MINGGU 21 APRIL 2024, KHOTBAH MAZMUR 66:1-9

Invocatio

: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (Yak.1.2)

Bacaan :

Efesus 5.14-20 (Tunggal)

Tema :

Ersurak Man Dibata Alu Meriah/Bersorak-sorailah Bagi Allah

 

A. PENDAHULUAN

Minggu ini ialah Minggu Jubilate, Minggu dimana kita memperingati 134 tahun Injil telah sampai kepada orang Karo yang menjadi cikal bakal berdirinya gereja kita GBKP. Dalam 134 tahun sejarah perjalanan Injil di tengah-tengah gereja kita hari ini warga jemaat GBKP lebih kurang 300 ribu jiwa. Tentu kita pantas bersyukur dan bersukacita memperingati bahwa telah 134 tahun kita telah menerima kabar baik, kabar keselamatan itu.

Namun perlu juga kita merenung apakah semangat mengabarkan Injil itu kepada orang lain masih membara di dalam hati kita, semangat menyaksikan perbuatan-perbuatan Tuhan itu yang telah menyelamatkan kita, apakah membara untuk kita saksikan kepada orang lain.

Melalui teks khotbah kita Minggu ini kita akan melihat bagaimana semangat Pemazmur menyaksikan perbuatan Tuhan itu sehingga pemazmur berseru dan mengajak seluruh bumi untuk memuji-muji Tuhan.

B. PENDALAMAN TEKS DAN POKOK-POKOK RENUNGAN

1. SERUAN ATAU AJAKAN PEMAZMUR KEPADA SELURUH BUMI UNTUK MEMUJI ALLAH

Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Dari seruan atau ajakan Pemazmur kepada seluruh bumi yaitu semua orang, bukan hanya dia dan umat Israel melainkan seluruh umat manusia untuk memazmurkan kemuliaan namaNya, untuk memuji-muji Tuhan, jelas bahwa pemazmur sungguh-sungguh mau menyaksikan Tuhan itu kepada semua orang. Semua orang harus tahu apa yang dikerjakan Tuhan atas hidupnya dan juga umatNya. Dari seruan pemazmur nyata bahwa apa yang mau dia saksikan tentang perbuatan Tuhan bukanlah perbuatan biasa melainkan sesuatu yang luar biasa.

Seperti diungkapkannya dalam ayat selanjutnya, alasan atau mengapa dia menyerukan supaya semua umat manusia memazmurkan kemuliaan nama Tuhan dan memuji-muji Tuhan.

2. ALASAN SETIAP UMAT MANUSIA LAYAK UNTUK MEMAZMURKAN DAN MEMUJI-MUJI TUHAN.

Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu. Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia: Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang-orang itu berjalan kaki menyeberangi sungai.

Inilah sebabnya, alasannya Pemazmur mengajak seluruh bumi untuk memazmurkan dan memuji-muji nama Tuhan: Betapa dahsyatnya segala perbuatanMu. Kata segala disini jelas bukan hanya atau dua pekerjaan dahsyat yang dikerjakan oleh Tuhan melainkan banyak dan salah satu yang dia ungkapkan disini ialah peristiwa keluaran umat Israel dari perbudakan Mesir. Tuhan mengubah laut menjadi tanah kering, sehingga umat Israel dapat berjalan disana seperti di tanah kering. Dan ketika bangsa Mesir terus mengejar mereka maka Tuhan mengembalikan air laut itu dan membinasakan semua bangsa Mesir yang mengejar umatNya. Tentu peristiwa itu jelas bukan hal biasa melainkan dahsyat dan disana nyata sekali bahwa Allah itu luar biasa dalam kekuatanNya.

Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia, yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya, yang mata-Nya mengawasi bangsa-bangsa. Pemberontak-pemberontak tidak dapat meninggikan diri. Pemazmur yakin Tuhan tidak akan berhenti untuk memelihara kehidupan umatNya dan Tuhan juga akan terus mengawasi bangsa-bangsa atau pemberontak-pemberontak sehingga mereka tidak akan dibiarkan dikalahkan oleh musuh-musuh mereka.

3. SEKALI LAGI PEMAZMUR MENGAJAK SEMUA BANGSA UNTUK MEMUJI ALLAH

Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.

Kalau kita teruskan membaca Mazmur ini sampai ayat 12, 66:9 Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah. 66:10 Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak. 66:11 Engkau telah membawa kami ke dalam jaring, mengenakan beban pada pinggang kami;

Dari ayat ini Pemazmur menegaskan alasannya mengajak semua bangsa memuji Tuhan ialah ketika Tuhan telah melepaskan umatNya dari pembuangan Babel.  

C. APLIKASI

1. Bersorak-sorailah bagi Tuhan

Seperti kesaksian Pemazmur, dia bersorak-sora memuji Tuhan, memazmurkan kemuliaan nama Tuhan karena perbuatanNya yang dahsyat yang telah menyelamatkan umat Israel baik dari Mesir maupun dari pembuangan Babel. Dan hal itu semua karena kasih dan kebaikan Tuhan atas umatNya. Warga GBKP juga dipanggil untuk bersorak-sorai karena perbuatan Tuhan yang ajaib telah menyertai, memelihara dan memberkati GBKP dan jemaatNya dan tahun ini dapat memperingati 134 tahun Kabar baik, berita keselamatan telah diterima warga GBKP.

Seperti yang dikatakan juga dalam nats bacaan kita, khususnya Efesus 5:19-20, “dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.

Mengucap syukur atas segala sesuatu bukan saja hal-hal baik yang kita alami karena dalam hal-hal yang kesulitan dan kesusahan pun kita layak mengucap syukur karena dalam hal itu pun Tuhan menyatakan kuasa pertolongannya atas kita, seperti diungkapkan dalam nats invocatio: Anggaplah suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan.

Pencobaan itu sendiri bukan suatu kebahagiaan melain suatu penderitaan atau pergumulan namun kita dipanggil untuk melihatnya, menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan karena melalui pencobaan itu kita akan mengalami proses pendewasaan iman dan lewat berbagai-bagai pencobaan itu akan semakin nyata kuasa Allah yang mengasihi dan menyelamatkan kita.

2. Bersaksilah bagi orang lain.

Hal inilah yang perlu menjadi perenungan bagi kita dalam memperingati 134 tahun Injil telah kita terima. Supaya Injil, kabar baik, kabar keselamatan yang telah kita terima sekiranya mendorong kita juga untuk menyaksikannya kepada orang lain terutama saudara-saudara kita yang belum mendengar, mengenal dan menerima Injil itu. seperti Pemazmur mengajak seluruh bumi untuk bermazmur dan memuji nama Tuhan.

D. PENUTUP

Sekali lagi setiap kita layak untuk bersorak sorai bagi Tuhan karena Tuhan itu baik, bahwa kasih setiaNya tetap untuk selamanya. Biarlah ucapan syukur kita kepada Tuhan dirasakan oleh orang lain melalui kehidupan kita, perkataan, perbuatan dan seluruh tindakan kita. Amin.

MINGGU 14 APRIL 2024, KHOTBAH ROMA 5:6-11 (MINGGU MISERI CORDIAS DOMINI)

Invocatio :

Mazmur 51:18

Ogen :

Esra 7:27-28 (Tunggal)

Tema :

Jesus Mperiahken Kita ras Dibata/Yesus memperdamaikan kita dengan Allah

 

1. Kata Perlebe

Minggu ini adalah Minggu Miseri Cordias Domini yang artinya kita dibawa untuk mengalami dan merasakan Kasih Allah dalam kehidupan kita. Setelah kematian dan kebangkitan Kristus hubungan kita semakin dekat dengan Allah. Kita sudah beroleh pendamaian. Sehingga dalam Minggu ini kita semakin mampu untuk hidup sebagai orang-orang yang sudah didamaikan bersama Allah.

2. Invocatio Mamur 51:20

Mazmur ini merupakan sebuah doa permohonan pengampunan dosa kepada Allah oleh Daud setelah dia melakukan dosa di hadapan Tuhan yaitu setelah Nabi Natan datang menjumpai Daud karena hubungannya dengan Batseba telah dianggap melanggar hukum dan sebuah kesalahan. Doa yang dilayangkan dalam Mazmur ini memberi sebuah pemahaman bahwa bagi Daud secara pribadi Allah sendiri yang telah mendamaikan diriNya dengan Allah. Allah yang penuh Kasih yang berinisiatif dan yang mampu membangun kembali segala kerusakan yang terjadi pada masa itu, tembok-tembok yang dianggap dulunya mampu menjadi benteng pertahanan juga mengalami kehancuran. Artinya kehebatan seorang Daud yang dianggap sebagai Raja yang baik juga mengalami kehancuran, kejatuhan. Bagi Daud dengan belas kasihan Allah dia percaya maka hanya Allah yang sanggup memulihkan. Daud merasakan dan mengakui kuasa Kasih Allah dalam hidupnya.

3. Ogen Esra 7 :27-28

Esra adalah lanjutan dari kitab 2 Tawarih. Esra adalah kitab sejarah dimana disana tampak bagaimana Tuhan menggenapi janjiNya. Meskipun pada masa itu umat Tuhan seringkali mengalami penghakiman tetapi juga mereka mengalami pemulihan berulang kali. Dalam kitab ini juga mengisahkan bagaimana sejarah perjalanan Israel yang dipulihkan oleh Allah. Di ayat 27-28 Esra memberi pujianNya kepada Allah yang telah memulihkan hati Raja untuk memuliakan Rumah Tuhan di Yerusalem. Ada kebahagiaan dan sukacita Ezra akan Kasih Allah yang telah memulihkan seluruh keadaan umat Tuhan. Ezra juga merasakan kebaikan Tuhan yang membawanya kembali dan memulihkannya. Ezra juga diberi kepercayaan untuk mengangkat pemimpin, hakim untuk memerintah bangsa sesuai aturan undang-undang Tuhan.

4. Bahan Khotbah Roma 5:6-11

Kota Roma merupakan suatu kota terkenal saat itu ketika Paulus menuliskan surat Roma ini, sudah banyak orang-orang Kristen yang merantau di Kota Roma. Jemaat ini sangat hidup dalam kesusahan, hidup dalam kesulitan besar karena iman mereka kepada Kristus. Ketika itu hanya seorang Kaisar yakni Kaisar Imperium Rumanumlah yang boleh dipuji sebagai Tuhan. Ketika ada sesesorang yang berani menyebut Tuhan kepada pribadi yang lain termasuk kepada Tuhan Yesus Kristus maka akan dihukum mati. Oleh Karena itu, semua orang Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dikejar kejar dan ditindas oleh penguasa Romawi. Orang-orang Kristen harus melarikan diri dan bersembunyi di ruangan yang gelap ratusan meter dibawah permukaan tanah. Dan mereka yang tertangkap menjadi korban penganiayaan dipenggal lehernya, sebagian lagi diperhadapkan dengan binatang buas di suatu kolosium yakni arena olahraga yang sekaligus ruangan untuk binatang buas, sehingga banyak mati diterkam binatang buas ini.

Satu hal yang dipahami oleh Paulus tentang Jemaat ini bahwa mereka kurang memahami tentang keselamatan yang sebenarnya. Mereka tidak begitu tahu akibat dosa yang sudah dilakukan oleh manusia pertama yakni Adam, dan mereka juga tidak tahu tentang peranan Hukum Taurat dalam kehidupan mereka sekarang. Jemaat ini juga tidak memahami bagaimana peranan Yesus yang menjadi Juruselamat dunia yang datang menyelamatkan manusia dari dosa, dan kematian kekal. Mereka juga tidak memahami hubungan ketiganya antara Adam, Hukum Taurat, Yesus Kristus dalam keselamatan mereka.

Dalam Roma 5 inilah dibuka dengan kata “ erkiteken” yang artinya ada hubungan dengan ayat sebelumnya pasal 24 dan ayat 25. Artinya dalam ayat sebelumnya sebelum masuk di ayat pertama di ayat 25 Roma 4, dikatakan bagaimana Yesus telah diserahkan kepada Kematian karena pelanggaran kita, lalu dibangkitkan kembali. Disini jelas ada hubungan ketiganya, ini mengajarkan kepada kita bahwa kita menerima keselamatan melalui iman di dalam Kristus yang telah mati untuk menebus dan menyelamatkan kita orang-orang yang berdosa ini. Jadi, keselamatan itu kita terima lewat pembenaran Kristus dalam hidup kita. Inilah anugerah Tuhan yang paling mahal yang kita terima dari Yesus Kristus.

Lalu pada nats berikutnya dalam ayat 6-11dinyatakan bahwa :

Paulus menjelaskan bahwa umat beroleh perdamaian dan lepas dari hukuman dan murka Allah. Hal ini bisa kita renungkan (ayat 6-7) Tidak mudah seseorang yang mau berkorban untuk orang yang benar, mungkin ada untuk orang yang baik. Bahwa seandainya kita diminta untuk mengorbankan sesuatu termasuk hidup kita untuk menolong seseorang. Maka, mungkin saja kita akan melakukannya itu setelah kita mengetahui bahwa seseorang tersebut yang butuh pertolongan itu adalah orang baik, orang beriman, taat kepada Tuhan sepanjang yang kita lihat, apalagi orang yang kita cintai orang yang sangat berharga, yang intinya bukan kalangan orang “Jahat”. Bila sebaliknya yang terjadi bahwa orang yang meminta pertolongan tersebut adalah kita tahu seorang pemalas, dan jelas jelas kita tahu dia juga seorang Penjahat. Kita akan berpikir ulang untuk menolongnya atau bahkan dengan otomatis kita tidak mau mengorbankan sesuatu dari diri kita untuk menolong bukan?

Disinilah letak perbedaan dan keluarbiasaan Kasih Kristus kepada umatNya, kepada manusia dan seluruh dunia ini, ketika dalam posisi terhukum, tertekan, berdosa, dan tidak layak diampuni dan dikasihani Tuhan. Hati Tuhan terbuka untuk menolong menebus dan menarik umatNya dari lobang kematian, hukuman yang kekal dan membawanya menjadikannya berharga menjadi anakNya, orang-orang tebusanNya (ayat 8-10).

Paulus mengingatkan disini (ayat 11) bahwa bukan hanya Jemaat harus bermegah di tengah penderitaannya, tetapi Jemaat Roma juga harus bermegah, bersukacita dan merasakan kebanggaan terhadap Kasih Karunia Allah yang sudah mengangkatnya menjadi anak-anak Tuhan. Kita bermegah karena kita sudah diperdamaikan dengan Allah, tidak ada lagi yang membatasi umat dengan Allah, tidak ada selubung yang menutupi hubungan umat dengan Allah. Kita juga sudah berhak memanggil Allah itu Bapa, Abba!

APLIKASI

Mendengar kata “Damai” membuat kita berpikir bahwa disana ada ketenangan, kebaikan, dan suasana yang nyaman. Seorang A.J Muste pernah mengatakan “tidak ada jalan menuju perdamaian, damai itulah jalan”. Lalu pepatah Afrika mengatakan “damai itu mahal, tetapi itu sepadan dengan biayanya”.

Ketiga teks kita hari ini berbicara tentang bagaimana Inisiatif Allah sendiri yang datang untuk memberikan perdamaian bagi umatnya bagi seluruh manusia dan bagi hamba-hambaNya (Daud, Ezra, Paulus). Ketika manusia berada dalam situasi yang penuh dengan dosa, berbagai kejahatan, manusia yang bebal, tidak mengikuti aturan hukum Tuhan, hidup dengan cara hidup yang lama, pertikaian, pertengaran, keinginan daging, bahkan seringkali melupakan Tuhan di saat saat hidup berkecukupan, manusia menjadi keji terhadap sesamanya. Allah selalu hadir menolong dan membebaskan manusia tersebut dengan penuh Kasih Sayang. Allah menyelamatkan dan membawa kembali manusia itu berbalik dan menjadi anak-anak yang dikasihiNya. Tindakan perdamaian dilakukan oleh Allah sendiri bagi manusia untuk menunjukkan kasih setiaNya dengan mengorbankan diriNya. Berharap manusia akan memelihara perdamaian itu untuk dilanjutkan sebagai perdamaian antara manusia dengan sesamanya. Menyebarkan Kasih Perdamaian tersebut untuk orang lain, sehingga hidup manusia dapat berguna untuk orang lain.

Kalau kita bisa pahami, perdamaian yang dilakukan Allah berbeda dengan perdamaian yang dilakukan manusia saat ini. Yesus memperdamaikan kita dengan Allah adalah sebuah kebenaran dan karya penyelamatan terbesar yang tidak mampu dilakukan oleh siapapun di dunia ini. Perdamaian dari Yesus Kristus mengandung pengampunan, rela berkorban, memulihkan, menyembuhkan, menolong, menopang, merangkul kembali, mengasihi sepenuh hati, mencintai tanpa pamrih, mengangkat jadi semakin berharga, melayakkkan, mengikutsertakan, penerimaan seutuhnya, menuntun ke arah yang lebih baik, memenangkan, menenangkan, menjaga, memberi sukacita, kebaikan setiap waktu, rekonsiliasi hubungan.

Manusia boleh berdamai dengan sesamanya dari persoalan dan pertikaian dengan tindakan berjabat tangan seperti yang kita ketahui, namun seringkali ada istilah yang ujung-ujungnya adalah kata “damai-damai saja” (kompromi uang). Ada embel-embel, memiliki rencana-rencana yang kurang baik, bahkan demi sesuatu hal yang tidak menunjukkan ketulusan dalam berdamai.

Setelah mengalami perdamaian dengan Allah, kita beroleh sukacita, maka kita berubah menjadi lebih baik, berbeda dari sebelumnya. Sukacita kita menjadi lebih nyata dalam kehidupan ini. Kita menjadi orang yang penuh dengan kedamaian, damai dengan diri sendiri damai dengan orang lain. Hidup penuh dengan ungkapan syukur. Inilah sebuah hakekat hidup orang-orang percaya. Melakukan segala sesuatu dalam hidup atas dasar ucapan syukur kepada Tuhan setelah merasakan karya penyelamatan yang sungguh luarbiasa. Dengan demikian kita akan naik ke level yang lebih tinggi yakni menjadi pendamai memperdamaikan hubungan yang retak, dll.

Melakukan tugas memperdamaikan ini bukan hanya tugas para hamba-hamba Tuhan, tetapi juga seluruh orang-orang percaya yang sudah diselamatkan. Mereka yang sanggup melakukan tugas ini adalah mereka yang sudah terelebih dahulu mengalami perdamaian dengan Allah dan dirinya sendiri, sehingga hidupnya akan semakin berguna untuk orang lain. Untuk itu mari kita bersihkan diri kita, jangan izinkan kuasa lain menumpang dalam hidup kita, jangan izinkan iblis, setan, roh jahat mengikat dan menguasai hidup kita. Bentengi dengan doa, firman Tuhan setiap saat, dengan ikut tekun dalam Ibadah Minggu di Gereja, PJJ, PA dan persekutuan pelayanan di Gereja untuk mendisiplinkan diri kita secara kerohanian. Sehingga tetap terjalin hubungan baik dengan Tuhan kita.s

Tuhan memberkati.

Pdt. Media Magdalena br Karo Sekali-Runggun Kupang

MINGGU 07 APRIL 2024, KHOTBAH JOHANES 3:1-8 (MINGGU SETELAH PASKAH)

Invoactio  :

Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.1 Samuel 2:26

Baca Pertama :

Pengkhotbah 12:1-8

Tema  :

Tubuh Secara Pertendin / Lahir Dalam Roh.

 

Pendahuluan

Minggu ini tepat 1 minggu setelah perayan Paskah, Kebangkitan dan kemenangan Yesus Kristus dari kematian di kayu salib. Maut telah dikalahkan dengan kebangkitan Yesus Kristus, naik ke Sorga dan duduk disebelah kanan Allah yang Maha Tinggi untuk Memerintah dan Menghakimi umat manusia dan menyediakan tempat di sorga kelak bagi setiap orang percaya dan mengikuti Dia. Yesus Kristus sudah bangkit, kita manusia pun telah dimenangkan-Nya. Kita umatnya dilahirkan menjadi manusia yang baru. Manusia yang baru itu disebut pada minggu ini: QUASIMODOGENITI artinya seperti bayi yang baru lahir. Istilah ini diambil dari I Petrus 2 ayat 2,3 “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, Jika kamu benar- benar telah mengecap kebaikan Tuhan.”

Uraian Teks

  • - Invocatio (1 Samuel 2:26)

Samuel kecil melayani dengan baik. Empat kali, di tempat yang terpisah, dia disebut dalam perikop ini, dan kita diceritakan tentang dua hal:

  1. Pelayanan yang dilakukannya bagi TUHAN. Ia sungguh melayani dengan baik, sebab ia menjadi pelayan di hadapan TUHAN (ay. 11, 18) sesuai dengan kemampuannya pada waktu itu. Ia mempelajari katekisasi dan senantiasa beribadah, segera belajar untuk membaca, dan meluangkan waktu untuk membaca kitab hukum, sehingga dia menjadi pelayan di hadapan TUHAN. Ia melayani di hadapan imam Eli, yaitu di bawah pengawasannya dan sesuai perintahnya, jadi tidak di bawah pengawasan anak-anak Eli. Semua pihak sepakat bahwa anak-anak Eli tidaklah cocok untuk menjadi pembimbingnya. Mungkin dia melayani langsung imam Eli secara pribadi, mengerjakan ini itu sesuai perintah, dan itulah yang disebut melayani di hadapan TUHAN.
  2. Berkat yang diterimanya dari TUHAN: Ia bertumbuh di hadapan TUHAN (KJV), seperti sebuah tunas yang halus (ay. 21), yang terus bertumbuh (ay. 26) dalam kekuatan dan perawakan, dan terutama dalam hikmat dan pengertian serta kelayakan bagi pelayanan. Perhatikanlah, orang-orang muda yang melayani Tuhan semampu mereka, mereka akan memperoleh anugerah untuk berkembang sehingga dapat melayani-Nya dengan lebih baik. Orang-orang yang ditanam di dalam rumah TUHAN akan tumbuh subur (Mzm. 92:13). Ia semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia. Perhatikanlah, merupakan suatu dorongan yang besar bagi anak-anak untuk menjadi penurut dan berbudi luhur serta baik sejak dini, sehingga mereka akan disukai oleh Allah dan manusia. Anak-anak yang demikian adalah yang dikasihi oleh langit dan bumi. Apa yang dikatakan di sini tentang Samuel dikatakan juga tentang Juruselamat kita yang terberkati, Sang Teladan Agung itu (Luk. 2:52).
  • - Bacaan Pertama (Pengkotbah 12:1-8)

Bacaan Pertama menyuguhkan kepada kita untuk memakai usia produktif ini, atau secara gamblang disebut usia muda untuk merenungkan Tuhan dan mengingat tanggung jawab mereka kepada-Nya selagi muda: Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu. Ini adalah,

  1. Penerapan sang pengkhotbah rajawi ini terhadap pengajarannya tentang kesia-siaan dunia dan segala sesuatu di dalamnya. "Engkau yang muda membuai dirimu sendiri dengan harapan-harapan besar yang bisa engkau dapatkan dari dunia ini, tetapi percayalah kepada mereka yang sudah melakukan hal ini sebelumnya, bahwa hal itu tidak membawa kepuasan penuh bagi jiwa. Oleh karena itu, supaya engkau tidak terperdaya oleh kesia-siaan ini, atau terlalu terganggu olehnya, ingatlah akan Penciptamu, dan jagalah dirimu dari kesusahan yang timbul dari kesia-siaan makhluk ciptaan.
  2. Kewajiban agung yang ditekankan kepada kita, untuk mengingat Allah sebagai Pencipta kita. Dan tidak hanya kita harus mengingat Allah sebagai Pencipta kita, bahwa Dialah yang menjadikan kita (KJV: dan bukan kita yang menjadikan diri kita sendiri), sehingga dengan demikian membuat-Nya layak menjadi Tuhan dan yang empunya kita, melainkan juga bahwa kita pun harus menyerahkan diri kita kepada-Nya dengan senantiasa mengingat diri bahwa dengan keberadaan-Nya sebagai Pencipta, maka kita harus tunduk kepada-Nya, dan memberi hormat serta melakukan kewajiban kita kepada-Nya sebagai Pencipta kita.
  • - Bahan Khotbah (Yohanes 3:1-8)

Bahan khotbah ini menceritakan bagaimana pengajaran Yesus terhadap Nikodemus mengenai lahir kembali atau yang kita sering sebut sebagai pertobatan. Yesus berbicara mengenai kodrat dan pentingnya pembaharuan jiwa atau kelahiran kembali. IA dengan tegas mengatakan bahwa Nikodemus tidak akan dapat memperoleh keuntungan apa pun dengan perubahan dan perkembangan lahiriah saja. Tetapi juga harus ada perubahan roh yang terlihat dari perubahan prinsip dan kehendak yang berpusat pada kasih serta kemuliaan Tuhan. Kita harus dilahirkan anōthen, yang berarti baik denuo -- lagi, maupun desuper -- dari atas.

Kita harus lahir baru, begitulah kata ini diartikan (Gal. 4:9), dan ab initio -- dari asal mulanya (Luk. 1:3). Melalui kelahiran pertama kita menjadi cemar, kita dibentuk dalam dosa dan kejahatan. Oleh karena itu, kita harus mengalami kelahiran kedua, jiwa kita harus dibentuk dan dihidupkan kembali menjadi baru.

Kita harus dilahirkan dari atas, begitulah kata yang dipakai oleh penulis Injil ini (3:31; 19:11), dan saya melihat arti ini sebagai apa yang terutama dimaksudkan di sini, tanpa mengesampingkan arti yang lain, karena dilahirkan dari atas mengandaikan dilahirkan kembali. Kelahiran baru ini bermula dari sorga (1:13) dan menuju ke sorga. Ini berarti bahwa kita dilahirkan ke dalam kehidupan yang ilahi dan sorgawi, kehidupan dalam persekutuan dengan Allah dan dengan dunia atas, dan untuk melakukannya, kita harus mengambil kodrat ilahi dan memakai rupa dari yang sorgawi.

Refleksi

Kita hidup di tengah zaman yang tidak menganggap dosa sebagai sebuah persoalan yang sangat serius. Benar atau salah ditentukan oleh masing-masing orang, bukan oleh Allah. Beberapa orang memandang istilah “dosa” terlalu negatif untuk dialamatkan pada orang lain. “Adalah berdosa untuk mengatakan orang lain berdosa,” begitu kira-kira pendapat mereka.

Mereka yang gagal melihat keseriusan dosa tentu saja menolak untuk mencari solusi yang radikal terhadap persoalan ini. Dosa bukan persoalan yang perlu dirisaukan. Solusinya pun ada di tangan manusia. Yang penting adalah berbuat baik. Yang penting adalah mengikuti ritual keagamaan. Yang penting memiliki model spiritualitas tertentu. Padahal bila kita menelisik kembali bahan Invocatio, perbuatan benar itu sangatlah menguntungkan Samuel hidup dan bertumbuh dalam berkat Tuhan. Bahkan dalam pembacaan Firman kita yang pertama juga menyampaikan kebenaran yang sama tentang pentingnya hidup benar dalam Tuhan, agar tidak terjerumus dalam kesia-siaan.

Jadi bagaimana? Marilah kita mengkaji ulang pemikiran di atas berdasarkan percakapan antara Yesus Kristus dengan Nikodemus dalam teks hari ini. Kita akan melihat bahwa kesalehan yang dibangun oleh manusia merupakan sebuah kesalahan, karena tidak dibangun dan dilahirkan dalam Roh. Kesalahan yang sangat menipu diri sendiri. Kesalahan yang bisa memberi kepuasan rohani yang semu. Kesalehan semacam ini justru seringkali lebih berbahaya daripada kesalahan yang kasad mata.

Kebaikan Nikodemus Jika semua agama membawa setiap penganutnya ke dalam kehidupan kekal yang berbahagia, Nikodemus pasti berada di antrian deretan depan. Jika segala jenis kebaikan relijius memadai untuk menghantar seseorang ke surga, Nikodemus merupakan salah satu orang yang paling pamtas untuk menerimanya. Para pembaca Injil Yohanes yang teliti dengan mudah akan menemukan keistimewaan Nikodemus.

Di kalangan bangsa Yahudi yang terkenal sangat relijius, Nikodemus menempati posisi yang istimewa. Dia adalah pemimpin agama Yahudi dari golongan Farisi. Pada zaman itu bangsa Yahudi mendapatkan perlakuan agak khusus dari pemerintah Romawi dalam hal otonomi. Untuk hal-hal tertentu, mereka bisa memutuskan sendiri perkara-perkara mereka melalui sebuah mahkamah konstitusi yang disebut Sanhedrin. Nah, salah satu elemen penting dalam kelembagaan ini berasal dari golongan Farisi. Tentu saja tidak semua orang Farisi secara otomatis menjadi anggota Sanhedrin. Hanya mereka yang terpilih saja untuk mewakili.

Dari kacamata kultural dan relijius pada zaman itu, semua ini jelas memberi keuntungan bagi Nikodemus. Dia dipandang sebagai seorang yang rohani. Bahkan di antara berbagai kelompok relijius waktu itu, golongan Farisi terkenal sangat militan dan detil dalam menaati Hukum Taurat. Mereka secara sengaja membedakan diri dari rakyat biasa yang dinilai tidak mengenal Taurat (7:49; bdk. Luk. 18:10-14; Flp. 3:5-6). Mereka terlihat lebih taat daripada golongan Saduki yang hanya berkutat pada ritual di bait Allah dan dipandang dekat dengan para penguasa asing. Jika setiap agama menawarkan jalan yang valid kepada kehidupan kekal yang berbahagia, bukankah Nikodemus pantas mendapatkan akses khusus untuk ke jalan tersebut?

Bukan hanya itu. Bahkan di antara sesama golongan Farisi, Nikodemus tetap terlihat menonjol. Dalam Injil Yohanes dia menjadi satu-satunya orang Farisi yang disebutkan namanya secara eksplisit. Dia menunjukkan sikap kepada Yesus yang jauh lebih positif daripada orang-orang Farisi yang lain.

Walaupun Yesus termasuk orang yang tidak belajar Taurat (7:15), Nikodemus tidak segan-segan untuk mengakui-Nya sebagai sebagai seorang rabi (3:1) sama seperti dirinya (3:10). Dia pun mendatangi Yesus untuk mendengarkan sesuatu dari Dia (bdk. 7:51).

Walaupun Yesus berasal daerah yang tidak tersohor, hal itu tidak menghalangi Nikodemus untuk mengakui Yesus sebagai seorang utusan dari Allah. Hal ini perlu digarisbawahi. Natanael, salah seorang pengikut mula-mula, sempat meragukan Yesus hanya gara-gara Dia berasal dari Nazaret di daerah Galilea (1:45-46). Begitu pula dengan orang-orang Farisi lain yang sok tahu kitab suci dan menegur Nikodemus dengan mengatakan bahwa tidak ada nabi yang berasal dari Galilea (7:52).

Kedatangan Nikodemus pada waktu malam bukan hanya sekadar untuk memperoleh informasi tertentu dari Yesus. Dia bukan seorang yang tidak tahu apa-apa dan membutuhkan informasi tambahan. Dia datang dengan kepekaan dan sebuah pengetahuan relijius yang benar tentang Yesus. Semua mujizat yang dilakukan oleh Yesus ditangkap oleh Nikodemus sebagai petunjuk bahwa Yesus berasal dari Allah (3:2). Hal ini tentu saja tidak salah. Yesus memang berasal dari Allah (3:31; 6:46; 7:29). Apa yang dilakukan-Nya merupakan bukti bahwa Dia diutus oleh Allah (10:25, 37-38; 14:11).

Sayangnya, apa yang benar belum tentu memadai. Kebenaran yang tidak utuh seringkali justru berbahaya. Bisa menipu diri sendiri. Bisa memberi kepuasan dan keamanan yang palsu. Yesus lebih dari sekadar utusan Allah. Dia bukan sekadar rabi. Tidak cukup mengakui Dia sebagai rabi atau nabi. Tidak memadai untuk mengakui Dia sebagai pembuat berbagai mujizat.

Kesalahan Nikodemus

Kesalahan fatal yang dilakukan Nikodemus adalah kegagalannya untuk melihat keseriusan dosa. Dosa merupakan sebuah persoalan fundamental yang membutuhkan solusi radikal. Nikodemus tampaknya gagal mencerna kebenaran ini.

Itulah sebabnya Yesus berbicara tentang perlunya perubahan natur manusia yang berdosa. Dalam ungkapan Yesus, hal ini disebut kelahiran kembali (3:3-8). Siapa saja yang ingin masuk dam melihat Kerajaan Allah patut menjalani proses transformasi radikal ini.

Kegagalan Nikodemus untuk mengerti perkataan Yesus memang sangat konyol, bahkan nyaris sukar untuk diterima dengan akal sehat. Namun, hal itu bukan sumber persoalan. Itu justru merupakan sebuah gejala yang mengarahkan pada persoalan lain yang lebih fundamental: natur yang berdosa.

Natur yang berdosa tidak dapat diatasi dengan ritual relijius. Tidak pula dengan ketaatan atau kebaikan. Bahkan karakter yang baik pun tidak memadai. Persoalan dalam diri manusia ini berada di luar kemampuan manusia untuk menyelesaikannya.

Puji Tuhan! Allah tidak pernah meninggalkan manusia dalam keputusasaan dan tanpa harapan. Tuntutan Yesus kepada Nikodemus memang mustahil dipenuhi oleh Nikodemus, tetapi tidak demikian halnya oleh Allah. Bentuk pasif “dilahirkan kembali” menyiratkan Allah sebagai subjek. Berdasarkan 1:12-13 para pembaca langsung mengetahui bahwa kelahiran ini dilakukan oleh Allah. Ini adalah kelahiran dari atas. Bukan melalui kehendak manusia. Bukan melibatkan upaya manusia. Semua adalah murni pekerjaan Allah.

Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Nikodemus di 3:3 dan 3:5 bukanlah sebuah perintah yang harus dilakukan. Ini lebih ke arah pernyataan tentang keadaan manusia. Menyadari keadaan yang sebenarnya seringkali lebih penting daripada melakukan sesuatu untuk menyelesaikan keadaan itu. Kesadaran ini seyogyanya mendorong manusia untuk menyadari kepapaan dan kelemahan dirinya, sehingga dengan demikian mengondisikan dia untuk mencari pertolongan dari Allah saja.

Apa yang menyenangkan Allah seringkali bukanlah pencapaian-pencapaian yang kita lakukan bagi Dia melainkan pengakuan terdalam terhadap ketidakmampuan kita. Terkesan dengan kebaikan Allah pada kita jauh lebih penting daripada membuat Dia terkesan dengan kebaikan kita. Tanpa kekaguman terhadap anugerah-Nya yang menopang kita, tidak ada satupun upaya kita yang menyenangkan hati-Nya. Pendeknya, menyadari dan mengakui ketidakmampuan diri merupakan korban yang berharga di hadapan Allah daripada memamaerkan kemampuan dan segudang keberhasilan kita di hadapan-Nya.

Pdt Maria E. br Sitepu, S.Th GBKP Surabaya

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD