salah satu kelemahan Timotius adalah mudah tergoda dengan uang dan kekayaan. Itulah sebabnya perikop ini diberi judul “petunjuk-petunjuk pribadi” dengan maksud untuk mengingatkan sekaligus memotivasi Timotius.
Pedoman Penafsiran Alkitab LAI menerjemahkan ay. 11 sebagai berikut: “Tetapi kamu, Timotius, kamu adalah utusan Allah. Jadi kamu harus berusaha jangan sampai ikut berbuat hal-hal yang jahat seperti itu. Sebaliknya, kamu harus menguatkan hati untuk tetap melakukan apa yang Allah inginkan darimu; hidup dengan cara yang disukaiNya, makin percaya kepada Kristus, mengasihi orang lain, tahan menghadapi berbagai kesulitan, dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain.”
Lalu pada ayat berikutnya, Paulus memotivasi Timotius agar terus berjuang menghadapi berbagai tantangan, baik dari luar maupun dari dalam dirinya. Alasannya jelas yaitu hidup kekal yang telah diterima Timotius di dalam Yesus Kristus. Pedoman Penafsiran Alkitab LAI menerjemahkan ay. 12 sebagai berikut: “Allah telah memanggilmu supaya kamu memperoleh hidup yang kekal itu. Pada waktu itu kamu mengaku dengan tegas bahwa kamu percaya kepada Kristus, dan orang banyak menyaksikannya. Jadi pertahankanlah bagi dirimu hidup yang kekal itu dengan terus berjuang untuk hidup sesuai dengan ajaran yang benar dari Kristus.”
Bila dikaitkan dengan tema ibadah Minggu ini, maka ay. 11-12 sudah cukup untuk menjelaskan bahwa kita semua harus kuat, bertahan, atau tetap teguh di dalam perlombaan mempertahankan iman. Namun demikian dapat dijelaskan bahwa ay. 13-16 merupakan pelengkap ajakan Paulus kepada Timotius agar tetap setia dan taat sampai akhir.
Ogen
Bacaan Alkitab yang pertama menceritakan tentang Musa yang diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan pengajaran terakhir melalui nyanyian. Pada waktu itu terjadi suksesi kepemimpinan dari Musa kepada Yosua, dan Tuhan memerintahkan Musa untuk menyampaikan pengajaran terakhir melalui nyanyian. Oleh karena itu bacaan pertama ini berada di bawah judul perikop “Nyanyian Musa.” Sangat menarik bahwa salah satu metode pengajaran iman pada waktu itu adalah melalui nyanyian. Menurut informasi dari AI, memang ada banyak manfaat dari bernyanyi, dua di antaranya adalah: dapat menstimulasi otak untuk menyerap informasi dengan lebih mudah, serta dapat membangun karakter yang baik dalam diri seseorang.
Ay. 1-4 merupakan bagian pembuka dari syair nyanyian Musa, berisi pengakuan iman akan kemahakuasaan TUHAN Allah Israel. Di sini Musa mengajak bangsa Israel seluruh bumi untuk mendengarkan ajaran-ajaran TUHAN Allah dengan saksama. Artinya harus didengarkan dengan teliti dan cermat. Mengapa demikian? Karena ajaran-ajaran Tuhan tidak ada yang sia-sia. 3 Ajaran-ajaran Tuhan itu digambarkan seperti air yang akan memuaskan dahaga siapapun yang meminumnya. Memberi kehidupan dan kekuatan baru. Musa sendiri sudah merasakannya. Selain itu, dalam pengalaman iman bangsa Israel, Tuhan yang disembah bangsa Israel adalah Tuhan yang luar biasa. Pada ay. 4 dinyatakan bahwa Tuhan adalah pembela yang perkasa, karya-karyaNya sempurna, adil, setia, tidak ada kecurangan. Tuhan Allah Israel selalu melakukan yang baik dan benar. Oleh karena itu Musa bertekad untuk terus memuji Tuhan dan mewartakan kebesaran Tuhan dalam sisa hidupnya.
Invocatio
Rasul Paulus mengajarkan kepada Jemaat Efesus bahwa setiap orang percaya telah menerima suatu pemberian. Mungkin dapat disamakan dengan karunia-karunia rohani. Dalam hal ini secara khusus Paulus menyebut lima jenis pemberian, yaitu: rasul, nabi, pemberita Kabar Baik, guru-guru, dan pemelihara jemaat. Pemberian-pemberian itu bertujuan untuk memperlengkapi jemaat agar dapat melayani Tuhan dengan baik, tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang dapat menyesatkan serta membangun tubuh Kristus.
Secara khusus yang menjadi fokus dalam invocatio kali ini, Rasul Paulus ingin menyampaikan kepada Jemaat Efesus bahwa pemberian-pemberian itu bertujuan untuk mempererat kesatuan di dalam iman serta untuk mendewasakan iman seluruh pengikut Kristus, khususnya umat beriman di Efesus.
APLIKASI
Apa pesan firman Tuhan pada Minggu setelah Trinitatis ini, di mana kita memperingati 84 tahun kemandirian GBKP? Pertama-tama, melalu firman Tuhan kali ini, seluruh umat GBKP diingatkan kembali bahwa menerima anugerah keselamatan melalui iman kita kepada Kristus saja masih belum selesai. Bahkan dapat dikatakan itu adalah awal dari perjuangan mempertahankan iman. Sebagaimana Timotius, kita pun diajak untuk terus berjuang mempertahankan iman. Oleh karena itu kita semua harus kuat, terus bertahan, hidup bergantung sepenuhnya kepada Allah Bapa di dalam Roh Kudus. Apapun pergumulan hidup yang tengah kita alami saat ini, yakinlah, apabila kita tetap taat dan setia, Tuhan akan memampukan kita mencapai garis akhir.
Kedua, seperti Musa, tetaplah kita bernyanyi memuji Tuhan. Karena pujipujian kepada Tuhan dapat menguatkan iman kita. Melalui puji-pujian kepada Tuhan, kita akan selalu diingatkan tentang kasih Tuhan yang luar biasa. Kita akan selalu diingatkan bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang berkuasa atas dunia ini. Tidak ada penderitaan apapun yang mampu memisahkan kita dari kasih dan kuasa Tuhan. Marilah kita fokus kepada kasih 4 dan kuasa Tuhan, jangan terpaku kepada masalah atau pergumulan yang saat ini tengah kita hadapi. Bernyanyilah terus sampai Tuhan datang.
Ketiga, marilah kita kelola dengan baik pemberian-pemberian Tuhan kepada kita. Tuhan ingin agar kita semua ikut ambil bagian di dalam pembangunan tubuh Kristus melalui talenta, karunia-karunia rohani, atau apapun bentuk pemberian Tuhan kepada kita. Dengan demikian kita bisa saling menopang satu dengan yang lain, saling menolong, saling melengkapi, saling memperhatikan. Bila hal ini dapat diwujudkan, maka GBKP akan terus-menerus menjadi berkat, khususnya di tengah-tengah situasi bangsa dan negara kita yang sedang tidak baik-baik saja.
Pada hari Minggu ini, kita memperingati 84 tahun kemandirian GBKP. Tahun 1941 GBKP terpaksa melepaskan diri dari Belanda, karena Jepang sudah menguasai Indonesia. Di tengah kondisi dan situasi yang terjadi pada waktu itu, GBKP mulai dipimpin oleh pendeta-pendeta Karo. Secara perlahan dan bertahap, GBKP terus berbenah menjadi gereja yang dewasa dan mandiri. Kondisi ini harus tetap terus dipertahankan walaupun GBKP telah menjadi mitra berbagai gereja di luar negeri. Semangat kemandirian secara dana, daya, dan teologia, harus terus kita nyalakan. Apa yang belum tercapai dalam kurun waktu 84 tahun harus terus digapai. Kehadiran yang 40% itu harus kita evaluasi bersama, di mana letak masalahnya, serta terus mencari solusi-solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini. Defisit keuangan di beberapa gereja juga menjadi pergumulan kita bersama. Serta masih banyak lagi yang harus kita sempurnakan bersama-sama. Marilah kita ikut ambil bagian di dalam pembangunan tubuh Kristus di GBKP.
Terakhir untuk kita semua umat GBKP ada baiknya kita renungkan apa yang disampaikan oleh Pdt. Addi S. Patriabara dalam suatu webinar yang diselenggarakan oleh ABB. Beliau mengatakan, ada beberapa tahapan dalam mengikut Tuhan:
- 1. Crowded. Mengikut Tuhan karena ada kerumunan atau keramaian. Misalnya, umat tertentu baru akan datang ke gereja kalau ada pesta-pesta, Natal, Paskah, Tahun Baru, yang mengundang artis (perkolong-kolong), lalu ada doorprize-nya. Ini namanya umat musiman.
- Community. Mengikut Tuhan karena ada komunitas yang sama. Misalnya, orang yang mau bergabung ke GBKP karena di situ ada komunitas Karo dengan ikatan perkade-kaden atau ikatan merga saja. Bukan karena Kristus.
- Choice. Mengikut Tuhan karena panggilan atau pilihan. Orang-orang yang dengan kesadaran penuh, menjadi anggota GBKP semata-mata karena percaya kepada Kristus, bukan karena ada kepentingan-kepentingan lainnya yang sifatnya egosentris. Tentunya umat by choice yang kita harapkan ada di tengah-tengah GBKP. Umat yang tangguh, umat yang dewasa, yang dalam keadaan apapun tetap taat dan setia melayani Tuhan. Menjadi berkat di manapun ia berada. Tuhan Yesus memampukan kita semua.
Pdt. Larena Sinuhadji (Nd. ReyRapha Tarigan)
MINGGU 13 JULI 2025, KHOTBAH KEJADIAN 26:12-25 (MINGGU MERDANG)
Invocatio :
”serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu” (Amsal 16:3)
Bacaan :
Yakobus 1:2-8
Kita menaburkan, Tuhan yang memberkati
Menabur adalah sebuah tindakan menanam benih di tanah yang merupakan langkah awal dalam proses pertumbuhan tanaman. Biasanya penaburan yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan baik, memiliki populasi yang tepat dan ditempatkan pada kedalaman yang sesuai. Pengertian menabur memiliki arti yang luas, dalam konteks pertanian maupun dalam agama dan kekristenan. Menabur dalam konteks agama Kristen berarti sebuah tindakan memberikan, berbagi atau melakukan kebaikan yang akan menghasilkan dampak positif.
Bacaan Yakobus
Surat Yakobus yang dialamatkan kepada sidang pembaca yang berada di berbagai tempat mulai dari luar Palestina sampai ke Yerusalem yang bertujuan untuk membangun semangat orang-orang percaya Yahudi yang sedang menderita berbagi pencobaan yang menguji iman mereka, dan bagaimana mereka harus tetap hidup benar dan hidup dalam perbuatan yang baik. Yakobus meneguhkan mereka bahwa sebagai orang percaya harus mampu menghadapi semua tantangan dengan sukacita karena dengan begitu mereka akan semakin kuat dan tabah. Semakin dewasa di dalam iman. Iman yang dipertahankan dan dilatih dalam pencobaan-pencobaan memperoleh kemenangan dan kebahagiaan yang lebih mendalam. Hasilnya ialah ketekunan dengan sikap perkasa menghadapi segala serangan dan kekejaman yang menimpa. (Bdk Rm 5:3). Dalam ayat 4 dimaksudkan dengan “Mereka akan sempurna dan utuh”disebabkan ketekunan mereka artinya buah yang matang, utuh dan sempurna” sudah lengkap serta tidak bernoda dengan segala kebaikan Kristus.
Lalu Yakobus juga mencegah kemungkinan adanya orang yang menyangkal bahwa ia berpengetahuan, maka Yakobus juga mengajak berdoa dan meminta khikmat kepada Tuhan dalam imannya. Artinya bagi Yakobus sendiri iman yang sungguh bukanlah persekutuan akal budi yang pasif, tetapi iman harus tetap dilatih, dibina, selama mereka meminta hendaklah juga mereka tetap percaya dan jangan bimbang supaya mereka bisa mencapai hasil iman yang terbaik yakni khikmat itu sendiri. Orang yang bimbang ia berharap akan yang dijanjikan tetapi ia juga yakin bahwa janji itu tidak akan dipenuhi. Menurut Yakobus orang seperti ini sama dengan gambaran ombak laut yang melambung, ia naik sampai ke langit untuk menerima khikmat yang dijanjikan lalu ia turun ke dasar laut, sebab ia yakin bahwa ia tidak pernah akan mencapainya. Orang yang seperti ini juga disebut sebagai orang yang mendua hati, karena tidak memilik pendirikan teguh, orang yang plin-plan. Orang yang bimbang yang selalu diombang-ambing kan keraguan raguannya, sehingga pada akhirnya tidak mencapai khikmat yang sesungguhnya.
Invokasio
Amsal 16:3 yang merupakan bagian dari kumpulan amsal amsal Salomo yang berbicara tentang kebijaksanaan tindakan perbuatan yang baik adalah ketika menyerahkannya kepada Tuhan, sehingga ada janji tentang segala rencana yang akan terlaksana. Artinya Salomo mau mengajak kita untuk menyerahkan segala perbuatan kita kepada Tuhan biar kiranya Tuhan yang mengajari, memimpin dan membimbing kita yang pada akhirnya nanti sampai kepada hasil yang terbaik yang kita harapkan yakni berkat dan anugerah Tuhan yang diberikan bagi kita.
Khotbah
Dalam kitab kejadian 26 ini dikisahkan tentang situasi kelaparan yang kesekian kalinya terjadi setelah zaman Abraham. Ishak pergi kepada Abimelekh raja orang Filistin. Lalu bersamaan dengan hal ini, Tuhan juga menampakkan diri dengan memerintahkannya untuk tetap tinggal di sana. Ishak anak Abraham memperoleh janji berkat Allah atasnya seperti apa yang dijanjikan Tuhan terhadap bapanya Abraham.
Melalui kisah kejadian 26:12-25 beberapa hal yang perlu kita ketahui:
- (Ayat 12-14) Ishak mulai menabur di sana dan mendapatkan hasil 100 kali lipat karena diberkati Tuhan, menjadi sangat kaya, mempunyai kumpulan kambing domba dan lembu sapi serta anak buah yang banyak.
- (Ayat 15-17) terjadi kecemburuan oleh orang Filistin, sehingga segala sumur yang digali oleh Ishak ditutup orang Filistin, lalu Ishak disuruh pergi dari sana dan akhirnya dia tinggal menetap di Gerar.
- (Ayat 18-21) di Gerar, Ishak berusaha untuk menggali sumur bapanya yang sudah pernah ditutup oleh orang Filistin, akan tetapi setelah menemukan mata air disana terjadilah pertengkaran gembala Gerar dengan gembala Ishak, lalu Ishak berusaha lagi menggali sumur lain, disana juga mereka bertengkar. Lalu pergi mencari sumur yang lain.
- (Ayat 22-25) tibalah mereka pada satu sumur yang dia namai Rehobot karena disana tidak ada pertengkaran lagi. Disana mereka berkemah. Lalu ia pergi ke Bersyeba dan Tuhan meneguhkan kembali janji berkatNya kepada Ishak melalui penampakanNya kepada Ishak, lalu di sanalah dia akhirnya mendirikan mezbah dan memanggil Tuhan, dia memasang kemahnya di sana lalu mereka kembali menggali sumur. Pada akhirnya Abimeleh dan Gerar akan datang menemui Ishak lalu mengadakan perjanjian damai diantara mereka.
Aplikasi
Dari bahan invocatio, bacaan dan khotbah ini ada beberapa hal yang dapat kita renungkan:
- Tuhan memberkati setiap pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesetiaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Apapun bentuk pekerjaan profesi kita, kita kerjakan dengan sebaik mungkin sebagai rasa syukur kepada Tuhan
- Masalah dan pencobaan akan selalu ada bahkan ketika kita sedang melakukan pekerjaan baik sekalipun tantangan akan selalu ada. Tetapi semua itu tidak akan pernah menghentikan kita untuk bekerja dan menabur yang terbaik. Karena kita yakin ada Tuhan yang memberkati.
- Fokuslah pada apa yang harus kita lakukan, kerjakan, dan taburlah sebaik mungkin sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang masih memberikan kita kesempatan baik untuk melakukan segala sesuatu dalam kehidupan kita. Seringkali kita gagal fokus dalam mengerjakan pekerjaan kita. Kita terjebak dengan hasil yang harus kita capai, kita khawatir dan cemas akan apa yang akan kita terima ketika bekerja, seberapa besar keuntungan kita, ketika melakukan kebaikan, seberapa banyak penghargaan yang akan kita terima ketika kita melakukan pelayanan, sehingga banyak orang gagal melakukan pekerjaan dengan baik.
- Percayalah dan dalam setiap doa kita Tuhan memberikan janji berkatNya kepada setiap orang yang selalu setia menabur kebaikan, kemurahan, menabur kasih pengharapan, dan menabur cinta Kasih dalam hidupnya. Bahkan suatu yang tidak mungkin dimungkinkan oleh Tuhan, juga para musuh akhirnya datang dan melihat kebaikan Tuhan dalam hidup yang kita lalui. Tidak ada yang sia sia dalam menabur karena setelah menabur kita akan menuai kembali.
Pdt. Media Magdalena br Karo Sekali M.Si (Teol)