MINGGU 06 JULI 2025, KHOTBAH KELUARAN 23:14-19 (MINGGU KERJA RANI)
Invocatio :
Ia, yang tidak menyayangkan anakNYa sendiri, tetapi yang menyerahkanNYa bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Bacaan :
Kisah Para Rasul 24:17-18
Tema :
Pestaken Kerja Rani/Pestakan Pesta Panen
KATA PENGANTAR
Allah berfirman kepada Musa dan menetapkan sebuah perayaan baru untuk umat-Nya. Musa mencatat bahwa Allah berfirman, “Rayakanlah Pesta Panen pada waktu kamu mulai menuai hasil pertama ladangmu” (Kel. 23:16). Dan pada saat ini diberbagai gereja sudah merayakan pesta panen yang dikaitkan dengan adat istiadat suku masing-masing. Pesta panen merupakan suatu kegiatan ungkapan rasa syukur atas penyertaan Tuhan bagi kita. Tuhan sudah menyertai dan memberkai kita dalam setiap pekerjaan kita.Berarti sudah seharusnya kita bersukacita ikut ambil bagian dalam acara pesta panen.
Di gereja GBKP setiap tahunnya kita melakukan acara pesta panen. Tetapi sacara mayoritas jemaat GBKP masih berpikir hanya sebatas tujuan pengumpulan dana. Seharusnya kita sebagai jemaat juga melihat akan makna yang lebih dalam dari pesta panen. Berdasarkan latar belakang bangsa Israel yang melakukan pesta panen. Mereka memberikan persembahan pesta panen atas hormat kepada Tuhan yang sudah menyertai dan memberkati mereka. Tuhan yang sudah membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Sehingga persembahan yang dibawa adalah persembahan karena dorongan rasa Syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Dengan dorongan ini kiranya akan memberikan yang terbaik bagi Tuhan.
PEMBAHASAN
Prikop kita berbicara peraturan tentang hari-hari raya. Pasal 14 menjadi pendahuluan untuk kedua ayat berikutnya. Lalu ayat 17 menutup ayat-ayat itu dengan pernyataan yang sama dengan ayat 14. Dalam ayat 15-16 ada tiga perayaan utama yang dirayakan bangsa Israel setiap tahunnya yaitu hari raya paskah (yang meliputi perayaan roti tak beragi), pesta panen, yang berlangsung pada musim semi, masing-masing pada permulaan dan akhir panen. Yang satu lagi adalah pesta pengumpulan hasil yang berlangsung pada musim gugur, pada akhir masa mengumpulkan buah. Orang-orang Israel mulai merayakan pesta-pesta ini sebagai salah satu cara menyembah Allah ketika mereka menetap di Palestina dan mulai bertani.
Dalam ayat 14 tiga kali dalam setahun haruslah engkau mengadakan perayaan bagiku untuk menghormati Tuhan. Dilanjutkan ayat 15 “Hari raya Roti tak beragi harus kau pelihara..”. Hari Raya Roti Tidak Beragi merupakan penggabungan antara unsur-unsur penggembalaan dan unsur-unsur pertanian yang dilaksanakan bersama-sama untuk memperingati keluarnya bangsa Israel dari mesir ( Kel. 11-12). Peringatan hari raya ini dimulai pada hari keempat belas bulan pertama, dan berlangsung selama seminggu. Untuk tujuh hari lamanya umat memakan roti tak beragi “roti penderitaan ”, sebagai peringatan akan ketergesa-gesaan tatkala umat dipimpin keluar dari negeri perbudakan itu. Perayaan hari raya roti tak beragi ini harus bangsa Israel pelihara atau menjaganya.
Setelah itu dilanjutkan dalam ayat 16 “kau pelihara juga hari raya menuai”. Menuai yang dimaksudkan kata ini adalah panen gandum. Gandum dapat dipanen beberapa minggu setelah panen Jelai. Pesta ini disebut “hari raya tujuh minggu” (34:22). Pesta panen ini boleh diterjemahkan pesta panen tanaman biji-bijian atau hari raya tuaian padi-padian. Hari raya menuai dikemudian hari dihubungkan dengan hari raya Pentakosta yang dirayakan tujuh minggu setelah hari raya roti tak beragi. Dalam ayat 16 ini mengatakan “rayakanlah pesta gandum pada musim menuai , dengan mempersembahkan buah pertama yang dihasilkan benih yang ditabur diladangmu dan bawalah kepada Tuhan”. Jadi Bangsa Israel mengumpulkan segala hasil panen, baik gandum maupun buah-buahan dan dibawa sebagai persembahan kepada Tuhan. Dan perintah Tuhan agar dalam Tiga tahun sekali semua laki-laki harus datang menghadiri ketiga perayaan pesta tersebut setiap untuk beribadah kepada Tuhan Allah yang disembah.
Musa mencatat bahwa Allah berfirman “Rayakanlah Pesta Panen pada waktu kamu mulai menuai hasil pertama ladangmu” (Kel. 23:16). Hari raya pesta panen menurut Perjanjian Lama merupakan hari raya tujuh hari, yang dimulai dari minggu pertama mulai menyabit gandum yang belum dituai sampai minggu ke tujuh (UI. 16:9) dan kemudian dirayakan bagi Tuhan Allah serta memberikan persembahan sukarela, sesuai dengan berkat- berkat yang diterima dari Allah (UI. 16:10). Perayaan tersebut dirayaka bersama seluruh anggota keluarga serta hamba Tuhan, anak yatim piatu, janda-janda. Tujuan pesta ini guna mengingatkan kembali bahwa bangsa Israel pernah menjadi budak di Mesir (UI. 16:12).
Perayaan Panen dalam Perjanjian lama benar-benar harus dimaknai karena mengingat tujuan penting perayaan ini. Allah telah mengingatkan Nuh dan keluarganya tentang pemeliharaan Allah atas kehidupan mereka. Bumi akan mempunyai musim-musim yang berganti, siang dan malam, serta “musim menabur dan menuai” (Kej.8:22). Pengucapan syukur atas panen sangat penting karena umat telah menerima berkat dari Allah untuk melanjutkan kehidupan mereka, melalui hasil panen.
Dalam perjanjian Baru menurut kitab kisah para Rasul, merupakan hari raya tujuh minggu yang dalam Peijanjian baru telah menjadi hari raya pentakosta atau hari Raya kelimapuluh. Hari raya bangsa Yahudi yang dahulu diperingati, untuk merayakan hasil panen yang pertama, pada permulaan panen gandum. Hari raya itu terjadi 50 hari setelah Paskah, saat penyaliban Yesus. Dalam perayaan ini orang Yahudi yang di perantauan maupun orang asing yang menganut agama Yahudi turut serta dalam perayaan ini. Menurut Kisah Para Rasul 2:9-11, yang turut serta dalam perayaan ini adalah orang-orang dari berbagai tempat dengan ciri khas mereka masing-masing. Hari raya kelima puluh menunjuk kepada genapnya hasil pekerjaan, yang dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk menentukan mulainya hari Raya kelimapuluh ini, orang Yahudi harus menghitung tujuh minggu, dimulai dari persembahan gandum pertama yang masak, dimana paskah itu dimulai (Im.l6:9 dan 23:15-17) demikianlah hari Raya kelimapuluh (pentakosta) terus dirayakan oleh orang Yahudi sebagai pesta ucapan atas hasil panen. Jadi dalam masa perjanjian baru orang Yahudi dan orang asing yang menganut agama Yahudi tetap melakukan pesta panen.
Ayat 18-19 menambahkan empat hukum lainnya yang berbicara tentang cara menyajikan persembahan kepada Allah secara layak. Perintah dalam hukum ini bersifat mutlak dan harus dilaksanakan.
Bacaan kisah 24:17-18
Dalam kisah 24 dimana Paulus berada di hadapan Feliks. Hal ini terjadi karena ada orang yang menuduh Paulus melakukan kerusuhan, menyebarkan aliran sesat dan menajiskan bait suci (Kis 24:5-6). Paulus menanggapi tuduhan tersebut dengan menunjukkan bahwa ia baru berada di Yerusalem beberapa hari dan mereka tidak memiliki bukti atau saksi. Ia membantah tuduhan tersebut dengan menjelaskan bahwa Kekristenan bukanlah aliran sesat, melainkan cara yang berbeda dalam menafsirkan Kitab Suci Yahudi (Kisah Para Rasul 24:11–15). Sekarang ia berbicara tentang Bait Suci. Dua belas hari sebelumnya, Paulus telah menemani beberapa orang, termasuk orang-orang non-Yahudi, yang ingin membawa persembahan dari gereja-gereja mereka di Turki dan Yunani modern untuk gereja di Yerusalem (Kisah Para Rasul 20:4; 21:18; Roma 15:25–26). Saat berada di sana, Yakobus dan para penatua bertanya kepada Paulus tentang rumor bahwa ia mengajarkan orang-orang Yahudi bahwa mereka tidak harus mengikuti hukum Musa. Paulus menyangkal tuduhan tersebut, dan para penatua meminta dia untuk membantu empat orang menyelesaikan upacara Yahudi sebagai tanda itikad baik. Dan Paulus setuju. Paulus menyatakan bahwa dia datang ke Yerusalem setelah beberapa tahun untuk membawa sedekah bagi bangsanya dan mempersembahkan persembahan. Ini menunjukkan bahwa Paulus tetap menjunjung nilai-nilai keagamaan Yahudi dengan membawa sedekah dan persembahan di Yerusalem.
Invocatio Roma 8:32
Dalam invocatio dikatakan bahwa Allah telah mengaruniakan Yesus Kristus bagi kita dan selain Dia akan dikaruniakanNya pula segala sesuatu yang kita butuhkan untuk karya keselamatan kita.
KESIMPULAN
Pesta panen merupakan pesta ucapan syukur kepada Tuhan yang telah memberkati kita dalam setiap pekerjaan kita. Tuhan sudah menyediakan tanah (tempat untuk menanam), sudah menyediakan bibit untuk ditanam dan memberikan kekuatan, kepintaran dalam mengerjakannya. Dan sebagai ucapan syukur kita, kita datang membawa persembahan kita kepada Tuhan. Persembahan sulung dari hasil pekerjaan kita. Di dalam kita membawa persembahan kita kepada Tuhan kiranya disertai dengan rasa syukur dan rasa hormat Tuhan. Maka berikanlah persembahan pesta panen kita yang layak dan terbaik bagiNya. Di dalam tradisi bangsa Israel pemberian persembahan ini sangat erat sekali hubungannya dengan menaati akan perintah Tuhan. Artinya bahwa mereka harus melakukannya seperti yang diperintahkan oleh Tuhan melalui Musa.
Dalam zaman perjanjian baru pesta panen ini tetap dilestarikan hal ini dapat kita lihat dalam kisah para rasul 2. Orang-orang Yahudi dan orang-orang asing yang menganut agama Yahudi memelihara tradisi pesta panen. Rasul Paulus yang sudah mengikut Yesus Kristus tetap menjunjung nilai-nilai keagamaan Yahudi yang tidak bertentangan dengan iman Kristen. Kiranya kita juga ikut dalam acara pesta panen yang dilaksanakan di runggun kita masing-masing.
Di gereja kita GBKP acara pesta panen ini sangat membantu gereja dalam keuangan. Melalui persembahan pesta panen akan membantu runggun-runggun, klasis dan moderamen dalam melakukan program-program kerjanya. Dengan ikut ambil bagian dalam acara pesta panen.kita sudah membantu gereja kita GBKP. Berikanlah pesembahan pesta panen kita yang terbaik bagi Tuhan.
MINGGU 29 JUNI 2025, KHOTBAH 1 TESALONIKA 3:11-13 (MINGGU PLURALISME)
Invocatio :
Janah i babo si e kerina, arus kam sikeleng-kelengen sabab keleng ate mpersadaken kerinana alu serta (Kol. 3:14)
Ogen :
Masmur 25 : 8-20 (Responsoria)
Kotbah :
1 Tesalonika 3 : 11-13 (Tunggal)
Tema :
Keleng Ate Man Kerina Manusia
1. Pendahuluan
Kasih adalah inti dari Injil. Ketika Yesus ditanya hukum manakah yang terutama, Ia menjawab: “Kasihilah Tuhan Allahmu.. dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37–39).
Bayangkan dunia di mana semua orang saling mengasihi tanpa memandang suku, agama, status sosial, atau latar belakang. Dunia di mana tidak ada lagi caci maki di media sosial, tidak ada prasangka karena perbedaan, dan tidak ada rasa benci karena luka masa lalu. Kedengarannya seperti mimpi. Namun justru itulah dunia yang Tuhan kehendaki, dunia yang dipenuhi kasih. Tapi mari kita bertanya pada diri sendiri: mengasihi orang yang menyakiti kita? Mengasihi mereka yang berbeda pandangan dengan kita? Itu bukan hal yang mudah. Di sinilah iman kita diuji.
Minggu Pluralisme, sebuah momen penting untuk merenungkan bagaimana kita hidup di tengah keberagaman yang nyata. Bangsa kita, Indonesia, adalah rumah bagi ratusan suku, puluhan agama dan aliran kepercayaan, serta beragam bahasa dan budaya. Namun, di tengah keindahan ini, kita juga melihat kenyataan pahit: intoleransi, diskriminasi, dan luka akibat prasangka. Pluralisme bukan hanya tentang hidup berdampingan, tapi tentang belajar mengasihi dalam perbedaan. Dan kasih seperti itu hanya mungkin jika bersumber dari Kristus. Hari ini kita akan merenungkan: Apa artinya menjadi orang Kristen yang mengasihi semua manusia di tengah dunia yang plural? Dan bagaimana kasih itu bukan hanya teori, tetapi menjadi kesaksian nyata di tengah masyarakat kita?
Dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus menulis doa dan harapannya: agar kasih mereka bukan hanya tumbuh, tetapi berkelimpahan dan bukan hanya kepada sesama orang percaya, tetapi kepada semua orang. Hari ini, kita akan membahas tentang 1 Tesalonika 3:11-13 untuk menjawab satu pertanyaan penting: Bagaimana kita bisa hidup sebagai orang Kristen yang sungguh-sungguh mengasihi semua manusia seperti Kristus telah mengasihi kita?
2. Isi
Surat ini adalah salah satu dari surat-surat pertama yang ditulis oleh Paulus. Yang tujukan kepada Jemaat di Tesalonika yang sedang menghadapi penganiayaan dan kesulitan karena kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus. Setelah Paulus mendirikan gereja di sana, ia harus meninggalkan kota tersebut karena ancaman terhadap keselamatannya (Kis. 17:5-9). Ia merasa cemas tentang bagaimana jemaat yang baru bertumbuh tersebut bertahan dalam iman mereka. Oleh karena itu, ia mengutus Timotius untuk memeriksa keadaan mereka. Setelah menerima laporan positif dari Timotius, Paulus menulis surat ini untuk menguatkan mereka.
Dalam ayat 11, Paulus memohon kepada Allah Bapa dan Yesus untuk membuka jalan baginya dan rekan-rekannya agar dapat kembali ke Tesalonika. Meskipun Paulus sangat ingin mengunjungi jemaat Tesalonika dan mempererat hubungan mereka, dia menghadapi rintangan dan kesulitan (1Tes. 2:18). Oleh karena itu, dia berdoa kepada Allah untuk memungkinkan pertemuan ini terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.
Ini mengungkapkan bahwa meskipun Paulus adalah seorang rasul yang memiliki otoritas, ia tetap bergantung pada kehendak Allah dalam segala hal, termasuk dalam urusan perjalanan dan misi. Hal ini mengingatkan kita tentang pentingnya mengandalkan Allah dalam setiap perencanaan dan usaha kita.
Dalam ayat 12, Paulus berdoa agar kasih jemaat Tesalonika bertambah dan melimpah. Ini adalah doa yang mendalam dan penuh makna, karena Paulus tidak hanya mendoakan agar kasih mereka tetap ada, tetapi agar kasih tersebut bertambah dan berlimpah menunjukkan dua hal penting mengenai kasih dalam kehidupan orang Kristen: pertumbuhan dan kelimpahan. Kasih bukanlah sesuatu yang statis, tetapi harus terus berkembang dan bertumbuh.
Bertambah mengindikasikan peningkatan kualitas dan kedalaman kasih. Kasih yang awalnya sederhana harus berkembang menjadi kasih yang lebih dewasa, lebih penuh pengertian, dan lebih menuntun pada tindakan. Itu berarti kasih yang semakin mendalam dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Berlimpah menunjukkan bahwa kasih ini tidak terbatas. Kasih yang melimpah berarti tidak hanya untuk kelompok atau individu tertentu, tetapi mencakup semua orang tanpa kecuali.
Dalam ayat 13, Paulus melanjutkan doanya untuk jemaat Tesalonika dengan memohon agar Tuhan meneguhkan hati mereka dengan kekuatan. Selain itu, ayat ini juga mengandung pesan penting tentang kedatanganNya yang kedua kali yang menjadi tujuan akhir dari kehidupan Kristen. Kata "meneguhkan" yang berarti menguatkan, memperkokoh, atau mendirikan dengan teguh. Konsep ini menunjukkan bahwa iman dan hati orang percaya perlu diperkokoh agar tetap teguh di tengah berbagai tantangan hidup. Dalam kehidupan Kristen, kita sering menghadapi kesulitan, godaan, dan pencobaan yang bisa membuat kita goyah dalam iman.
Paulus berdoa agar jemaat Tesalonika tidak bercacat pada waktu kedatangan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk hidup dalam kesucian dan kemurnian, dengan cara menjaga hidup kita tetap bersih dari dosa, bahkan di tengah-tengah dunia yang penuh godaan.
Tidak bercacat berarti hidup dengan integritas, kesucian, dan kejujuran. Sebagai orang percaya, kita harus selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran Tuhan dan menjaga hidup kita tetap bersih dari kekotoran dunia. Kesucian ini bukanlah sesuatu yang bisa kita capai dengan kekuatan sendiri, tetapi dengan bantuan Tuhan yang meneguhkan hati kita. Tuhan memberi kekuatan agar kita bisa menghindari dosa dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Ogen.
Mazmur 25:8-10 menegaskan bahwa Tuhan adalah baik dan benar, yang menuntun orang yang rendah hati dalam keadilan. Kasih Tuhan yang penuh kesetiaan adalah dasar dari perjalanan hidup yang benar, dan itu termasuk cara kita berhubungan dengan sesama. Tuhan menuntun kita untuk mengasihi sesama dengan cara yang benar, sesuai dengan kasih-Nya yang tidak mengandung egoisme atau kedengkian.
Mengasihi sesama bukan hanya tentang perasaan atau tindakan yang baik, tetapi tentang mengikuti jalan yang Tuhan ajarkan. Kasih Tuhan mengajarkan kita untuk menyadari kebenaran dalam setiap hubungan kita dan menuntun kita untuk hidup dalam keadilan, kasih, dan kesetiaan, yang semuanya tercermin dalam cara kita memperlakukan orang lain.
Inv.
Dalam Kolose 3:14, Paulus mengatakan bahwa kasih adalah pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Kasih di sini berfungsi untuk menyatukan seluruh elemen kehidupan Kristen: karakter, tindakan, dan hubungan antara sesama orang percaya. Kasih yang dimaksud bukan hanya perasaan atau emosi semata, tetapi kasih yang aktif dan mengikat seluruh aspek kehidupan kita dalam kesatuan yang utuh. kasih tidak hanya sebagai elemen yang menyatukan, tetapi juga sebagai pemenuhan dari hukum Kristus yang sudah diajarkan-Nya. Kasih menjadi dasar dari hidup yang penuh dengan pengampunan, kebaikan, kerendahan hati, dan berbagai sifat lainnya yang diperintahkan oleh Tuhan. Kasih yang sejati adalah kasih yang mendasari segala tindakan kita, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam hubungan kita dengan orang lain.
3. Penutup
1 Tesalonika 3:11-13 mencerminkan doa dan harapan Paulus untuk jemaat Tesalonika, yang berfokus pada pertumbuhan rohani mereka dalam kasih, kesucian, dan keteguhan iman. Dalam ayat-ayat ini, Paulus mengungkapkan beberapa hal penting:
- Doa kepada Tuhan: Paulus memohon kepada Tuhan, Bapa kita, dan Yesus Kristus untuk membimbing dan memperkuat jemaat Tesalonika. Ia meminta Tuhan agar memimpin langkah mereka dalam hidup yang benar dan kudus.
- Kasih yang Melimpah: Salah satu fokus utama Paulus adalah agar kasih mereka, baik terhadap sesama orang percaya maupun secara umum, terus bertumbuh dan melimpah. Kasih ini sangat penting karena menjadi dasar untuk hidup yang penuh dengan hubungan yang sehat dan penuh pengertian antar sesama dalam komunitas Kristen.
- Keteguhan dalam Kesucian: Paulus berdoa agar jemaat tetap hidup dalam kesucian dan tanpa noda pada waktu kedatangan Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa hidup yang suci dan tanpa cacat adalah tujuan dan harapan akhir orang percaya, terutama ketika mereka menyambut kedatangan Tuhan.
- Persiapan untuk Kedatangan Kristus: Kedatangan Kristus yang kedua kali menjadi tujuan akhir dalam doa ini, di mana jemaat diinginkan untuk berdiri tanpa cacat dan dalam keadaan yang kudus saat Kristus datang bersama orang-orang kudus-Nya.
Vicaris Brima
MINGGU 22 JUNI 2025, KHOTBAH ROMA 15:1-6
Invocatio :
kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian (2 korintius 13:13)
Bacaan :
Mika 7: 14-20
Renungan :
Roma 15: 1-6
Tema :
Satu suara memuji Tuhan ( Ersada sora muji Tuhan)
Pembukaan
Minggu ini adalah minggu UEM, munculnya UEM dilatarbelakangi adanya rasa senasib sepenangungan antar negara baik dalam bidang sosial, ketidak adilan dan lingkungan. Dalam pelayananya UEM memiliki 5 pilar yaitu advokasi, Diakonia, Pengembangan, Penginjilan, begitu juga Kemitraan. Mengingat pentingnya kesatuan hati sesama orang percaya kepada Kristus lewat minggu UEM ini kita semakin dimampukan untuk memuji Tuhan.
Isi
Dalam bagian pertama surat roma 15 ini merupakan nasehat-nasehat mengenai hubungan antar golongan kuat dan golongan lemah dalam pemahaman akan firman Allah.
Ayat 1 kita meliaht dari sudut pandang yang kuat dan yang lemah, kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang lain. Merujuk pada orang yang memahami dengan benar akan firman Tuhan, orang yang sudah dimerdekakan dan orang yang lemah masih sangat terikat dengan peraturan terutama masalah apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh, orang yang di sunat atau tidak sunat. Orang yang kuat tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri. Harus bersedia menyakal diri demi orang yang lemah imannya artinya lebih dari sekedar bersabar, peduli, membantu mereka agar semakin percaya sehingga mereka juga memiliki iman yang kuat
Ayat 2 menyenangkan sesama maksudnya bukan sekedar kesenangan dunia yang tanpa tujuan melainkan untuk membangun orang yang lemah iman agar semakin percaya. sikap orang yang kuat iman dengan yang lemah harus menjaga keharmonisan, untuk kebaikan mereka dalam keluarga Kristen. Sehingga segala Tindakan yang akan dilakukan semua berakhir untuk mendatangkan keuntungan bersama untuk bertumbuh dalam kerohanian akan pengenalan Allah
Ayat 3 Paulus membawa teladah yang Tuhan berikan dalam kehidupanya dalam pekerjaan keselamatan yang di lakukannya. Yesus tidak hidup untuk menyenangkan dirinya sendiri, kutipan masmur 69: 10, cercaan bagimu telah mengenai AKu. demikian jugalah hendaknya orang kristen yang kuat tidak boleh hidup untuk dirinya sendiri. Karena apa yang orang katakan ketika mereka menghina engkau sekarang tertuju kepada Tuhan. Kristus yang tidak mementingkan diriNya sendiri, menanggung seluruh dosa manusia menjadi teladan kita.
Ayat 4 Paulus menyatakan bahwa firman Tuhan PL dan PB di tulis untuk memberkati agar kita juga menjadi berkat bagi orang lain. Ketekunan dan penghiburan di kaitkan dengan firman Tuhan. Sebab segala yang di tulis dahulu telah di tulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan alkitab tidak hanya berisi kitab sejarah yang berisi masa lampau. Isinya juga menyangkut masa kini, sebab di dalam ungkapannya sifat dan sikap Tuhan berlaku dulu maupun sekarang dan masa yang akan datang.
Ayat 5 merupakan rumusan Doa dan nasehat yang telah diberikan paulus bagi kita, hal ini menyatakan Allah yang sumber ketekunan dan penghiburan mengunakan firmanNya untuk menyatakan eksistensi DiriNya. Paulus berharap orang percaya mengalami kesatuan rohani dalam Tuhan. Sehati sejiwa dan mempunyai tujuan yang sama dan juga kesatuan hubungan antar anggota jemaat
Ayat 6 kesatuan dalam hati untuk memuji Tuhan dapat tercipta apabila orang percaya mengadakan penyerahan total kepada roh kudus, untuk saling menyenangkan, saling membangun dan menasehati agar dapat mempunyai pikiran dan perkataan yang sama. Hanya jemaat yang bersatu dapat sungguh-sungguh memuliakan Allah, dalam doa dan nyanyian dalam pemberitaan Firman dan dalam pelayanan kasih dengan demikian Allah akan semakin di permuliakan dalam gerejaNya.
Bacaan
Nabi mikha berasal dari maresya yang merupakan lalu lintas yerusalem ke mesir sehingga ia mengetahui dengan baik keadaan kota yerusalem. Mikha bernubuat pada jaman raja Yotam, Ahas dan Hiskia di Yehuda. Mikha sangat menentang tindakan korupsi yang merajalela dalam pemerintahan Yerusalem. Ia sering di juluki sebagai pendekar orang miskin. Mikha bersusah payah menunjukan bahwa kasih karunia Allah yang menyelamatkan tidak bisa di dapati sebagai upah, baik dengan jalan memberikan kurban-persembahan yang megah maupun dengan upacara keagamaan yang bertele-tele. Kerendahan hati, mengasihi, dan berlaku adil harus menjadi kenyataan dalam hidup. Mikha berdoa agar Tuhan mau mengembalakan umatNya, melindungi, memelihara dan memenuhi kebutuhan umatNya bahkan dalam lembah kekelaman. Membawa umatnya kembali kepadang rumput . Sehingga umatNya bersorak-sorai setiap hari dengan puji-pujian untuk menyenangkan hati Tuhan ini juga yang menjadi harapan di minggu UEM.
Benang mererah invocatio, bacaan, renungan
Orang yang sudah merasakan kasih sayang Kristus dalam kehidupannya, merasakan mujijat-mujijat penyertaan Tuhan seperti kambing domba yang berada di lembah di bawa kembali ke padang rumput. Ini menandakan setiap orang percaya menjadi kepunyaan Allah akan di pelihara dengan kasih sayang. Allah akan memaafkan setiap kesalahan umatnya ketika umatnya memohon dan hidup dalam pengampunan. Saling menguatkan, saling mengargai, menghormati menciptakan kerukunan, keadilan, mampu menerima perbedaan. Dasar dari semua itu adalah meneladani Yesus yang mampu menanggung beban manusia.
Penutup
Ilustrasi seorang pengusaha sukses, yang mengalami kebangkrutan, memiliki utang yang banyak, sehingga terjadi kehancuran rumah tangga. Di tengah keputusasaanya di melihat seorang lumpuh hendak menyebrang jalan, kemudian tergeraklah hatinya untuk membantu orang yang tidak punya kaki untuk menyeberang. Terkadang kita selalu mengeluh karena tidak punya sepatu padahal ada orang lain yang tidak memiliki kaki namun mampu beryukur. Kita yang kuat membantu yang lemah karena kasih karunia Tuhan menyertai kehidupan kita.
Pdt. Elia