MINGGU 10 DESEMBER 2023, KHOTBAH LUKAS 3:1-14

Invocation :

Imamat 16:30

Ogen :

Jeremia 18:1-11

Tema :

Jera I Bas Dosa Nari / Bertobat Dari Dosa

 

Pendahuluan

Dalam pandangan teologis serta mengacu kepada liturgi GBKP bahwa minggu adven kedua merupakan seruan atau panggilan untuk menanggalkan kegelisahan atau kekuatiran dan membuka jalan bagi Allah untuk maju lebih lanjut menghadapi realita kehidupan ini. Minggu adven kedua juga meneguhkan hati kita kepada Allah yang merupakan sumber pengharapan kita. Lebih jauh lagi Yohanes dalam berita Injil Lukas akan kembali mengingatkan kita untuk membuka jalan bagi Tuhan untuk masuk mengubah hidup kita.

Pendalaman teks

Melalui kalimat-kalimat pembukaan Injil Lukas, nampak jelas bahwa maksud penulis Lukas adalah memberitahu Teofilus tentang kebenaran dari segala sesuatu yang diajarkan kepadanya selama ini (band. Lukas 1:1). Tampaknya Teofilus adalah merupakan tokoh yang berpengaruh pada saat itu. Sekaligus juga Injil Lukas hendak menulis sebuah uraian untuk meyakinkan pihak-pihak yang meragukan keimanan Kristen pada masa itu. Khusus dalam Lukas 3:1-14, penulis hendak memberitakan kebenaran dan penghiburan kepada mereka yang sedang di dalam kegelisahan atau kekuatiran. Untuk lebih memahami secara detail, kita akan melihat lebih jauh maksud dari teks ini. Agar lebih memahami lebih dalam, kita akan membagi menjadi dua pokok pemikiran Lukas dalam pemberitaanya.

  1. Ayat 1-6 “Berita baptisan tobat demi pengampunan dosa dan mencari arah hidup yang segar

Pada bagian ini penulis Lukas menjelaskan bagaimana Yohanes memberikan sebuah pengajaran kepada orang banyak di dekat kawasan Yordan bahwa babtisan adalah sebagai tanda pertobatan. Orang-orang yang menerima baptisan akan mendapat pengampunan dosa (ayat 3). Baptisan ini disebut sebagai babtisan tobat (band. Mat 3:2-11 dan Mark 1:4-6). Artinya bahwa babtisan yang menandai tekad untuk membuka lembaran baru di dalam menjalani kehidupan. Di dalam pembacaan pertama (ogen) Yeremia 18:1-11, juga dengan jelas Allah memberikan pesan kepada Yeremia, supaya bangsa Allah harus mengalami pertobatan dari tingkah laku yang jahat dan memperbaiki tingkah laku serta perbuatan. Bangsa Allah harus dibentuk kembali sesuai dengan fungsinya sebagai bangsa pilihan. 

Di balik pemahaman yang disampaikan oleh Yohanes juga ingin menegaskan bahwa, bertobat juga merupakan upaya untuk menanggalkan pikiran-pikiran yang mengekang batin, dan membiarkan diri untuk dipimpin dan diteguhkan oleh kuasa Allah dalam pertolongan Roh Kudus. Perkataan Yohanes dikuatkan juga ketika dia mengutip perkataan Yesaya 40:3-5 yang menyuarakan penghiburan kepada umat Israel pada saat itu. Umat Allah diajak untuk membuka jalan bagi Tuhan yang akan menyelamatkan mereka dari ketertindasan fisik dan batin.

Dengan mensejajarkan konteks kitab Yesaya dan konteks Injil Lukas dapat dipastikan bahwa pertobatan yang dimaksudkan bukan hanya mengubah perbuatan kita, tetapi mengubah cara kita menyikapi setiap persoalan kehidupan, membuka jalan pikiran kita untuk dimasuki oleh kuasa Tuhan dan membiarkan diri dihibur oleh pertolongan Roh Kudus. Hal ini juga berkenaan dengan masa minggu adven yang merupakan minggu berita yang membawa penghiburan.

  1. Ayat 7-14 “Dampak pertobatan dalam kehidupan sehari-hari

Perjumaan dengan Allah di dalam pertobatan adalah untuk mengikat kembali hubungan yang sebelumnya mengalami keterpisahan antara manusia dan Allah. Keberdosaan kita manusia sangat menyakitkan dan mencemaskan kita. Sehingga dengan tegas Yohanes dalam berita Injil Lukas mengecam keras untuk menyadarkan kita akan pentingnya pertobatan. Invocation kita Imamat 16:30 menegaskan bahwa pentingnya diadakan pendamian dan pentahiran dari segala dosa manusia terhadap Allah. Namun, kata-kata tajam Yohanes sebenarnya untuk menguatkan kembali niat pertobatan bagi yang sudah mulai melangkah untuk mengubah hidupnya. Agar pertobatan lebih nyata dan realistis bagi kehidupan manusia, maka di dalam diskusi tanya jawab antara orang banyak dengan Yohanes. Yohanes berusaha untuk menjelaskan lebih realistis apa yang harus dilakukan ketika seseorang sudah menerima pertobatan.

Menurut Yohanes bahwa ciri-ciri orang yang bertobat adalah mau belajar mengubah diri, belajar memperhatikan sesama, belajar berlaku adil dan lurus. Dan keinginan untuk belajar ini jugalah yang menyatakan hadirnya Allah bagi dunia. Kemauan untuk belajar mengubah diri juga menghadirkan sikap-sikap moral yang menjinakkan kecenderungan serakah, main kuasa, curang, dan berbagai kenyataan buruk di dunia.  

Aplikasi

Memahami makna pertobatan, kita juga dapat belajar dari pertobatan Paulus. Salah satu contoh di dalam suratnya Gal 2:19, Paulus mengaku bahwa dirinya telah disalibkan dengan Kristus. Arti dari pengakuan ini merupakan titik-balik bahwa semua yang lampau telah berakhir, dan kini mulai dengan hal yang baru serta menyerahkan diri kepada tuan yang baru yaitu Yesus Kristus. Dengan memahami makna dari pertobatan yang disampaikan oleh Yohanes, juga melalui contoh pertobatan Paulus. Kita diajak untuk menyikapi hidup dengan pembongkaran dan Pembangunan moral-moral kehidupan kita. Pertobatan bukan hanya menyesali dan menolak kejahatan, tetapi juga tindakan mengasihi dan menerima Allah. Bertobat juga berarti menolak kebohongan-kebohongan serta kepalsuan. Pertobatan bukan hanya ketika kita mengaku di saat menerima pembabtisan. Tetapi pertobatan adalah keseharian kita yang selalu menghadirkan otoritas Allah.

Di sisi yang lain, pertobatan kita juga mengarahkan kita untuk tidak mengalah kepada ketidaksempurnaan kita dalam kehidupan ini. Sikap takut, diam, dan tak berbuat apapun adalah sikap yang harus dilawan dengan pengharapan. Pertumbuhan keadaan baru kita membangkitkan semangat berjuang, membuka dan menerangi pengharapan kita, serta mengarahkan hati kepada Allah yang berkuasa. Amin.

Pdt. Irwanta Tarigan, S.Th-GBKP Rg. Banjarmasin

MINGGU 03 DESEMBER 2023, YESAYA 9:1-6

Invocatio         :

“Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan kekuasaan dan kemuliaanNya.” (Lukas 21: 27)

Bacaan :

2 Petrus 3: 8-15 (R)

Tema  :

“Tuhan Memberikan Sukacita yang Besar”

 

Pengantar

Banyak cara orang di dunia menghitung waktu setahun. Orang Cina punya penghitungan waktu sendiri, karena itu mereka punya Tahun Baru Cina. Umat Islam juga punya Tahun Baru Hijriah. Ada juga Tahun Baru Jawa 1 Suro. Tentu ada yang lebih universal yaitu Tahun Baru Masehi yaitu pada 1 Januari. Tahun Gerejawi dimulai di Minggu Advent. Minggu ini kita memasuki Minggu Advent I. Minggu Advent terhitung empat hari Minggu sebelum Natal. Inilah awal tahun bagi kalender gerejawi. Advent berasal dari kata adventus (Latin) yang artinya kedatangan. Kita memasuki persiapan menyambut peringatan kelahiran Yesus Kristus, dan mengingatkan kembali bahwa kita ada dalam penantian akan kedatanganNya kembali. Karena itu kita harus terus bersiap.

Penjelasan Teks

Yesaya 9: 1-7

Yesaya pasal 7-12 dilatarbelakangi kondisi bangsa Yehuda yang dalam kesulitan karena Raja Asyur (Tilgat-Pilneser) berusaha menguasai kerajaan di daerah Palestina. Raja Aram dan Raja Israel Utara hendak bersatu melawan Raja Asyur dan mengajak Raja Ahas yang saat itu memerintah Yehuda untuk bergabung, namun raja Ahas menolak. Karena itu Raja Aram dan Raja Israel Utara berbalik mengancam Yehuda. Pada kondisi itu, Raja Ahas justru meminta pertolongan pada Raja Asyur (2 Taw 28: 16) dengan berbagai, bukan memohon pertolongan Tuhan. Dalam situasi inilah Yesaya disuruh Tuhan mengajak Raja Ahas untuk berbalik memohon kepada Tuhan (Yes 7: 3).

Ayat 1: Pada masa Proto-Yesaya ini, bangsa Israel hidup dalam kegelapan, yakni dosa dan kesengsaraan. Pemimpin bangsa adalah penindas, bangsa-bangsa lain hendak menyerang mereka, juga kehidupan umat yang menjauh dari Allah. Inilah kondisi kegelapan. Yesaya tampil menyampaikan firman Tuhan bahwa situasi itu akan berlalu. Karena terang akan menerangi kehidupan mereka. Mesias yang datang itu memancarkan terang. Yesaya bicara tentang Mesias yang akan datang, kedatanganNya membebaskan, bukan tindakan politis tetapi tindakan Mesianik.

Ayat 2: Sukacita besar yang diberikan oleh Tuhan. Setara dengan sukacita pada waktu panen dan membagi-bagi jarahan. Gambaran dari orang yang mendapatkan yang mereka harapkan setelah menunggu untuk waktu yang lama. Panen dapat kita mengerti, bagaimana dengan membagi jarahan? Konteks pada waktu itu masa-masa perang antar bangsa, jadi bangsa yang menang memiliki hak atas bangsa yang dikalahkannya termasuk harta bendanya. Itulah yang disebut barang jarahan, yang diperoleh setelah berjuang habis-habisan dalam perang sehingga dianggap sebagai semacam reward. Namun diingatkan jangan sampai sukacita yang besar itu membuat mereka jatuh dalam kesombongan. Bersukacitalah di hadapan Tuhan dan di dalam Tuhan.

Ayat 3-4: Kuk yang menekan, gandar yang diatas bahu, dan tongkat si penindas, sudah dipatahkan. Midian dipilih Yesaya sebagai contoh (cerita penaklukkan Midian dalam kepemimpinan hakim Gideon ada dalam Hakim-hakim 8). Tidak ada lagi penguasa di bumi yang akan menindas mereka. Segala seuatu yang menjadi simbol kekerasan dan kematian akan dimusnahkan. Situasi kehidupan yang tidak menyenangkan dan tanpa sukacita itu, akan berakhir. Semua ini dilakukan oleh Allah melalui kehadiran seorang Anak.

Ayat 5: Seorang Anak, putera yang lahir sebagaimana manusia, melalui proses persalinan. Anak yang diberi kekuasaan oleh Allah di atas bahunya. Penguasa yang akan menggantikan para penguasa yang menindas sesamanya manusia. Namanya: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Reputasi yang baik dan positif. Penasihat Ajaib adalah penuntun dan membimbing yang sesuai dengan kehendak Allah. Ia menjadi penasihat karena hikmatNya melebihi hikmat dunia. Dia sendiri juga adalah Allah yang Perkasa, yang adalah pejuang yang melindungi kita dari kuasa-kuasa penindas yang membawa kematian. Dia Bapa yang Kekal, tradisi Israel, bapa adalah pemilik segala sesuatu, dan berperan sebagai provider (penyedia keperluan) karena itu Bapa yang Kekal akan menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Ia juga disebut Raja Damai, karena Dia akan menjadi pemimpin yang mendatangkan damai, kesejahteraan. Penasihat Ajaib berperan membimbing, Allah yang perkasa sebagai pelindung, Bapa yang Kekal sebagai penyedia kebutuhan, Raja Damai sebagai yang membawa kedamaian dalam kepemimpinanNya.

Ayat 6: Nubuat akan kedatangan Mesias ditegaskan asal usulnya yakni dari keturunan Daud. Sang Anak akan dikenal karena Ia akan menjadi pemimpin yang menghadirkan damai, keutuhan, kesejahteraan yang tidak berkesudahan. Keadilan dan kebenaran adalah bukti pemimpin yang berdaulat. Dan ini terwujud saat kelahiran Yesus di Bethlehem.

Bacaan: 2 Petrus 3: 8-15

Tuhan tidak pernah menghendaki kebinasaan orang berdosa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Karena itu penulis Surat Petrus mengatakan anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat. Kita semua harus berusaha untuk hidup benar di hadapan Tuhan, supaya kelak saat kedatanganNya kembali, kita kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya.

Refleksi dan Pointer Aplikasi

  1. Allah tahu bahwa dalam situasi yang tidak kondusif, situasi genting, penuh ancaman dan ketidakpastian, umatNya membutuhkan penguatan dan pengharapan yang baru. Dalam dunia yang dipenuhi kegelapan yakni dosa dan sengsara, Allah sendiri yang menunjukkan kepedulian dan kasihNya. Apa bentuk kegelapan yang ada dalam hidup kita saat ini? Apakah itu karena dosa yang kita lakukan, atau sengsara karena perbuatan orang lain, Allah tidak menutup mata atas sengsara kita. Ia menghadirkan pertolonganNya, Ia patahkan kuk yang memberatkan kehidupan kita. Kita ditolongNya keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam terang. Penderitaan bukan untuk diratapi, melainkan dihadapi. Ini berita baik dalam masa penantian, masa persiapan, karena kita tidak takut. Allah beserta kita.
  2. Sukacita besar itu ada karena Tuhan hadir. Tuhan yang menolong bangsa Israel adalah Tuhan yang sama yang telah dan akan selalu menolong kita. Kita mempersiapkan diri memperingati lahirnya Sang Raja Damai, Yesus Kristus. Yang sejak kehadiran-Nya, terjadi pemulihan hubungan Allah dengan manusia. Adanya damai antara Allah dan manusia menghadirkan juga damai di antara manusia. Saat kita hidup berdampingan dalam damai, sukacita kita menjadi penuh. Inilah momen yang tepat bagi kita untuk berdamai satu dengan yang lainnya.
  3. Dalam masa penantian akan kedatangan Kristus kembali, kita bisa menentukan sikap. Sekelompok orang gemar menerka-nerka waktu kedatanganNya, sehingga menimbulkan kepanikan. Kelompok lainnya terlena dan terbuai seolah-olah waktu masih banyak. Mari kita tentukan sikap kita, tanpa kepanikan tapi juga tidak terlena. Kita diajak untuk hidup benar juga hidup menjadi berkat.
  4. Sukacita besar yang kita terima dari Tuhan, membawa kita untuk menghadirkan sukacita bagi orang lain juga. Dalam masa Advent ini mari kita juga mempersiapkan berbagai aksi natal secara pribadi, keluarga, sektor, dan runggun, untuk membawa sukacita itu untuk dirasakan oleh saudara-saudara kita yang sering terlupakan.

Pdt Yohana br Ginting-GBKP Rg Cibubur

MINGGU 26 NOVEMBER 2023, KHOTBAH 2 TIMOTIUS 4:6-8

Tema   :

“Lit Paksana Nadingken Kegeluhen” (Ada Waktunya Meninggalkan Kehidupan)

Invocatio   :

“Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (Kel 3:14)

Tema :

“Lit Paksana Nadingken Kegeluhen” (Ada Waktunya Meninggalkan Kehidupan)

 

Pengantar :

Dalam hidup ini ada begitu banyak hal yang tak pasti, tapi ada satu hal yang pasti, bahwa kita semua akan mati. Berpikir tentang hari kematian bisa membantu mendorong kita memakai waktu yang kita punya sekarang sebaik mungkin sehingga hidup kita menjadi lebih berkesan dan berarti. Coba bayangkan, jika minggu ini adalah minggu terakhir kita hidup, apa yang akan kita lakukan? Kita pasti tidak akan menyia-nyiakan waktu. Kita tidak akan lagi mempermasalahkan hal-hal remeh yang sebetulnya tidak perlu dipermasalahkan.

 Memento mori ! Demikianlah bunyi sebuah peribahasa Latin, yang artinya: Ingatlah, Anda akan mati. Filsuf Seneca dan Marcus Aurelius berkata: “Hiduplah seakan hari ini hari terakhir kita bernafas,” dan “Jadikanlah ini penentu apa yang kita lakukan, utarakan dan pikirkan.”

Kesadaran akan kematian dan bahwa hidup kita terbatas, dapat menuntun kita untuk menjalani hidup lebih mendalam.

Minggu ini adalah Minggu Akhir Tahun Gerejawi. Inilah Minggu terakhir bagi kita berdasarkan perhitungan tahun gerejawi, sekaligus minggu ini kita pakai sebagai moment untuk memperingati saudara-saudara kita yang telah meninggal mendahului kita dari dunia ini. Memasuki minggu seperti ini terbersit dalam benak kita bahwa segalanya akan berakhir. Dunia akan berakhir, dan dengan sendirinya aktifitasnya akan berhenti. Manusia tidak ada yang abadi, tidak ada yang kebal menghadapi masa akhir itu. Kehidupannya akan terhenti, perbuatan dan ucapannya akan berakhir. Di saat kita memperingati saudara-saudara kita yang telah meninggal, yang sudah lebih dulu mengalami masa perhentian dari dunia ini, kita disadarkan bahwa kita pun akan berhenti dari kehidupan dunia ini. Untuk itu Tema Firman Tuhan di Minggu ini mengajak kita untuk mengisi hidup kita sebijaksana mungkin, melakukan yang terbaik selagi kita hidup, melayani Tuhan sang pemberi kehidupan. Minggu khusus ini mengingatkan kita akan beberapa hal, bahwa: Hidup ini sementara dan hanya sekejap, maka kita diajak untuk tidak menyia-nyiakannya, mengisinya dengan berjalan bersama Tuhan. Mengingat masa akhir kita di dunia ini, sekaligus menghantarkan kita mempersiapkan diri kita memasuki awal tahun gerejawi yang baru.

PENJELASAN TEKS

Teks Khotbah 2 Timotius pasal 4 adalah bagian terakhir dari Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius. Paulus menulis suratnya ini kepada Timotius pada saat ia dipenjarakan untuk kedua kalinya di Roma, tidak lama sebelum kematiannya. Pemenjaraan ini dicatat dalam Kisah Para Rasul 28. Pada saat menulis surat ini, Kaisar Nero sedang berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya. Paulus sekali lagi menjadi tahanan di Roma (1:16), dia menderita sebagai seorang penjahat biasa (2:9, ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (1:15), dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat (lihat: Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas, 2003, hlm. 2031).

Paulus menulis pesan terakhir ini kepada Timotius sebelum pelaksanaan eksekusi hukuman mati atasnya oleh kaisar Nero. Melalui suratnya ini Paulus menasehati Timotius untuk berpegang teguh pada iman, memenuhi panggilan pelayanan, melakukan tugas pemberitaan Injil yang benar serta menentang pengajar-pengajar palsu yang menyesatkan (4:2-5). Kesaksian terakhir Paulus adalah sebuah contoh mengharukan dari keberanian dan harapan ketika menghadapi mati syahid yang sudah menantinya di depan mata (4:6-8)

Ayat 6-7 : Bagian teks ini berbicara tentang akhir hidup Paulus, ia sungguh menyadari kematiannya sudah dekat. Paulus sedang diadili di Roma dan sudah menjalani pemeriksaan pertama (2 Tim. 4:16-17). Ia diadili karena pemberitaan Injil dan tahu bahwa ia akan dihukum mati. Tapi Paulus menghadapi kematiannya dengan cara yang luar biasa, dan dengan kalimat yang penuh kesiapan mengahadapi kematiannya ia mengungkapkan: ”.... darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.”

Sejak diselamatkan & ditangkap oleh Kristus, ia sudah mempersembahkan dirinya sebagai persembahan yang hidup untuk melayani Tuhan & memberitakan Injil bagi banyak orang. Sekarang ia akan menyempurnakan persembahan itu dengan mengorbankan hidupnya bagi Tuhan. Paulus melihat realita dan menghadapi kematiannya dengan hati yang lapang, dia tidak takut menghadapi kematian karena baginya “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Paulus menggambarkan hidup ini ibarat sebuah pertandingan, dan meyakini bahwa ia telah menyelesaikan pertandingannya dengan baik, karena di tengah pencobaan dan pergumulan, ia telah berjuang tetap setia kepada Tuhan dan Juruselamatnya selama hidup (bdk. 2 Tim 2: 11-12). Sungguh membuat kita kagum, betapa Paulus menghadapi kematiannya dengan berani dan tulus ikhlas, sebab ia sungguh yakin bahwa ia sudah mengakhiri pertandingannya dengan baik. Bisa dibayangkan bagaimana Paulus berada dalam penjara yang gelap, lembab, pengap dan dingin sedang menghadapi saat-saat terakhirnya, dia menulis dengan ketenangan yang sempurna. Tidak dipenuhi ketakutan, sebaliknya justru memandang ke belakang dengan hati yang bersyukur karena telah menjalani kehidupannya dengan baik dan akan mengakhirinya juga dengan baik. Ada tiga hal yang diungkapkan Paulus yang membuatnya menghadapi kematiaannya dengan rasa syukur dan optimis : “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, aku telah memelihara iman”.

Ay. 8 : Paulus tetap setia kepada Tuhan dan Injil yang dipercayakan kepadanya, inilah yang membuatnya sanggup memandang ke depan & menjelang kematiannya dengan penuh sukacita sambil dengan penuh keyakinan ia berkata: “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, hakim yang adil,...bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Tim 4:8).

Mahkota kebenaran adalah upah kekal yang disediakan bagi umat Tuhan yang tetap hidup di dalam jalan kebenaran. Ada banyak jalan yang dapat kita pilih di sepanjang kehidupan kita di dunia ini. Akan tetapi, memilih jalan kebenaran, taat dan setia kepadaNya, adalah komitmen yang harus kita buat hari demi hari bahkan langkah demi langkah. Memang tidak selalu mudah namun Tuhan berjanji akan selalu menyertai kita!

Ogen : Kejadian 5:1-32 menjelaskan silsilah Adam, termasuk nama sepuluh orang, dari Adam sampai Nuh; Silsilah keluarga ini juga tercatat dalam silsilah keluarga orang Israel dalam 1 Taw. pasal 1-4. Di dalam silsilah ini juga tercatat dua orang dalam daftar orang beriman di Surat Ibrani 11 dalam Perjanjian Baru, yaitu Henokh (5:21-24) dan Nuh (5:32). Henokh, dicatat sebagai keturunan dari Set, yang mempunyai kualitas hidup yang sangat istimewa. Bukan hanya tentang nama, lamanya dia hidup, generasi yang diturunkan, tetapi juga mengenai cara dia mengisi hidupnya. Henokh hidup bersama Allah. Alkitab terjemahan baru menyebut “bergaul dengan Allah”. Henokh mengisi umur panjangnya dengan mentaati sedemikian rupa, apa yang Allah kehendaki. Dia terus mencari suara Allah untuk menuntunnya dan menjadi peka. Di kitab Kejadian pasal 4 dan 6 dicatat, bagaimana manusia di zaman Henokh, semakin melakukan apa yang jahat dimata Tuhan, tetapi Henokh didapati setia karena ia bergaul dengan Allah. Henokh hidup bersama Allah, dalam iman,kesetiaan, dan ketaatan. Dan Alkitab mencatat, Henokh menerima upah yang mulia. Dia tidak mengalami kematian, karena Allah mengangkatnya.

Invocatio: Bagian teks ini menceritakan kisah pemanggilan Allah atas Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir (Kel. 3:1-10), Musa awalnya menolak dengan alasan ia tidak cukup baik untuk melakukan tugas itu. Ia bahkan berdebat panjang dengan Allah dan bertanya kepada-Nya: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun?“ (Kel. 3:11), Allah meyakinkannya akan hadirat-Nya. “Aku akan menyertai engkau” (ay.12) sesuai dengan pernyataan “AKU ADALAH AKU” (ay.14), dalam bahasa Ibrani: ehyeh-ahsher-ehyeh (yhwh). Nama ini menunjukkan identitas diri Allah dan otoritas yang Allah kerjakan: bahwa: Allah adalah satu- satunya Allah, tidak ada allah lain; Allah ada dari diri-Nya sendiri, tidak bergantung pada hal lain apapun; Allah adalah kekal dan tidak dapat berubah, baik dulu, sekarang maupun yang akan datang. Allah satu-satunya yang memegang otoritas atas seluruh alam semesta.

Dari jawaban Allah ini seharusnya membuat Musa memahami perbedaan antara Allah dengan dewa-dewi lainnya dan membuatnya semakin mengenal Allah & yakin untuk menerima panggilan Allah tersebut.

Jika kita mengenal Allah sebagai satu-satunya pemegang otoritas atas kehidupan di alam semesta ini maka kita tidak akan pernah ragu lagi untuk menerima panggilanNya dan mengandalkanNya di sepanjang hidup kita.

Aplikasi/Kesimpulan

Melalui ketiga bagian Firman Tuhan di Minggu Akhir Tahun Gereja ini kita menemukan beberapa point penting yang menjadi perenungan kita bersama, yaitu :

  1. Hidup Kita Ada Batasnya, Pakai Kesempatan Yang Terbatas Itu Untuk Melakukan Yang Terbaik !

Bagaimana kita diingatkan bahwa hidup kita terbatas & begitu singkat. Namun, dalam waktu yang singkat tersebut, Tuhan memberikan kesempatan kepada kita menjalaninya sesuai dengan kehendak kita atau kehendakNya. Jika Hidup ini hanya sekejap, maka kita diajak mengisi setiap detik kehidupan ini dengan melakukan yang terbaik & menjalaninya dengan baik, sehingga kita tidak “asal hidup” atau “sekedar hidup”, tapi menjadikan hidup kita berarti & bermakna bagi orang lain, terlebih bagi Tuhan, sang pemberi kehidupan. Marilah kita mengevaluasi diri, seberapa sungguh kita sudah memakai kehidupan & kesempatan yang Tuhan beri, mengabdi & melayani Tuhan melalui gerejaNya. Sebagaimana kata Pemazmur : “ajarlah kami menghitung hari-hari kami..., hingga kami beroleh hati yang bijaksana”(Mzm. 90:12) . Kita perlu memiliki kewaspadaan untuk memahami bahwa waktu hidup kita sangat terbatas dan ada saatnya akan hilang. Mari renungkan "sejauh mana hidup yang kita miliki sudah sesuai dengan tujuan Tuhan, sang pemilik hidup kita". Perjalanan hidup kita suatu hari akan berakhir, maka mari berjuang menjalaninya dengan baik sampai kelak kita dapat mengakhirinya juga dengan baik, sehingga kita dapat berkata seperti Paulus: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah melihara iman.”

  1. Setia Berjuang Sampai Garis Akhir, Dengan Tetap Memelihara & Memegang Teguh Iman

Paulus menggambarkan kehidupan sebagai suatu pertandingan iman, dimulai dari titik awal yaitu garis START dan berakhir pada titik akhir yaitu garis FINISH.

Menarik untuk melihat kisah hidup Paulus , bagaimana ia menjalani sisa hidup sebagai kesempatan untuk melayani. Paulus berkata "aku telah mencapai garis akhir", artinya ia telah bertekun menjalani hidup, dan mengabdikan diri kepada Tuhan sampai akhir hayatnya, sekalipun untuk itu dia harus menjadi martyr. Perlombaannya sudah berakhir dan ia menjadi pemenang. Masing-masing kita saat ini, sedang menuju garis akhir kehidupan kita. Bagaimana kita menjalaninya saat ini merupakan persiapan menuju garis akhir dalam hidup kita. Maka marilah berjuang dan mengupayakan agar kita dapat juga seperti Paulus meng-akhiri pertandingan kita dengan baik (finishing well). Kunci dari sukses mengakhiri dengan baik adalah menjalani hidup dalam takut akan Tuhan, hidup dalam kebenaran dan kesetiaan (bandingkan Paulus, Henokh dan Nuh ---Ogen)

  1. Siap mengerjakan panggilan Tuhan sebagai satu-satunya pemegang otoritas atas seluruh perjalanan kehidupan kita.

Penting bagi kita untuk peka terhadap panggilanNya & setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk memberitakan kebenaran-Nya. Meskipun dalam keadaan yang tidak baik dan waktu yang tidak tepat, selama Sang pemberi kehidupan masih memberi kesempatan & mempercayakan nafas kehidupan, kita harus menunaikan tugas panggilanNya. Marilah kita meningkatkan kesungguhan hati & pelayanan kita sebagai pengikut Kristus, dengan sukacita melayani dan ambil bagian dalam semua pelayanan di gerejaNya, menjadi pelaku aktif pelayanan (sesuai sasaran GBKP 2023) sekaligus menguji diri dan melakukan apa yang berkenan bagi Tuhan (Ef. 5:10).

  1. Meraih Mahkota Kekal atau Hukuman Kekal ? Pilihannya ada pada kita !

Bagi kita semua yang menyelesaikan pertandingan dengan baik, ada janji mahkota kebenaran sebagai upah kekal yang Tuhan karuniakan pada hari-Nya. Paulus dengan optimis telah melihat dengan mata iman bahwa ia akan meraih hadiah kemenangannya yang telah tersedia baginya, sekalipun dia belum mati. Sebaliknya yang tidak setia dan konsisten hidup dalam ketaatan dan komitmen iman, serta gagal mengakhiri pertandingan iman dengan baik maka jangankan mahkota kemenangan akan diperoleh, sebaliknya hukuman kekal akan menanti.

Masa akhir kita di dunia ini, sekaligus menghantarkan kita memasuki awal yang baru bersama Tuhan. Kita akan mengakhiri tahun gerejawi ini, namun sekaligus juga mempersiapkan diri memasuki awal tahun gerejawi yang baru. Minggu Akhir Tahun Gerejawi hendaknya menjadi sebuah dorongan bagi kita, bahwa kita harus berkarya dan melayani selagi masih ada waktu & kesempatan. Selagi hidup kita belum berakhir, masih ada waktu menjadi pribadi yang berdampak, bermakna & menjadi berkat bagi sesama. Perlakukan waktu yang kita punya sekarang sebagai hadiah. Ingatlah hari kematianmu ! Hadapi kematianmu dengan cara menjalani hidup ini dengan bijak, sehingga kelak kita mengakhirinya juga dengan bijak ! Tuhan memampukan.

Pdt. Jenny Eva Karosekali-GBKP Rg. Harapan Indah

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD