MINGGU 18 SEPTEMBER 2022, KHOTBAH FILEMON 1:8-18

Invocatio :

Mazmur 29:11

Bacaan :

Amsal 16:5-7

Thema :

Saudara Yang Berharga Di Dalam Kristus

 

I. Pendahuluan

Model pendidikan kedamaian bagi kita adalah Yesus sendiri. Ia hidup dalam masyarakat yang memendam kebencian karena prasangka begitu juga konflik laten. Yesus tidak pernah memanaskan dan menghasut suasana permusuhan. Ia malah mendamaikan. Ia tidak ikut-ikutan menyingkirkan, melainkan justru menerima dan merangkul orang yang tersingkir. Ia membawa damai. Kristus datang untuk mendamaikan surga dan dunia. Tugas membawa damai itu diserahkan kepada gereja. Di dalam minggu perdamaian kali ini kita akan belajar kembali bagaimana makna pendamaian itu berguna di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Merekatkan kembali relasi yang sempat terputus dengan mengakui bahwa kita semua saudara di dalam Kristus.

II. Isi

Bahan invocatio kali ini Mazmur 29:11 memberi pesan kepada kita bahwa Tuhan yang mahakuasa itu bisa menghancurkan segalanya dengan kuasaNya, tetapi umatNya yakin dan percaya bahwa Tuhan akan menggunakan kuasaNya juga untuk memberkati umatNya dengan damai sejahtera (syaloom). Semua ini bisa diterima oleh umat Tuhan di dalam persekutuannya dengan Tuhan itu sendiri. Di dalam tekanan hidup, jika umat Tuhan itu tetap berserah kepada Tuhan tentu ada kedamaian dan berkat Tuhan tetap mengalir di dalam kehidupan.

Bahan bacaan kita yang diambil dari Amsal 16:5-7 yang dimulai dari ayat 5 memberi pesan kepada kita semua tentang peringatan yang diberikan bagi orang yang tinggi hati. Karena sifat tinggi hati adalah kekejian di mata Tuhan. Di dalam ayat ini sifat tinggi hati adalah sifat di dalam diri seseorang yang melupakan kelemahan dan keterbatasan dirinya sebagai manusia sehingga gampang sekali melakukan kesalahan, baik terhadap dirinya, sesama manusia, atau Tuhan. Orang seperti ini tidak akan luput dari hukuman. Kesombongan merupakan salah satu dari sekian banyak karakter orang bejat moral di tengah-tengah masyarakat Israel kuno, yang menjadi kekejian bagi Tuhan. Peringatan tentang hukuman bagi orang fasik pada ayat 5 dilengkapi dengan pengajaran tentang pengampunan dan perubahan hidup dalam ayat 6. Dengan kebaikan dan kebenaran, kesalahan diampuni. Allah tidak hanya mengatur penghukuman, tetapi juga menyediakan pengampunan bagi orang fasik. Pengampunan diberikan bagi orang fasik yang memperlihatkan pertobatannya bukan saja melalui persembahan kurban, melainkan melalui pelaksanaan kebaikan dan kebenaran dalam hidupnya setiap hari. Kebaikan dan kebenaran yang dimaksud ayat ini memiliki konteks khusus yaitu hubungan dengan sesama manusia atau hubungan dekat dengan Tuhan. Kebaikan adalah sikap dan perilaku kasih terhadap sesama manusia, sementara itu kebenaran adalah sikap dan perilaku yang benar dan akurat berdasarkan norma-norman Tuhan. Dalam ayat ini, kebaikan dan kebenaran itu disejajarkan dengan perbuatan “menjauhi kejahatan”. Semua itu akan ada dalam diri orang yang takut akan Tuhan. Oleh karena orang yang takut akan Tuhan adalah karakter moral orang setia yang melakukan perintahNya dan menjauhi kejahatan. Tuhan berkenan akan sikap, kata-kata dan perilaku seseorang yang didasarkan kepada kebaikan dan kebenaran, dan takut akan Tuhan. Sikap, kata-kata dan perilaku ini harus terbukti lewat kesediaan berdamai dengan musuh. Dengan demikian, orang yang diperkenankan Tuhan tidak memiliki musuh. Tidak memiliki musuh adalah salah satu cara untuk menerima berkat Allah. Kalaupun ia memiliki musuh segera ia akan berdamai dengannya.

Paulus menulis surat kepada Filemon untuk memberikan berbagai penjelasan agar menerima kembali Onesimus, budak Filemon yang telah melarikan diri dari tuannya itu. Tujuan dari surat Filemon diungkapkan dalam ayat 16 dan 17. Filemon diminta untuk menerima kembali Onesimus bukan dengan cara penghukuman yang biasanya dipraktikkan dalam zaman kerajaan Romawi waktu itu, melainkan diminta untuk menerimanya sebagai saudaranya sendiri. Tujuan Paulus bukanlah terutama agar Onesimus dimerdekakan sebagai budak, melainkan penerimaan Onesimus sebagai Saudara Dalam Kristus. Walaupun demikian, “keinginan” Paulus untuk dapat mempertahankan Onesimus sebagai teman sekerja dalam pelayanannya tidaklah dapat dipungkiri. Hal ini tampak dalam ayat 8, 9, 12-14 begitu juga ayat 21. Dengan demikian, penerimaan kembali Onesimus sebagai saudara dan pelepasannya untuk menolong pelayanan Pekabaran Injil oleh Paulus, juga merupakan suatu alasan penting penulisan surat Paulus ini kepada Filemon.

Onesimus dikenal dalam pelayanannya bersama-sama dengan Tikhikus yang mengantar surat ke jemaat Efesus dan jemaat Kolose, yang tentunya juga Paulus membela Onesimus di hadapan Filemon, Paulus merasa perlu menyertakan sepucuk surat pribadi untuk menyelesaikan permasalahan Onesimus. Banyak orang menganggap surat Paulus kepada Filemon adalah surat pribadi. Tapi hal ini tidaklah tepat, karena jemaat rumah Filemon diharapkan ikut mendengar isi surat tersebut. Walaupun Filemon secara pribadi adalah penerima surat tersebut, tapi ia harus mempertanggungjawabkan keputusannya terhadap jemaat di rumahnya. Paulus tidak menulis surat ini halnya sebagai seorang pribadi biasa, tapi sebagai seorang rasul. Walau demikian, Paulus tidak menggunakan wibawa kerasulannya untuk memaksa Filemon taat kepadanya. Surat Filemon ini adalah sebuah surat kerasulan (apostolis) yang memiliki gaya bahasa pribadi.

Onesimus adalah seorang budak yang melarikan diri dari tuannya. Kemungkinan besar sebelumnya Onesimus telah mencuri milik Filemon. Menurut ayat 18 dikatakan bahwa Onesimus berutang kepada Filemon. Hal ini bisa juga merupakan petunjuk tentang waktu selama Onesimus tidak bekerja, yang dapat diperhitungkan sebagai utang. Mungkin juga bahwa, baik waktu kerja yang hilang maupun pencurian yang dilakukan Onesimus, mengakibatkan ia berutang kepada tuannya. Pencurian yang dilakukan oleh seseorang pada waktu melarikan diri dari tuannya adalah hal yang biasa dalam kerajaan Romawi waktu itu. Alasan mengapa Onesimus melarikan diri tidaklah diberitahukan. Sebuah alasan untuk melarikan diri yang sering diutarakan pada zaman itu adalah keinginan untuk bebas dan mendapatkan perlakuan yang manusiawi.

Onesimus bertemu dengan Paulus di penjara di Roma. Onesimus kemudian melayani Paulus di penjara. Dalam suratnya kepada Filemon, Paulus menekankan keuntungan yang ia peroleh melalaui pelayanan Onesimus (ayat 11 dan 13). Hal ini terlihat dalam penggunaan kata Yunani achreston (tak berguna) dan euchreston (berguna). Dengan permainan kata ini Paulus ingin menjelaskan kepada Filemon perubahan pribadi Onesimus yang sangat positif. Walaupun Onesimus sangat berguna bagi Paulus, tetapi Paulus tidak mau bertindak melawan hukum dan bertindak semena-mena. Oleh karena itu, Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon dan memberikan kepadanya sepucuk surat pengantar. Onesimus memang telah bertobat, tetapi penyelesaian persoalan dengan Filemon masih perlu dilakukan. Dengan mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, Onesimus bergantung pada anugerah atau rahmat tuannya, karena seorang pencuri dan seorang budak pelarian tidak memiliki hak atas pengampunan. Paulus ingin agar Filemon secara sukarela mengambil keputusan untuk melakukan kebaikan. Di sini Paulus benar-benar tidak memberikan petunjuk/perintah dalam kapasitasnya sebagai rasul, melainkan memberikan motivasi untuk melakukan tindakan kasih.

Paulus mengakui bahwa Onesimus telah berbuat salah. Tapi, Paulus tidak berhenti pada masa lalu semata, karena masa lalu tersebut telah diampuni Tuhan. Paulus mengarahkan perhatian Filemon pada pembaharuan yang telah terjadi pada diri Onesimus pada masa kini melalui Yesus Kristus. Paulus bukan berarti menyepelekan kesalahan yang telah diperbuat Onesimus, melainkan menunjuk pada suatu kemungkinan campur tangan Allah dalam hal Onesimus. Paulus telah melihat pertobatan Onesimus. Paulus menunjuk pada hubungan yang baru antara Filemon dan Onesimus, yaitu suatu hubungan dalam Kristus yang memiliki dimensi kekekalan. Filemon dipersatukan dengan Onesimus sebagai saudara di dalam Kristus untuk selama-lamanya dalam perwujudan kekekalan kerajaan Allah. Diharapkan perhatian Filemon janganlah tertuju pada masa lalu Onesimus, tetapi haruslah tertuju pada masa sekarang, di mana Onesimus baginya telah menjadi saudara di dalam Kristus. Filemon dihimbau untuk menerima dan memberlakukan Onesimus sebagai seorang saudara yang kekasih. Termasuk dalam hal ini adalah tidak memberlakukan penghukuman terhadap Onesimus. Cara berpikir Paulus dalam hal ini adalah hubungan orang Kristen satu dengan yang lainnya memiliki dimensi yang melampaui hukum manusiawi dan segala posisi dan status secara individu. Persaudaraan ini bukanlah persaudaraan dalam pengertian karena berasal dari benih yang sama, melainkan suatu persaudaraan secara baru yang dilandaskan pada kepemilikan oleh Yesus Kristus.

III. Refleksi

Tentu kita mengingat apa yang Yesus katakan bagi kita semua “Aku tidak lagi menyebut engkau sebagai hamba tetapi sebagai sahabatKu”. Semua kita ini tidak layak dikatakan sebagai temannya Tuhan. Tapi karena pendamaian itu diberikan bagi kita akhirnya kita disebut sebagai temannya Tuhan. Maka marilah bersahabat dengan semua orang. Seorang sahabat adalah dia yang menerima kita sebagaimana adanya. Ia menyelami kelemahan kita dan rela menolong kelemahan itu; sekaligus mengagumi keunggulan kita dan mau mengambil pelajaran dari keunggulan itu. Hanya orang yang berjiwa besar bisa bersikap bersahabat. Ia bersih dari iri dan dengki. Merubah paradigma dari hamba ke saudara, Paulus mau merekatkan relasi antara Filemon dan Onesimus bukan dengan embel-embel status, termasuk juga dengan status sosial. Tapi yang mau dikatakan itu adalah ketika kita melihat status kita di hadapan Allah yang penuh kasih. Karena itu haruslah dilihat sebagai saudara yang berharga di dalam Kristus. Di dalam minggu perdamaian ini themanya Saudara yang berharga di dalam Kristus. Orang lain pun bisa menjadi saudara kita di dalam Kristus. Tapi kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen ataupun sebagai orang yang bersaudara. Ternyata sekarang saudara kita pun tidak kita anggap berharga karena warisan mungkin. Saudara kita yang satu rahim, satu ibu tidak lagi berharga karena semuanya yang bersifat semu. Oleh karena itu, mari perbaiki relasi yang tidak terlalu baik di antara kita. Sebab kalau kita baik di luar sana sementara di dalam keluarga kita sendiri tidak ada relasi yang baik, jangan-jangan apa yang kita lakukan ini sia-sia adanya. Maka pesannya kali ini orang yang tinggi hati, orang yang tidak mau dan tidak bisa mengampuni adalah kekejian di mata Tuhan. Mari merendahkan hati karena orang yang rendah hati dia belajar menghidupi pengakuannya yaitu hidup ini ada karena Tuhan memperdamaikan diri kita melalui Yesus Kristus di hadapan Allah Bapa. Tapi kalau kita meninggikan hati kita, tidak mau dan tidak bisa mengampuni salah orang lain, tidak mampu kita meneriman permintaan maaf orang lain, tidak mampu membuka hati bagi orang lain, kata firman Tuhan itu adalah kekejian di mata Tuhan. Maka melalui minggu ini mari buka hati kita, semua bisa berubah menjadi lebih baik, selagi kita mau membuka hidup kita. Begitu pentingnya perdamaian itu agar kita bisa hidup damai, bisa hidup bersekutu dengan baik. Bukalah hati kita untuk sebuah pendamaian bahkan bagi orang yang pernah melukai ataupun yang merugikan diri kita. Kiranya kita terbuka bagi pendamaian itu sendiri. Dan Tuhan memberkati bagi setiap orang yang menerima saudaranya di dalam Kristus.

 

Pdt. Andreas Pranata Meliala-GBKP Rg. Cibinong

MINGGU 11 SEPTEMBER 2022, KHOTBAH LUKAS 11:33-36

Invocatio    :

Tetapi yang kesukaanya adalah Taurat Tuhan , dan yang merenungkanya Taurat itu siang dan malam (Mzm 1:2)

Bacaan       :

Amsal 2:1-8

Tema   :

Jagalah Terang Si Lit I Bas Kam/ Menjaga terang yang ada pada kita

 

 

Pendahuluan

“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Sebuah kalimat yang pernah diucapkan oleh pendiri NKRI yaitu Ir. Sukarno. Dari kalimat ini kita dapat melihat bahwa pemuda( permata ) bisa menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa yang dapat membawa perubahan yang baik bagi dunia dan juga masa depan sebuah bangsa termasuk gereja ada pada pemuda. Pada sisi lain negara kita di kurun waktu 2020 sampai 2035 akan menikmati suatu limpahan jumlah pemuda ( Bonus Demografi) dimana jumlah usia produktif Indonesia berada pada titik tertinggi dalam sejarah bangsa Indonesia mencapai 64% dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa.(Teribun News). Dari kekutan dan semangat dan juga jumlah itu adalah sebuah modal yang sangat berharga bagi sebuah bangsa dan juga gereja. Tapi pertanyaan penting apakah cukup hanya jumlah yang menjadi kekuatan bagaimana dengan kwalitas atau kemapuan dari pemuda tersebut terlebih di dalam menghadapi situasi perkembangan zaman di era teknologi ini yang perkembanganya juga sangat cepat. Perkembangan dan situasi zaman ini tidak hanya bergerak kearah yang baik atau positif tetapi seiring dan sejalan dengan itu pada sisi negatife juga berkembang sangat cepat. Pada situasi inilah pemuda (permata) hadir dan menjalani masa mudanya. Jika pemuda(Permata) tidak memiliki kemampuan secara intlektual dan juga kekuatan secara iman maka bisa saja pemuda tersebut diombang ambingkan zaman ini bahkan ditelan oleh situasi tampa dapat memberikan kontribusi apa lagi memberikan pengaruh lebih baik. Pada minggu Permata ini kita diingatkan bagaimana kita mempersiapkan dan juga membekali pemuda (Permata) agar dapat memberikan kontribusi dan juga membawa bangsa dan gereja kepada arah yang lebih baik.

Pembahasan Nats

Bahan Khotbah kita diambil dari kitab Injil Lukas. Lukas adalah seorang penulis Injil yang berpendidikan. Ia menuliskan kitab Injil Lukas untuk menegaskan dan menguatkan orang yang mendengar injil bahwa berita Injil itu sunguh sungguh benar. Lukas menyelidiki semua dengan seksama dan menuliskanya dengan teratur(1:1-4). Alkitab Edisi Study menempatkan bahan khotbah kita ketika Yesus Pergi Ke Yerusalem(9:51-19-27) secara khusus pasal 11 dimulai dengan para murid dan orang orang yang tidak percaya (9:51-10:42) kemudian Yesus mengajar banyak hal (11:1-12:59) Hal Berdoa, Yesus dan Beelzebul,Kembalinya Roh Jahat, Siapa Yang berbahagia, Tanda Yunus kemudian bahan khotbah kita Pelita Tubuh (11:33-34) kemudian ditutup dengan Yesus mengecam orang orang Farisi dan ahli ahli Taurat. Pada saat Yesus mengajar bebagai hal ini tentu pendengarnya adalah murid muridNya dan juga orang orang yang ada disekitarnya. Kalau kita perhatikan pada bagian sebelum bahan khotbah Yesus dengan jelas mengatakan bagaiman situasi orang orang yang mendengarkan pengajaran Yesus. Di ayat 29 Yesus mengatakan “ Angkatan ini adalah angkatan yang jahat” Hal ini dikatakan Yesus karena mereka tidak mampu melihat dan menerima sebuah pemahaman yang baru secara khusus mengenai kehadiran Yesus sebagai tanda dan juruselamat. Mereka masih meminta tanda juga. Yesus dengan tegas mengatakan tidak ada lagi tanda selain tanda nabi Yunus. Yesus juga mau menegaskan bahwa Ia adalah tanda yang lebih besar dari tanda yang dibuat nabi Yunus. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pemahaman yang lama yang ada pada mereka sehingga mereka meminta tanda lagi. Oleh sebab inilah Yesus memberikan penjelasan dan juga mengkritisi sikap mereka agar mereka bisa mengenal Yesus.Selain itu pengajaran ini juga berguna buat murid murid dan juga orang yang sudah mengikut Yesus. Bahan khotbah kita oleh LAI diberi judul “Pelita Tubuh”   ayat 33 Yesus memberikan sebuah penjelasan hubungan antara terang ( pelita ) dengan mata. Pelita dipasang kemudian pelita itu diletakan di kaki dian dan bukan ditaruh dibawah gantang. Hal ini dilakukan karena guna pelita adalah untuk memberikan terang kepada sekitarnya. Ketika ada terang maka mata sebagai alat pelihat bagi tubuh dapat melihat terang dan segala sesuatu yang ada disekitar terang tersebut. Terang tersebut dapat menuntun kita yang melihat untuk berjalan masuk terlebih ke dalam rumah. Jelas ada hubungan antara terang dengan mata. Ketika ada terang maka mata sebagai alat pelihat di dalam tubuh kita akan dapat berfungsi dengan baik untuk melihat sekitar kita dan juga menuntun kita kearah yang tepat. Ayat 34 Yesus membuat sebuah pernyataan menerangkan bahwa mata adalah pelita tubuh. Jika mata baik maka teranglah tubuh, jika mata jahat maka gelaplah seluruh tubuh. Artinya mata adalah sarana pemberi informasi bagi tubuh kita dan mata juga sebagai alat untuk memasukan informasi itu ke dalam tubuh kita. Ketika mata kita mengijinkan informasi yang tidak baik atau gelap   masuk ke dalam tubuh kita maka akan gelaplah tubuh kita dan ketika informasi yang baik atau terang maka terang itu juga bisa menguasai tubuh kita. Mata bisa saja melihat terang tetapi tidak mengijinkan terang itu masuk kedalam tubuh kita. Orang yang banyak yang hadir pada saat Yesus ada melihat tanda tidak membiarkan matanya memberikan informasi yang ada didepanya masuk ke dalam tubuhnya sehingga gelap tetap pemahaman dan juga tindakanya. Ayat 35 Yesus kemudian melanjutkan dengan menggunakan kata “skepo” perhatikanlah ini bukan hanya berarti mengamati melainkan seperti seorang tentera penjaga yang selalau focus, waspada memperhatikan sekitarnya. Hal ini dilakukan karena kegelapan itu nyata dan jangan diberi kesempatan sedikit saja menguasai diri kita. Memperhatikan bukan hanya sikap yang pasif tetapi juga aktif. Agar terang itu tetap ada maka invocatio mengajari kita agara kita memiliki kesukaan membaca dan juga merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Firman yang kita baca menguasai diri kita dan ini juga sebagai filter bagi mata kita untuk menjalankan tugasnya sehingga tetap dapat menjaga terang yang sudah ada. Sebab kita ketahui mata tidak bisa bekerja sendiri pasti terkait dengan pemikiran dan juga hati. Jika hati dan fikiran kita dikuasai Firman Tuhan dan juga Roh Kudus maka akan berguna dengan baik. Selain itu mata juga sebagai sarana memasukan informasi bisa kita gunakan untuk belajar terlebih di dalam bacaan kita kitab Amsal 2:1-8 dijelaskan apa faedah dari hikmat dan kepintaran. Jadi pakai juga mata kita untuk belajar mencari pengetahun sehingga kita menjadi orang orang atau anak anak Tuhan yang pintar dan berhikmat. Ayat 36 Jika seluruh tubuh terang dan tidak ada yang gelap maka teranglah seluruh tubuh dan ini disamakan oleh Yesus dengan pelita yang menerangi sekitarnya. Jadi jelas terang itu harus menguasai seluruh tubuh bukan hanya sebagain. Dan sesudah tubuh itu diterangi maka terang itu bukan hanya berguna bagi tubuh kita tetapi terang itu juga akan berguna buat sekitar kita atau orang orang yang ada disekitar kita.Terang itu akan menjadi kesaksian bagi orang orang yang ada disekitarnya dan juga akan menerangi kegelapan yang ada.

Aplikasi

Dari ketiga bahan alkitab pada minggu Permata ini kita dapat melihat ada beberapa hal sebagai bahan renungan kita:

  1. Minggu ini gereja kita memberikan nama dengan Minggu Permata. Seperti kita ketahui permata adalah generasi penerus bagi gereja kita dan juga generasi penerus dari bangsa ini. Apa yang kita harapkan terjadi bagi gereja dan juga bangsa ini 20 atau 30 tahun kedepan ini semua ada ditangan para pemuda atau permata. Pada sisi lain kita juga dapat melihat bagaimana potensi secara jumlah dari pemuda dan juga permayta di gereja kita. Kita dapat mengatakan ini merupakan sebuah kekuatan yang sangat luar bisa. Tapi jumlah saja tidak akan cukup walau itu sebuah kekuatan. Kita juga harus memperhatikan agar para pemuda menjadi pemuda yang memiki kemampuan atau SDM baik secara Iman dan juga secara pengetahuan. Dengan memiliki kemampaun secara intlektual dan juga kerohanian atau iamn yang baik tentu ini akan memberikan harapan bagi kita bahwa kehidupan kedepanya akan semakin lebih baik.Tapi jika sebaliknya yang terjadi maka kegelapan sudah menanti kita.
  2. Untuk membuat pemuda atau permata itu menjadi berkualitas maka hari ini kita belajar dari ketiga bahan bacaan Alkitab kita. Secara khusus Yesus mengajarkan bagimana seharusnya kita menggunakan mata kita didalam kehidupan ini. Mata adalah jendela informasi dan juga sebagai alat dari tubuh untuk memasukan segala infomasi yang dilihat. Yesus meminta agar mata kita memasukan informasi yang benar dan ini digambarkan sebagai terang. Untuk itu kita harus mengeluarkan atau meninggalkan hal hal yang selama ini ada pada kita yang bukan sebuah kebenaran tetapi telah muncul sebuah kebenaran yang baru. Sama seperti ketika orang yang hadir di masa Yesus yang tidak dapat melihat kebenaran yang ada didepanya. Mereka sudah ada di dalam gelap akibat pendapat yang lama atau bisa juga karena dosa. Setelah meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi tersebut maka selanjutnya mari kita menerima informasi yang baru secara khusus keselamatan yang dijanjikan oleh Yesus. Selain itu mata kita juga harus diapakai untuk membaca dan melihat kebenaran firman Tuhan sehingga firman itu yang menguasai kita dan ketika firman itu menguasai kita firman itu yang akan kita pikirkan dan itu juga yang akan kita lakukan dan sekaligus mengontrol kita menggunakan mata kita. Selain itu mata juga bisa digunakan untuk belajar mempersiapkan diri sehingga pemuda dan juga kita memiliki pengetahun dan pengertian juga bisa hidup bijaksana.terlebih di dalam masa sekarang yang teknologi sangat cepat berubah maka permata juga harus mamapu melihat dan juga memakaipeluang yang ada untuk meningkatkan pengetahuan dan pendidikannya sehingga mamapu menjawab tantangan yang ada didepan. Kita juga jangan pernah memberi sedikit atau setitik kegelapan masuk ke dalam tubuh kita sebab ketika setitik masuk bisa berubah menjadi lebih besar.( Hal hal yang tidak benar seperti dosa , kemalasan, narkoba, pergaulan bebas dll)
  3. Ayat 36 mengatakan dengan jelas bahwa jika seluruh tubuh kita terang maka teranglah seluruh tubuh kita dan itu sama dengan pelita yang menerangi sekitarnya. Jadi kita bisa menjadi terang buat sekitar kita. Kita bisa menjadi mata yang memberikan informasi yang benar bagi semua orang orang yang ada. disekitar kita. Orang orang sekitar kita juga bisa dirubah menjadi terang dan sumber informasi bagi yang lain dengan demikian semua kegelapan yang ada akan bisa kita kalahkan dan ini akan menjadi sebuah kesaksian buat sesama kita. Dan ini juga sebagai jalan membawa perubahan kea rah semakakin baik.

Kesimpulan

“Daun selembar tidak akan bisa menutup dunia tapi jika daun itu ditaruh dimata kita maka seluruh dunia akan gelap” Oleh sebab itu mari buang semua yang menghalani atau yang menjadi kegelapan bagi mata kita dan juga gunakan mata kita menerima dan memasukan informasi yang benar bagi tubuh kita. Ketika tubuh kita terang maka itu akan menjadi terang dan kesaksian bagi yang lain.Menggunakan mata dengan baik dan benar bukan hanya buat hidup saat tapi juga untuk hidup yang dijanjikan oleh Tuhan.

                                                                                                

Pdt Luter Efrata Girsang-Runggun Depok

MINGGU 28 AGUSTUS 2022, KHOTBAH 2 RAJA-RAJA 17:34-39 (MINGGU BUDAYA I)

Bacaan :

Yakobus 2:1-4

Khotbah  :

2 Raja-raja 17:34-39

Tema :

TETAP BERPEGANG PADA KETETAPAN-KETETAPAN TUHAN

 

PEMBUKAAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur, dalam bahasa Inggris budaya itu adalah Culture: Kesopanan, Kebudayaan dan pemeliharaan. Culture bisa juga berarti terpelajar, dalam bahasa latin cultura. 

Koentjaraningrat, seorang tokoh Antrotopologi Indonesia mengatakatan: Kebudayaan adalah sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sedangkan menurut Cicero, kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat serta setiap kecakapan, dan kebiasaan. 

Dari penjelasan arti budaya secara etimologi dan uraian para tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya atau kebudayaan adalah hasil dari pemikiran manusia untuk hidup dalam masyarakat dengan mampu menjalankan hukum adat atau kebiasaan serta norma yang berlaku dalam masyarakat.

Manusia berbudaya, yaitu manusia yang hidup dalam kebenaran dan kesucian hidup. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang melestarikan budaya itu sendiri. Budaya yang dilestarikan adalah budaya yang tidak menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. 

 ISI

Latar belakang teks ini ditulis 2 Raja-raja 17:5-6 Raja Asyur menyerbu seluruh negeri, berbaris melawan Samaria dan mengepungnya selama tiga tahun. Pada tahun kesembilan pemerintahan Hosea, raja Asyur merebut Samaria dan mengusir orang Israel ke Asyur. Dia menempatkan mereka di Halah, di Gozan di Sungai Habor dan di kota-kota Media.

  • Ini terjadi pada 722 SM dan mengakhiri Israel, Kerajaan Utara.(10 suku)
  • Penulis merefleksikan semua yang telah terjadi dan apa yang menyebabkan hari yang menentukan ini. Dari teks 2 Raja 17:7-23 kita memiliki ringkasan yang ditulis dengan baik tentang sejarah hubungan Israel dengan Tuhan (selama 200 tahun terakhir dan 20 Raja-raja). Penulis menyimpulkan semuanya tepat di awal dengan baris ini: “Semua ini terjadi karena Israel berdosa terhadap Allah …”
  • “Mereka menyembah dewa-dewa lain…” Tidak ada alasan lain. Mereka berpaling dari Tuhan. Mereka membawa penghakiman ke atas kepala mereka sendiri.

Tuhan menebus mereka dengan kasih karunia-Nya ketika Dia “membawa mereka keluar dari Mesir dari bawah kekuasaan Firaun, raja Mesir”. (17:7)

  • Tuhan menyatakan kehendak-Nya kepada mereka ketika Dia memberi mereka perintah, ketetapan dan hukum, dan menyatakan: "Dengarlah, hai Israel: TUHAN, Allah kita, TUHAN itu esa." (Ul 6:4), Ini adalah Perintah Allah, bukan ide pengetahuan saja yang dibuat-buat oleh manusia.
  • Tuhan adalah satu, dan satu-satunya untuk disembah

Sayangnya dan perlahan-lahan kita melihat Israel menolak Tuhan dan menyembah dewa-dewa lain. Mereka tidak hanya menyangkal Tuhan (seperti beberapa ateis atau agnostik); mereka menggantikan Dia!

  • “Mereka mengikuti berhala-berhala yang tidak berharga dan diri mereka sendiri menjadi tidak berharga.” (17:15b). Mereka membuang satu Tuhan yang benar untuk yang palsu dan buatan manusia.
  • 17:8 - mereka mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa (dari luar) dan juga kebiasaan yang diperkenalkan oleh raja-raja mereka sendiri .
  • Mereka mendirikan batu, tiang Asyera, berhala, menyembah Baal, dua anak sapi, melakukan ramalan dan sihir, dan membakar anak-anak sebagai korban. Panggilan Israel adalah untuk menjadi umat Tuhan, dikhususkan untuk Tuhan, tetapi sejarahnya tidak mengikuti panggilannya.
  • Sebaliknya, mereka menyesuaikan diri dengan bangsa-bangsa luar dan berbaur dengan mereka.

Terlepas dari penyembahan berhala dan kemurtadan Israel, Tuhan hadir sepanjang sejarah mereka.

  • 17:13 “Tuhan memperingatkan Israel dan Yehuda melalui semua nabi: “Berbaliklah dari jalanmu yang jahat. Taatilah perintah-perintah-Ku dan ketetapan-ketetapan-Ku, sesuai dengan seluruh Hukum yang Aku perintahkan kepada nenek moyangmu untuk dipatuhi dan yang Aku sampaikan kepadamu melalui hamba-hamba-Ku para nabi.”

Namun mereka tidak mendengarnya.

  • Sekali lagi dalam 17:23 "... TUHAN menyingkirkan mereka dari hadirat-Nya, seperti yang telah diperingatkan-Nya melalui semua hamba-Nya para nabi."
  • Sejak Kerajaan itu terbagi dan Raja Yerobeam (Israel) memperkenalkan dua anak lembu emas, sekitar 200 tahun yang lalu, Tuhan terus berbicara dan memperingatkan. Tuhan yang menebus mereka, Tuhan yang memperingatkan mereka, akhirnya menghakimi mereka. Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai TUHAN YANG MENGHAKIMI. Tuhan yang benar menghakimi.
  • “Maka Tuhan sangat murka terhadap Israel dan menjauhkan mereka dari hadirat-Nya” (17:18). Raja Asyur membawa orang asing dari seluruh penjuru.
  • Mereka mengusir tawanan dari tanah air mereka dan mengirim mereka ke mana-mana, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan tanah kembali.
  • Ada kejadian dimana singa dikeluarkan dan membunuh orang-orang Israel. Raja diberitahu bahwa alasannya karena para pemukim baru ini “tidak tahu apa yang diminta oleh dewa negara” (17:26).

17:32-33 “32 Mereka menyembah TUHAN, mengangkat imam mereka sendiri juga menyembah allah-allah mereka sendiri menurut kebiasaan bangsa-bangsa dari mana mereka berasal. Mereka memiliki campuran dewa. Mereka melupakan perjanjian yang dibuat Allah dengan Israel, Perjanjian yang dibuat Allah, sepanjang perjalanan kembali ke waktu Keluaran Yaitu: Hanya ada satu Tuhan. Dia mengungkapkan diri-Nya. Sembahlah Tuhan Allahmu. Allah yang Esa.

  • Dalam teks ini menekankan agar bangsa Israel, 3 hal ini:
  1. “Jangan menyembah allah lain” (ay.35),
  2. “Jangan menyembah allah lain” (ay.37),
  3. "Jangan menyembah allah lain" (ay.38).

Penyembahan kepada Tuhan Allah membuat iman orang Israel unik di dunia kuno. Israel memiliki panggilan unik – untuk mengarahkan bangsa-bangsa lain datang kepada Tuhan. Panggilan mereka gagal karena mereka tidak mau mendengarkan Allah sebaliknya mereka menyembah dewa-dewa dan patung-patung buatan mereka sendiri. Sehingga Allah Murka dan membiarkan mereka ditaklukkan Asyur dan hidup menderita.

 PENUTUP

Manusia dicipakan Allah berbudaya (memiliki akal, pengetahuan dan adat istiadat agar hidupnya teratur dan saling menghormati. Karena manusia pada dasarnya mahluk sosial. Individu hidup bersama manusia lain dalam struktur masyarakat. Demikian juga kita suku Karo memiliki tradisi, budaya dan adat istiadat yang harus dilakukan sebagai cirikhas dan membentuk karakter kita. Namun dalam hal ini kita tidak hanya hidup melestarikan budaya Karo kita namun tentunya juga melakukan ketetapan dan hukum-hukum Allah yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Tentunya dalam hal ini dibangun peraturan/perangkat hukum atau undang undang baik dalam kaitan Kekristenan maupun adat dibuat bertujuan agar ada keteraturan, ada keadilan di dalam masyarakat. Iman dan adat Karo tidak dipertentangkan namun bagaimana iman kita menerangi adat istiadat yang kita lakukan setiap hari. Tetapi terkadang manusia cenderung melanggar aturan dan imannya, hanya karena tidak mampu mengendalikan diri ataupun mengikuti kemauan/ego. Sehingga tidak jarang berhadapan dengan hukum itu sendiri. Bahkan ada istilah “peraturan itu dibuat untuk dilanggar”. Seperti orang Samaria/Israel Utara yang tidak mau mendengarkan suara Tuhan melalui NabiNya maka Tuhan Murka dan Tuhan mengijinkan Israel jatuh ketangan Asyur. Israel menderita ditekan, di jajah dan di perlakukan secara kejam dan semena-mena. Bangsa diusir keluar dari tanah mereka. Hak mereka telah dirampas bangsa asing.

Namun demikian, Allah sangat mengasihi manusia dan tidak dibiarkanNya kita hidup di bawah hukuman dan dosa sehingga Dia dalam rupa manusia (Yesus Kristus) turun kedalam dunia dan menebus dosa manusia. Yesus datang agar manusia dibenarkan dan hidup dalam kebenaran dan firmanNya. Manusia hidup dalam penebusan dan iman kepada Allah yang transendence hadir dalam hati manusia dan firman Tuhan sebagai acuan dalam menjalankan kehidupan. Manusia yang sudah dikasihi Allah juga harus mengasihi dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan untuk disembah dan dimuliakan dengan cara berpegang pada segala ketetapan-Nya haruslah menjadi “budaya/gaya hidup” yang tampak dalam kehidupan orang percaya. Jika kita melihat, ada orang yang mengaku percaya namun kehidupannya tidak menampakkan hidup orang-orang yang taat, maka pada hakekatnya kepercayaannya kepada Allah masih diragukan. Karena kepercayaan seseorang kepada Tuhan diimbangi dengan ketaatannya dalam melakukan segala ketetapan dan perintah Tuhan. Ketaatan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada hati yang benar-benar tulus, dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan.

Karena itu sebagai orang percaya yang telah menerima keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, tentunya ketaatan dan membudayakan kebenaran firman Tuhan menjadi ciri/identitas diri kita. Ketaatan akan kebenaran Firman Tuhan akan memberi kita kekuatan untuk dapat menghadapi kehidupan yang semakin tak menentu akhir-akhir ini, dan percayalah ketaatan kita akan kebenaran Firman Tuhan akan membuat kita melihat dan menerima janji-janji Allah yang mengagumkan.

Sebagai contoh dalam Markus 7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia

Dan Yakobus 2:1-4 kita yang sudah hidup dalam iman akan Yesus Kristus jangan lagi memandang muka / lahiriah saja (Tidak gampang jatuh kepada penghakiman dengan melihat tampilan fisik) namun kita melihat kedalaman hati. Memperlakukan orang lain seperti kita melihat wajah Yesus di wajahnya. Dengan demikian kita sebagai anak Tuhan menampakkan firman Allah/Ketetapan Allah dalam hidup kita secara menyeluruh (Hati, pikiran, perbuatan) memperlihatkan jelas karakter dan ciri anak-anak Tuhan. Beribadah dan perintah Tuhan yang kita lakukan.

Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya (Ulangan 11:1)

 Kolose 3:17 “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”

 

Pdt. Rosliana br Sinulingga-Runggun Bumi Anggrek

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD