MINGGU 14 AGUSTUS 2022, KISAH PARA RASUL 8:4-13

Invocatio: Efesus 2:10

Bacaan: Yesaya 61:1-4

Thema: Bersehati Dalam Pengajaran

 

I. Pendahuluan

Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca artikel yang dipublikasikan salah satu teman saya di akun media sosial miliknya. Artikel itu isinya tentang temuan mutakhir dari peneliti medis di Memorial Sloan Kettering Cancer Center, Nem York, di mana mereka menguji coba obat cancer dinamai MMRd atau Mismatch Repair-deficient atau disebut juga dengan Microsatellite Instability (MSI). Cara kerja obat genetik ini adalah mengidentifikasi sel kanker yang tersembunyi dan menghancurkannya melalui sel imun, dan hasilnya semua pasien yang mengikuti trial dinyatakan sembuh. Riset ini baru saja terbit di New England Journal of Medicine. Namun saat ini biayanya masih sangat mahal yaitu USD 11.000 per dosis dan diperlukan 3 minggu sekali, sampai 6 bulan. Bagi Amerika Serikat, sebagai negara dengan jumlah kematian 50.000 jiwa per tahun karena kolorektal kanker tentu temuan ini sangat menggembirakan. Ini pertama kalinya terjadi dalam sejarah ratusan tahun medis modern. Nah, point saya dalam pendahuluan ini. Berkaitan dengan teologi, kenapa membaca hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahun perlu? Agar kita paham kerja keras dan pengorbanan para medis dan peneliti ini juga adalah mujizat, jangan selaku kita ringkas, mujizat itu: sekali pukul, hanya 3 menit, lalu kita bilang mujizat itu nyata. Lalu saat mujizat tidak ada kita hakimi lagi iman kita lemah. Maka tidaklah heran, salah satu keilmuan yang paling lambat berevolusi adalah ilmu teologi. Saya meyakini di sinilah pentingnya selalu pengajaran itu ditekankan di dalam kehidupan gereja.

II. Isi

Bahan invocatio kita yaitu Efesus 2:10 merupakan penjelasan dari Paulus tentang anggapan yang salah bahwa semua yang diterima manusia itu bukan hasil usahanya. Itu adalah pemberian Allah, jangan ada yang memegahkan diri. Ungkapan memegahkan diri yang dipakai Paulus di sini secara mendasar yaitu usaha pembangunan diri sendiri, yang tidak berdasar atas pemberian allah, tetapi atas prestasi manusia, baik dalam bentuk pekerjaan/perbuatan, maupun dalam bentuk pengetahuan. Jangan memegahkan diri maksudnya jangan menyangka bahwa pekerjaan yang kita kerjakan di dalam atau di luar jemaat itu adalah suatu jasa, dan bahwa karena itu keselamatan dapat diperoleh berdasarkan jasa sehingga kita mengharapkan segala sesuatu dari diri kita sendiri. Semuanya adalah kasih karunia Allah. Penekanan dalam bahan invocatio ini salah satunya adalah kasih karunia Allah. Dalam bahan invocatio ini Paulus memberikan motivasi dari perkataannya: kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, sebagai lingkungan hidup kita. Kita adalah ciptaan baru. Mendapat eksistensi di dalam Kristus. Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik, tetapi diciptakan dalam Kristus untuk melakukan perbuatan baik. Keselamatan itu bukan pekerjaan manusia, tapi pekerjaan Allah. Segala sesuatu yang kita butuhkan untuk keselamatan kita, Allah berikan. Malahan keselamatan kita sendiri adalah pemberianNya. Tugas kita adalah menerima pemberian itu dan sebagai ucapan syukur, kita meneruskannya kepada orang lain.

Bahan bacaan kita Yesaya 61:1-4 merupakan bagian dari Trito Yesaya yang berisi tentang berita kesukaan yang sudah disaksikan oleh pemberita berita kesukaan itu sendiri. Berita ini dialamatkan kepada orang-orang sengsara, orang-orang yang berkekurangan, miskin dan tertekan. Bukan Israel seluruhnya, bukan Yerusalem, tapi orang-orang yang menderitalah yang diberi kesukaan. Pembebasan ini dikiaskan kepada tahun Sabat, tahun penghapusan hutang, di mana dibebaskan hamba-hamba dan orang miskin, dan tahun itu disebur tahun rahmat. Perubahan pada tahun pembebasan ini dilukiskan dengan kiasan yang indah: orang-orang yang berkabung menaruh debu ke atas kepalanya, dan orang-orang hina duduk di dalam debu, sedangkan orang-orang yang terhormat memakai perhiasan kepala.

Bahan khotbah kita Kisah Para Rasul 8:4-13 bercerita tentang penyebaran Injil dan keberhasilan Filipus yang digerakkan oleh Roh Kudus. Pemberitaan tentang Injil terus disampaikan dengan terang-terangan, para pengikut Kristus tidak takut menderita, bahkan mereka bangga dengan penderitaan mereka demi mengikut Yesus. Mereka sudah berpencar ke mana-mana. Tokoh Filipus di sini adalah salah satu dari 7 diaken yang dipilih oleh rasul-rasul. Tempat yang dipilih Filipus adalah kota Samaria. Filipus melayani di kota itu diutus untuk menyembuhkan pikiran manusia. Ajaran Filipus, setelah terbuktikan, diterima di Samaria. Dan ternyata mujizat yang dilakukan oleh Filipus melalui kuasa dari Tuhan adalah jalan pembuka untuk bisa mengajari orang Samaria lebih dalam lagi tentang Injil Yesus Kristus. Penduduk kota Samaria itu dengan bulat hati, mereka semuanya bersehati sepikir, bahwa ajaran Injil layak diselidiki dan didengarkan tanpa rasa curiga. Orang Samaria itu puas dalam memperhatikan dan mendengarkan khotbah Filipus, dan pekerjaan baik yang dikerjakan oleh Filipus. Hasil dari pemberitaan, pengajaran dan pelayanan yang dilakukan Filipus tanpa ragu penduduk Samaria itu mau dibaptis. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Filipus itu tersebar ke mana-mana. Injil tidak membuat orang menjadi murung, tapi malah bersukacita. Tapi, walau begitu belajar untuk meninggalkan yang buruk sering kali merupakan pekerjaan yang lebih sulit daripada mempelajari yang baik. Orang Samaria ini, walau bukan penyembah berhala seperi bangsa non-Yahudi, ternyata tertarik untuk mengikuti Simon, seorang tukang sihir yang membuat kegaduhan di antara mereka. Dari sini bisa kita pelajari betapa kuatnya tipuan iblis yang menggerakkan mereka untuk melayani kepentingan Simon ini. Simon, menganggap dirinya luar biasa. Simon sebenarnya tidak berniat memperbarui hidup mereka, atau memperbaiki ibadah dan kesalehan mereka. Simon menyatakan dirinya sebagai Mesias. Intinya dia ingin dianggap sangat penting. Dan ternyata penduduk kota itu banyak mengakui kehebatan Simon. Tapi walau begitu, Simon si tukang sihir ini punya pengaruh atas mereka, dan penduduk kota ini percaya kepada Simon, tapi ketika mereka melihat perbedaan antara Simon dan Filipus, penduduk kota itu meninggalkan Simon dan beralih mendengarkan Filipus. Lalu Simon pun juga mau mendengarkan Filipus dan akhirnya mau dibaptis.

III. Refleksi

Yesus adalah orang Yahudi dan agamanya pun agama Yahudi. Ia setia datang ke Bait Suci, begitu juga 12 muridNya. Setelah Yesus naik ke surga, murid-murid tetap melanjutkan kebiasaan ini selama beberapa bulan ataupun beberapa tahun. Dari catatan kitab Kisah Para Rasul dan beberapa surat-surat Paulus terlihat di situ pengikut Tuhan Yesus tetap beribadah dengan orang Yahudi yang lain di sinagoge. Gereja lahir ke dunia ini sewaktu pengikut Tuhan Yesus perlahan-lahan mulai merasakan bahwa ada satu hal yang secara mendasar membedakan mereka dengan agama Yahudi. Yang membedakannya adalah pengakuan pengikut Tuhan Yesus bahwa Ia adalah Tuhan dan Juruselamat. Pengakuan ini jadi pemberitaan yang mendasar. Pengakuan ini disampaikan Petrus dengan jelas dalam khotbahnya beberapa hari setelah Yesus naik ke surga seperti yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 2. Pengakuan ini isinya bukan hanya informasi saja, tapi pengakuan ataupun kesaksian yang masih tetap harus dicerna, digumuli, dipikirkan dan direnungkan. Oleh karena itu pengakuan perlu dijelaskan sampai kepada dampaknya di dalam kehidupan. Oleh karena itu lahirlah pengajaran yang sumbernya dari pengakuan itu sendiri. Intinya mengenai kehidupan Tuhan Yesus. Pengajaran itu sendiri banyak sekali bentuknya: pengajaran secara lisan, pengajaran secara tertulis, doa, nyanyian, pengakuan iman, doktrin, dsb. Karena ada pengakuan, maka dengan perlahan-lahan pengikut Tuhan Yesus memisahkan diri dari sinagoge. Lalu muncullah gereja. Gereja-gereja Kristen yang pertama ini bentuknya adalah gereja rumah. Dan ada dugaan, kegiatan utama gereja rumah ini adalah belajar. Siapa yang mengajari? Sudah tentu 12 rasul. Dan dalam perkembangan waktu ada jabatan guru.

Gereja sudah ada di dalam rencana Tuhan. Gereja bukanlah gedungnya. Gereja juga bukan persoalan administrasui ataupun organisasi saja. Gereja adalah tubuh Kristus. Gereja adalah pilihan Tuhan, hasil penebusan Tuhan. Gereja adalah bangsa yang kudus dan imam-imam raja. Gereja adalah garam dan terang dunia. Gereja adalah saksi Kristus di dunia, ditengah-tengah orang berdosa. Sering sekali kita melihat gereja lebih mengarah kepada gedungnya. Apakah pada saat Kristus nanti datang untuk yang kedua kalinya, gedung gereja yang bakal diangkat Kristus ke surga? Tentu tidak, yang diangkat adalah orang percaya. Di dalam gedung gereja ada orang yang terpilih, yang dituntun hatinya, dan dibersihkan. Siapa yang menuntun? Roh Kudus. Dibersihkan dengan apa? Dengan darah Kristus. Bagaimana hal ini bisa dipahami oleh jemaat? Ternyata harus ada pembinaan yang disampaikan kepada jemaat. Gereja ada dasarnya yang sangat serius yaitu mengajar. Mengajar berarti apa yang diperlihatkan, dan sekarang ini, kita diharapkan tidak lagi jadi teolog konseptor, tapi semua tubuh kita ini adalah ilmu teologi yang kita gerakkan. Kehidupan yang kita ajarkan adalah jadi budaya bersama. Bimbingan khotbah kita ini mengingatkan kita pentingnya pengajaran ataupun pendidikan. Karena manusia yang terdidiklah yang bisa membawa kehidupan ini lebih baik. Pendidikan mengubah cara berpikir. Dan tentu saja belajar juga tidak boleh tanggung-tanggung. Pesan Tuhan Yesus sebelum Dia naik ke surga: baptislah semua bangsa dan ajarlah melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan. Pekerjaan gereja tidak hanya membaptis tapi juga mengajar. Kalau sekedar dibaptis tentu itu hanya sekedar jadi anggota. Tapi dengan mengajar berarti kita disuruh Tuhan menjadikan bangsa-bangsa menjadi murid Tuhan. Tentu tidak hanya jadi anggota gereja. Tapi, jadi murid-murid Tuhan. Berarti sebelum diajari orang lain, terlebih dahulu kita sudah menerima pengajaran itu. Sebab kalau menurut Matius 28:16-20 kita menjadi guru bagi orang lain. Dan ada teolog yang mengatakan bukan hanya 3 tugas gereja, tapi mungkin 4. Kalau biasa kita tahu koinonia, marturia, diakonia. Tapi ada teolog yang mengatakan harus Tritugas gereja itu ditambahkan jadi 4 yaitu: pengajaran (pemuridan). Bagaimana menjadikan warga gereja menjadi murid-murid Tuhan. Bagaimana menjadikan warga gereja jadi orang yang mau belajar. Karena hanya orang yang tidak mau belajar yang menjadi kurang ajar. Pekerjaan gereja adalah menjadikan warganya menjadi murid. Sebab dengan menjadi muridlah maka warga gereja bakal jadi orang terpelajar. Pekerjaan gereja bukan sekedar ibadah tapi juga mengajar dan belajar. Kalau kita baca sejarah banyak sekali universitas, banyak sekali sekolah, pada awalnya gereja yang memulai. Universitas ataupun sekolah terkenal pada awalnya adalah sekolah teologi. Lembaga pendidikan yang dimulai gereja. Karena begitu pentingnya pendidikan itu. Pengajaranlah yang membentuk satu masyarakat yang maju. Kalau tidak ada pengajaran yang baik maka kualitas mental bakal menurun. Kita tahu tubuh kita ini butuh asupan gizi. Kalau tidak tercukupi gizinya tentunya berpengaruh kepada kesehatan atapun pertumbuhan tubuh. Begitu juga dengan mental, jiwa, kerohanian kita. Jiwa kita, mental kita, kerohanian kita perlu pengajaran. Untuk itulah gereja kita membuat satu lembaga yang dinamai PWG. PWG inilah sebenarnya motor penggerak pengajaran, dan untuk itu harus dikembangkan. Diterapkan dengan baik ditengah-tengah gereja kita. Warga gereja perlu asupan rohani, makanan rohani. Inilah yang perlu diajarkan.

 

Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th-Runggun Cibinong

MINGGU 07 AGUSTUS 2022, KHOTBAH LUKAS 9:37-42

“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak 4:7)

Bacaan : Yesaya 14: 12-15 (T)

Tema : YESUS BERKUASA ATAS SETAN

 

Pengantar

Minggu ini GBKP memasuki Minggu Kuasa Allah Menang atas Kuasa Kegelapan. Hingga masa serba digital ini, tema ini masih relevan karena kenyataannya masih ada kita temui orang yang diganggu atau bahkan terikat pada kuasa gelap. Karena itu penting bagi kita untuk terus menguatkan iman bahwa kuasa Allah dalam nama Yesus melebihi semua itu.

Penjelasan Teks

  1. Lukas 9: 37-42 mengikuti peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung, saat pakaian Yesus menjadi putih berkilauan, tampak Musa dan Elia berbicara dengan-Nya, awan menaungi mereka dan ada suara: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Ini disaksikan oleh murid-murid Yesus yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus. Sebuah peristiwa yang menakjubkan. Keesokan harinya Ketika mereka turun dari gunung itu, mereka diperhadapkan dengan orang banyak berbondong-bondong menemui Yesus, dengan membawa berbagai kepentingan dan masalahnya masing-masing. Salah seorang yang berseru meminta Yesus menengok anak satu-satunya hanyalah salah satu dari sekian masalah pada saat itu. Kontras dari peristiwa di atas gunung, saat tiba di bawah harus kembali pada kenyataan. Gambaran ini memang menunjukkan kenyataan dalam pelayanan. Gereja tidak bisa berhenti dan merasa nyaman “di atas” tapi harus turun ke bawah, siap bertemu dengan kenyataan hidup dan berbagai pergumulan jemaat. Yesus diperhadapkan dengan kenyataan di dunia tempat-Nya turun: penderitaan anak yang dikuasai roh jahat, keputusasaan ayahnya, ketidakmampuan murid (selain Petrus, Yohanes, Yakobus) menguasai situasi. Peristiwa iman yang luar biasa di atas gunung itu menjadi persiapan untuk kembali menghadapi situasi tantangan yang sebenarnya, dan Tuhan Yesus menghadapinya dengan kuasa.
  2. Iman dan pengharapan yang diletakkan pada tempat yang tepat, membuahkan hasil. Kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya menggerakkan untuk mencari jalan untuk menyembuhkan si anak. Walau belum bertemu dengan Yesus, ia meminta kepada murid-murid untuk menyembuhkan anaknya namun tidak berhasil. Ia tetap setia menunggu sampai bisa bertemu dengan Yesus. Secara medis, gejala yang dialami anak itu mirip epilepsi atau penyakit ayan (RSV menerjemahkan epileptic), tetapi zaman itu segala macam penyakit dianggap ditimbulkan oleh kuasa roh-roh jahat. Sang ayah hanya berharap Guru yang sudah membuat berbagai mujizat itu juga berkenan menengok anaknya. Dari antara orang banyak yang berbondong-bondong itu, ia berseru kepada Yesus dan memohon. Ia hanya ingin menemui Yesus, berseru memohon kepada Yesus karena hanya itulah yang bisa menyelamatkan dan menyembuhkan anaknya. Puji Tuhan, usahanya berbuah hasil. Ia bisa menjumpai, berseru, dan Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu. Yesus berkuasa atas segalanya, termasuk atas penyakit dan atas roh jahat. Tidak ada yang melebihi kuasa Tuhan Yesus. Janganlah ada yang meragukan ini.
  3. “Angkatan yang tidak percaya” (Ul 32:5, Flp 2: 15) Sebagian penafsir mengartikan ini berarti murid-murid, Calvin mengartikan ini adalah Ahli Taurat, tapi kemungkinan semuanya yang hadir di sana jadi tujuan kalimat Yesus ini. Semua manusia dipenuhi oleh penderitaan duniawi sehingga tidak bisa fokus pada kuasa Tuhan. Baik yang berbondong-bondong datang juga murid Yesus tidak bisa mengalahkan pergumulan duniawi dengan kuasa Tuhan yang seharusnya ada pada mereka. Yesus juga menyiratkan bahwa tidak akan selama-lamanya IA berada di dunia bersama-sama dengan kita. Maka setiap yang hadir di sana, juga pada kita pembaca masa kini disampaikan bahwa seharusnya kita punya iman yang cukup teguh untuk mengalahkan pergumulan duniawi, termasuk mengusir roh jahat. Jangan menjadi “Angkatan yang tidak percaya dan sesat”. Ini menjadi mungkin bukan dengan kekuatan dan kehebatan apalagi reputasi kita, tapi karena kita tunduk pada kuasa Allah. Seperti Invocatio “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak 4:7) Iblis itu takut dan gentar pada orang-orang percaya yang mengandalkan Tuhan, bukan sebaliknya.

Pointer Aplikasi

  1. Pengalaman iman bersama Tuhan tidak hanya untuk dinikmati di atas gunung, tetapi harus berwujud dalam karya di bawah bagi sesama. Dunia pelayanan tidak bisa terlepas dari pergumulan. Saat kita dikuatkan, kita diminta untuk menguatkan. Saat kita diberkati, kita disuruh untuk memberkati. Semua yang kita terima dari Tuhan tidak bisa berhenti pada diri kita, melainkan dialirkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Orang percaya tidak pernah lelah memberi pertolongan dan mengerjakan pelayanan bagi orang lain. Jangan menutup mata terhadap pergumulan di sekitar kita. Kita ada untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Kita ada untuk jadi alat Tuhan menunjukkan besarnya kuasaNya atas segala yang ada di dunia ini.
  2. Kuasa manusia terbatas, kuasa Tuhan tidak terbatas. Kita perlu memahami bahwa manusia (hamba Tuhan) yang melakukan pengusiran setan pun diberi kuasa, bukan karena kehebatannya sendiri, maka janganlah mengkultuskan hamba Tuhan. Tetap kemuliaan dan kepercayaan tiada ragu hanya kepada Tuhan Yesus Kristus, yang sanggup melepaskan kita dari belenggu jahat. Tuhan dapat bekerja di dalam kita dan melalui kita orang percaya. Berdoa dan jaga hidup selalu terkoneksi dengan Tuhan melalui firmanNya dan melalui berbagai pengalaman iman sepanjang hidup. Ini menjadi kekuatan kita agar tidak kalah oleh pergumulan dunia. Terkadang solusi yang ditawarkan oleh dunia ini sifatnya instan tapi membawa kepada kehancuran (kalau sakit menahun dianjurkan berobat ke guru, saat ada yang kerasukan dipanggil dukun, dll). Kenapa harus berharap kepada manusia kalau kita punya Allah yang berkuasa atas segalanya?
  3. Dimasa kini, bentuk gangguan setan atau Iblis bukan hanya dalam bentuk kejang, mulut berbusa dan sakit penyakit. Tetapi hadir lewat tawaran yang menarik, popularitas, kekayaan, kecantikan dan banyak lagi. Semua ini tujuannya hanya satu: membawa manusia menjauh dari Tuhan. Maka perlu kita waspada setiap saat, menjaga diri dan menjaga iman kita agar tetap dekat pada Tuhan. Itulah kekuatan paling besar dan paling mutlak yang ada di dunia ini.

 

Pdt. Yohana br Ginting-Runggun Cibubur

MINGGU 31 JULI 2022, KHOTBAH JOHANES 21:1-7

Invocatio   : “Tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Efesus 4 : 28 b)

Ogen : Rut 2 : 3-9 (Tunggal)

Tema  : Pekerjaan yang Berhasil / Rulih I Bas Pendahin

 

Pembuka

Setiap orang yang bekerja pasti menginginkan hasil. Tidak ada yang bekerja tanpa mengharapkan apa-apa. Hasil yang baik tentunya dapat diperoleh jika mau mengusahakan sesuatu yang baik pula. Jika sekolah, sungguh-sungguhlah belajar, agar ilmu yang diraih bukan sekedar gelar. Jika bekerja, sungguh-sungguhlah bekerja agar ada sukacita dan dapat menikmati hasilnya.

Pepatah mengatakan rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Setiap hasil membutuhkan usaha. Contohnya dengan rajin dan berhemat, kita menjadi pandai dan kaya. Itulah yang diharapkan. Namun iman Kristen mengajarkan bahwa Tuhan memberkati kehidupan manusia seturut panggilannya. Bekerja dan mengusahai sesuatu adalah panggilan Tuhan (Bdk Kej 1:26, 28). Hasil yang dinantikan tidak hanya berupa materi, kehormatan, kesuksesan dsb, melainkan dengan turut bekerja, kita semakin mengerti cara Tuhan berkarya dan memberi hasil yang terbaik. Sehingga jerih lelah bekerja dan usaha dapat dinikmati, terus disyukuri dan mau membagikannya bagi orang lain, sebagai kesaksian tentang Tuhan pemberi berkat.

ISI

Johanes 21:1-7 Yesus menampakkan diriNya di danau Tiberias menjadi salah satu kesempatan Yesus tampil lagi dihadapan para murid setelah kematianNya (ay 1). Beberapa kali sebelumnya, Yesus menampakkan diriNya saat mereka sangat menantikanNya. Setelah Yesus mati dan bangkit, murid-murid telah ditugaskan untuk terus melayani dan bersekutu bersama. Tapi waktu yang ditetapkan tentang kedatangan Roh Kudus, belum tiba. Dalam penantian ini para murid kembali melakukan aktivitas dan pekerjaannya untuk memenuhi keperluan hidup mereka.

Di pantai Danau Tiberias, Yesus menunjukkan kehadiranNya dalam aktivitas dan pekerjaan mereka. Simon Petrus, Tomas (Didimus), Natanael, Yakobus dan Yohanes (anak Zebedeus) dan dua orang murid lainnya berkumpul di sana (ay 2). Petrus berinisiatif menangkap ikan, disusul murid Yesus lainnya yang sebagian besar dari mereka adalah nelayan. Sekalipun menangkap ikan adalah pekerjaan yang mereka kuasai, namun kali ini mereka kembali tanpa hasil (ay 3). Tentunya hal yang wajar jika kegagalan itu membuat mereka kecewa.

Di siang harinya, Yesus berdiri di pantai namun mereka tidak menyadari bahwa orang yang meminta makanan kepada mereka adalah Yesus (ay 4). Karena fokus mereka tertuju pada hasil yang gagal. Yesus mengerti akan hal itu dan meminta mereka menebar jalanya lagi, kemudian luar biasa banyaklah hasilnya, bahkan mereka kesulitan menariknya (ay 5-6). Yesus memberikan tanda mujizatNya. Semalaman mereka berusaha dan bekerja keras, namun tidak mendapat hasil. Tetapi Yesus memberikan apa yang diharapkan bahkan lebih dari apa yang terpikirkan.

Setelah menyaksikan hal tersebut, maka tersadarlah dan mengertilah murid-murid bahwa “itu Tuhan”. Mereka menyadari, hanya kehadiran Tuhanlah yang mampu melakukan hal itu. Maka Petrus pun bergegas mengenakan pakaiannya dan menghampiri Yesus (ay 7). Petrus bersiap diri datang mendekat kepada Yesus tanda kerinduan dan hormatnya akan Yesus.

Rut 2:1-7 Penggalan kisah awal mula Rut berjumpa dengan Boas. Sebagai seorang menantu, Rut perempuan yang taat dan setia. Hidup bersama dengan Naomi, Rut bertanggung jawab dan berusaha agar kehidupan mereka tercukupi. Tanpa ragu atau malu, Rut turut nasihat Naomi dan giat bekerja di ladang Boas (ay 3). Rut dengan kerendahan hati meminta izin mengutip bulir-bulir jelai yang tersisa (hak orang miskin). Dia menggunakan kesempatan bekerja dengan terus sibuk dan tidak berhenti (ay 7). Boas juga menjadi pemilik ladang yang bermurah hati. Tidak keberatan untuk menolong orang yang memerlukan. Dari sikap Rut dan Boas, Tuhan merancangkan kebaikan dan menampilkan kasih pemeliharaan.

APLIKASI

Dalam Minggu peningkatan Ekonomi jemaat, kita menyadari bahwa kebutuhan ekonomi menjadi hal penting yang harus dicukupkan. Tentunya cara untuk memenuhinya adalah dengan bekerja dan berusaha. Banyak sekali tantangan yang ada, baik dalam prosesnya juga hasilnya. Sering kali kita tergoda untuk mengerjakan pekerjaan yang melanggar perintah Tuhan, hanya karena berorientasi kepada hasil yang diinginkan. Atau melakukan pekerjaan dengan baik tetapi hasilnya tidak dipakaikan untuk sesuatu yang diperkenankan Tuhan.

Oleh sebab itu diperlukan prinsip yang benar untuk mengusahakan dan memakaikan segala sesuatu yang kita miliki, seturut Firman Tuhan. Agar kebutuhan ekonomi tercukupkan dan menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.

1. Ketahuilah tidak ada hasil yang sia-sia

Keberhasilan dalam melakukan pekerjaan bukan ditentukan pengetahuan, kepintaran, kehebatan atau pengalaman saja. Melainkan bagaimana seorang yang percaya Tuhan, hidup taat dan berserah kepadaNya saat melakukan pekerjaan. Para murid Yesus adalah orang yang handal sebagai nelayan, karena itu profesinya. Namun tidaklah menjamin setiap usahanya beroleh hasil yang memuaskan. Mereka sempat kecewa karena tidak ada makanan dari hasil kerjanya. Tapi Yesus memberikan kelimpahan agar mereka tahu, kehadiran Yesus dan percaya kepadaNya memberi berkat. Hasil itu mereka dapat terima, saat mau taat apa yang Tuhan perintahkan.

Mungkin kita pernah mengalami kegagalan bekerja seperti para murid. Namun perjumpaan dengan Yesus, memberikan mereka jawaban atas apa yang dinantikan. Jika berjalan seturut kehendak Tuhan maka tidak ada pekerjaan yang hasilnya kebetulan atau sia-sia. Kita tidak akan takut gagal, jika melakukan dengan kerja keras dan ketulusan hati. Kita tidak akan takut ditolak, jika telah mengerjakan tanggung jawab dengan kejujuran sesuai kehendak Tuhan. Kita tidak akan takut akan hasil, jika tidak sekalipun mengandalkan diri sendiri dan menjadi tinggi hati. Karena hanya Tuhan yang berkuasa memberi berkat dan hasilnya tidak pernah sia-sia.

2. Jangan menyerah tapi berserah

Ada kalanya menyerah menjadi pilihan menghadapi tantangan. Tuhan tidak terlihat secara fisik menolong tapi di dalam Firman Tuhanlah ada sukacita dan pengharapan. Itu menjadi motivasi memakaikan setiap kesempatan untuk melakukan pekerjaan baik. Teladanilah Rut yang tidak menyerah pada situasi hidup sekalipun penuh keterbatasan. Dia mau berjuang dan berserah kepada pertolongan Tuhan (Bdk Ogen). Kita mungkin tidak tau apa hasil akhir yang kita dapat, namun jangan pernah menyerah, serahkan hasilnya pada kehendak Tuhan maka Dia akan melimpahkannya.

Kadang Tuhan membiarkan kita mengalami kegagalan padahal memiliki kemampuan atau kekuatan. Agar dengan itu kita belajar untuk taat dan mendengar perintahNya. Bahwa dengan sepenuhnya bersandar kepada Tuhan kita dapat berhasil. Tuhan tidak akan meninggalkan kita, namun kegagalan menguji dan memberikan kesadaran akan kuasa Tuhan.

3. Prosesnya dan hasilnya untuk kemuliaan Tuhan

Menikmati proses dan menikmati hasil kerja sama pentingnya. Hasil yang baik dapat diperoleh dari proses kerja yang baik. Proses yang dapat dinikmati akan membuat hasil apapun diterima dengan sukacita. Sekalipun hasil yang diperoleh seturut harapan atau tidak, ketahuilah berkat Tuhan tidak terbatas materi. Tuhan menjamin agar melalui hasil apapun yang kita peroleh ada sukacita dan beragam kebaikan.

Seperti Boas, kerelaan hatinya dipakai Tuhan untuk suatu rencana memulihkan tidak hanya kehidupan Rut dan Naomi, tetapi juga bangsa-bangsa. Biarlah melalui diri kita banyak orang menerima berkat dan sukacita (Bdk Invocatio Efesus 4:28 b). Tuhan tampil dalam setiap proses, asalkan fokus kita “melihat” Tuhan. Seperti para murid yang menyadari bahwa “itu Tuhan” yang telah memberi tanda mujizatNya dan penyertaanNya. Dia mencukupkan yang kita perlu melalui usaha dan kerja keras setiap yang percaya. Sehingga tetaplah lakukan segala sesuatu dengan ketaatan akan perintahNya. Amin.

Mereka yang berbahagia bukanlah yang memiliki segalanya atas hasil kerjanya.

Tapi yang tidak pernah mengeluh dan mensyukuri apapun yang telah dimilikinya.

Karena disaat hati penuh rasa syukur, pasti ada berkat Tuhan yang tiada terukur.

 

Pdt. Deci K br Sembiring-Runggun Studio Alam

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD