MINGGU 26 MEI 2024, KHOTBAH JOHANES 14:15-21

Invocatio :

“ Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.(Mat.22:37)

Ogen :

Masmur 86:8-17 (Responsoria)

Kotbah :

Johanes 14:15-21 (Tunggal)

Tema :

Mengenal dan mengasihi Allah

 

I. Latarbelakang

Allah yang benar adalah Allah yang tidak terbatas, Allah yang melampaui segala sesuatu, Allah yang Esa, Allah yang tidak ada bandingnya, yaitu Allah yang menyatakan diri sebagai Allah yang Tritunggal. Kita hanya dapat mengenal Allah sepanjang Ia menyatakan diri-Nya.[1]

Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin ImanKristenyang mengakuiSatu Allah Yang Esa, namun hadir  dalam Tiga Pribadi: Allah BapadanPutradanRoh Kudus,di mana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya.[2] Trinitas bukanlah satu istilah tetapi satu konsep iman dan pada minggu ini kita akan belajar untuk mengenal Dia dan mengasihi Dia melalui cara hidup kita yang berguna dan berkarya serta mengasihi semua orang dan menjaga keutuhan ciptaan.

Pengenalan akan Allah Tritunggal akan membawa kita kepada kasihNya yang melampaui segala sesuatu, dan bagaimana kita dipanggil untuk mengasihi Dia dalam kebenaran dan kesaksian hidup yang berkemenangan agar kita dapat terus berkarya dan berguna bagi dunia ini. Mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah. Karena itu, dibutuhkan penolong. Kata Penolong (Yoh. 14: 16) dan Penghibur (Yoh. 14:26). Penolong itu (Roh Kudus) tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya akan menyertai orang-orang yang mengenal dan percaya kepada Allah. Itu sebabnya khotbah minggu ini mengajarkan kita akan arti ketaatan kepada Yesus, terwujud melalui hidup dalam kasih.

II. isi.

2.1. Latarbelakang

1.Sejarah Doktrin Trinitas/Tritunggal (minggu Trinitas)

Pada tahun 325, di Nicea diadakan suatu konsili[3] di bawah pemerintahan Kaisar Konstantin untuk menyelesaikan perdebatan yang berlarut-larut mengenai penafsiran tentang Tritunggal. Pada waktu itu ada dua pihak dengan dua pandangan yang sangat bertentangan, yaitu pandangan Arius (Arianisme) dan dengan pandangan Athanasius.[4]Kaisar berpikir jika ada perselisihan maka persoalan ini pasti akan berdambak terhadap pemerintahannya, maka perselisihan ini harus segera diselesaikan maka dipanggil dalam konsili oikumenis. Tujuan dari konsili itu supaya semua memiliki pandangan yang sama, iman yang sama dan siapapun yang bertanya jawabannya sama, dan dari sinilah muncul konsili Nicea dengan keputusannya. Keputusan ini ada dua kelemahan yang pertama di dalamnya belum mencakup Roh Kudus, jadi kemungkinan masih ada opini liar. Kedua, kelompok Arian sulit menerima, jika Allah dan Yesus sehakikat. Menurut mereka Yesus itu ada karena dibuat ada. Atas dasar pemikiran ini, maka kaisar merasa masih perlu merumuskan pemahaman yang sama dalam konsili Konstantinopel yang sifatnya menambahkan yang belum termuat didalamnya seperti menambahkan Roh Kudus.

Istilah Tritunggal itu sendiri sebenarnya berasal dari Tertullianus. Dialah orang pertama yang mencetuskan istilah Tritunggal ini. Ia mengatakan, maka Kristus lebih rendah dari pada Bapa, Roh Kudus tidak lebih rendah dari pada Kristus dan tidak lebih rendah dari pada Bapa. Sebagaimana Bapa adalah Allah yang sejati, demikian juga Anak adalah Allah yang sejati dan juga Roh Kudus adalah juga Allah yang sejati. Sebelum Tertullianus, Origen dari Aleksandria mengatakan, “Dari Bapa keluar Anak; Anak keluar dari Bapa atau dilahirkan oleh Bapa menurut kedaulatan Bapa, sehingga kedudukan Anak lebih rendah (subordinasi) dari pada Bapa. Jadi Origen berpendapat bahwa Kristus lebih rendah sedikit dari pada Bapa. Tertullianus memberikan penjelasan yang jauh lebih sehat di dalam sejarah Gereja, bahwa Kristus tidak subordinasi di bawah Bapa. Menurutnya, Kristus dilahirkan Bapa di dalam kekekalan.[5] Pertikaian itu, akhirnya diselesaikan tahun 325 melalui suatu konsili yang mengambil keputusan besar. Sayangnya keputusan itu dianggap tergesa-gesa, diman Kaisar memihak kepada Athanasius, dan kedua pihak yang bertentangan itu merasa kurang puas, setelah beberapa puluh tahun kemudian,barulah gereja bisa menerima doktrin Tritunggal ini dengan baik.[6]

Pandangan bapa reformasi

Martin Luther, menurutnya hanya ada satu hakekat ilahi yaitu Allah. Dalam hakekat Allah yang Esa tidak terpisah dan terbagi-bagi tiga pribadi. Dalam pandangannya baik Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Allah yang sejati, namun hanya ada Allah yang satu. Bagi nya Trinitas ini adalah misteri Allah yang tidak terpahami oleh akal pikiran manusia.[7] Calvin, Allah itu adalah Esa. Dalam menjelaskan Trinitas, Calvin memakai rumusan persona (topeng, peranan, pribadi) ialah subtistentia in Dei essentia, yaitu sesuatu yang sesungguhnya berada di dalam Zat Allah. Menurut Calvin pembedaan ketiganya bukanlah pembagian, tetapi ditanggapi dengan rasa hormat. Calvin memusatkan perhatian kepada urutan ketiganya yang diterangkan dlam Alkitab, Bapa sesudahnya Anak, yang berasal dari Bapa dan Roh Kudus berasal dari keduanya.

Saat ini juga kita sering mendengar Allah yang dianalogikan untuk menggambarkan keesaannya. Salah satu ajaran sesat tentang Tuhan adalah apa yang disebut sebagai modalisme.[8] Pandangan ini menjelaskan hanya ada satu Tuhan yang muncul kepada kita dengan berbagai cara pada waktu-waktu yang berbeda. Terkadang sang Bapa muncul sebagai Anak, dan pada saat lain Dia muncul sebagai Roh Kudus. Di dalam modalisme ketiganya tidak berbeda satu sama lain. Bapa, Anak dan Roh Kudus hanya peran yang Tuhan mainkan pada waktu yang berbeda-beda. Tanpa disadari modalisme mendasari analogi populer tentang Trinitas yang banyak dipakai para pengkhotbah ketika mereka membandingkan Tuhan dengan diri mereka dan berkata, “saya seorang ayah, tetapi saya juga seorang anak, dan saya memiliki roh.” Kesalahan yang sama terjadi ketika Trinitas dibandingkan dengan tiga wujud air: padat, cair dan gas.[9] Ada juga yang memakai analogi bunga (Bentuk, bau, dan warna bunga), matahari sinar dan panasnya, tubuh, jiwa dan Roh manusia,ayah ,sopir dan direktur.[10]

Pandangan Alkitab tentang Trinitas

Kata Trinitas memang tidak muncul dalam Alkitab, tetapi kebenaran doktrin ini dapat kita akui ada di dalammya.[11] “Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku,”adalah awal dan tidri sepuluh perintah Tuhan (Keluaran 20:2-3). Pesan itu sederhana: hanya Tuhanitu sendirilah Allah, dan tidak ada Allah lain. Dari awal sampai akhir, inilah pesan dari Perjanjian Lama. Ulangan 6:4 menyatakan, “Dengarlah, hai Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!”

Perjanjian Baru menggemakan kembali pesan kitab-kitab yang ditulis sebelumnya. Yakobus menegur orang-orang yang berpikir bahwa menyakini fakta-fakta tentang Tuhan itu sudah cukup, ketika ia menulis, “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun percaya akan hal itu dan gemetar”(Yakobus 2:19). Paulus juga menyatakan keesaan Tuhan ketika ia berkata kepada orang-orang Korintus, “Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari Dia berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Korintus 8:6). Yesus menyatakan keesaan Tuhan ketika Dia berkata pada orang-orang Farisi bahwa perintah yang pertama dan yang terutama ialah untuk “ mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37).

Alkitab juga menunjukkan Yesus sebagai Tuhan. Pengakuan iman Israel kuno ialah, “Tuhan itu Allah,” tetapi pengakuan orang-orang percaya zaman Perjanjian Baru: kata kurios. Bagian-bagian laindalam Alkitab menerangi kata itu sehingga jelas artinya. Ibrani 1:3 mengatakan, “Dialah cahaya kemulian Allah dan gambar keberadaan Allah yang sesungguhnya dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.” Alkitab juga menyebut Roh Kudus sebagai Roh Tuhan. Dia ada disana ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1:2). Disepanjang Perjanjian Lama, Dia disebut sebagai Roh Allah, dan Dia memampukan umat Tuhan untuk melakukan hal-hal yang istimewa. Berbagai petunjuk tentang keilahian Yesus dan Roh Kudus tidak bertentangan dengan kebenaran bahwa Tuhan itu Esa. Perjanjian Baru juga tidak mengajarkan bahwa ada tiga Allah. Pada saat kelahiran Yesus, kita mendapati bahwa Bapa mengirim Putra-Nya, yang dikandung oleh Roh Kudus. Kesatuan ketiganya dapat kita lihat, dalam perkataan Yesus yang terakhir yang kita kenal sebagai Amanat Agung (Matius 28:19). Jesus menjelaskan bahwa ketiganya ini, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, adalah satu ketika Dia mengatakan kepada para pengikut-Nya untuk membatis di dalam tiga nama itu.[12]contoh lain dari kesatuan Bapa, Anak dan Roh Kudus banyak sekali terdapat di Perjanjian Baru, terutama di dalam Injil Yohanes. Yohanes 1:1 menyatakan, “ pada mulanya adalah Firman; Firman itu adalah Allah.” Beberapa ayat kemudian, penulis Injil tersebut mengacu dan kepada Yesus. Yesus menegaskan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30) dan berkata kepada setiap orang yang telah melihat-Nya, telah melihat Bapa (Yohanes 14:9). Dia berkata bahwa Bapa akan mengirimkan Roh Kudus dalam nama-Nya, dan ketika Roh Kudus datang, Dia akan memuliakan-Nya (Yohanes 16:13-14).[13]

  1. Yohanes 14:15-21(khotbah)

Kasih adalah kata kunci dalam Injil Yohanes. Mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah. Karena itu, dibutuhkan penolong untuk mewujudkan kasih itu. Kata Penolong (ay.16) dan Penghibur (ay.26) berasal dari satu kata yang sama dalam bahasa Yunani, Parakletos, yang berarti seseorang yang dipanggil datang untuk menolong pada saat kesulitan. Arti khususnya terletak pada alasan mengapa ia dipanggil.

Orang Yunani menggunakan kata ini untuk menunjuk berbagai hal: seorang saksi yang dipanggil untuk membela tertuduh di pengadilan, seorang pengacara untuk membela tertuduh secara hukum, seorang ahli yang dipanggil untuk memberi nasihat pada situasi tertentu, seorang yang dipanggil untuk memberi semangat pada sekelompok serdadu yang patah semangat. Parakletos menolong manusia dalam kelemahannya dan memberi kemampuan untuk menghadapi hidup. Penolong itu (Roh Kudus) tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya akan menyertai orang-orang yang mengenal dan percaya kepada Allah (ayat 17). Oleh karena itu dikatakan bahwa dunia tidak melihat dan mengenal Dia. Mengapa demikian? Sebab pada hakikatnya, Roh Kudus itu adalah Allah sendiri. Ia tidak memaksakan diri-Nya untuk masuk ke dalam hati manusia, tetapi Ia tinggal dalam diri setiap orang yang percaya kepada-Nya. Fungsi Parakletos (Roh Kebenaran) yang ditekankan oleh Yesus adalah untuk (ayat 26): (a) Mengajar: kehidupan pengikut Kristus sebenarnya adalah kehidupan yang selalu belajar; belajar mengenai kebenaran, belajar mengenai makna dan tujuan hidup, belajar untuk makin serupa dengan Kristus. (b) Mengingatkan: Roh Kudus akan mengingatkan semua hal yang telah Yesus ajarkan supaya kita selalu taat pada perintah-Nya dan meneladani seluruh hidup-Nya. Dengan kata lain, para murid (dan kita semua) sesungguhnya diminta untuk selalu taat pada perintah-perintah-Nya. Ketaatan ini dilakukan bukan karena kita adalah budak yang tidak punya kehendak bebas, melainkan karena kasih kita kepada-Nya (ayat 15, 21). Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan berusaha  melakukan segala hal yang telah Yesus ajarkan, sebab semuanya itu mengandung kebaikan dan kebenaran. Perkataan-perkataan Yesus ini akan digenapi setelah kebangkitan-Nya. Roh Kudus akan dicurahkan pada hari Pentakosta; 50 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum semuanya itu terjadi, Yesus telah mengatakannya terlebih dahulu supaya ketika hal itu terjadi, para murid sungguh-sungguh mempercayainya (ayat 29).

3.Masmur 86:8-17 (bacaan/pengantar khotbah)

Dalam Mazmur 86 ini, Daud secara rinci mempersiapkan permohonannya kepada Tuhan. Ayat 1 sampai 7 memberikan permohonan yang berapi-api agar Tuhan mendengarkannya. Ayat 8 sampai 10 memberitahu Tuhan bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang dapat mendengar. Ayat 11 merupakan doa dan ikrar menjadi hamba Tuhan yang taat. Ayat 12 dan 13 memuji Tuhan yang pengasih dan menyelamatkan. Ayat 14 sampai 17 permohonan pertolongan ketika musuh menyerang. Permohonan ini tetap menjaga semangat kerendahan hati dan pujian penuh hormat. Di sini Tuhan disapa dengan cara yang sangat pribadi oleh Daud, mengharapkan sebuah jawaban. Hamba-hamba Allah yang setia dapat mengandalkan perhatian pribadi-Nya yang pengasih.

Terkadang kesusahan atau rasa sakit kita begitu besarnya sehingga yang bisa kita lakukan hanyalah berseru kepada Tuhan, “Lindungi aku” ayat 2. Dan sering kali, ketika tidak ada pertolongan yang terlihat, yang bisa kita lakukan hanyalah mengakui kebesaran Tuhan dan menantikannya. Hari-hari mendatang yang lebih baik. Keyakinan bahwa Tuhan menjawab doa akan menopang kita dalam masa dan keadaan sulit ini. Kehidupan, sebagai anugerah Tuhan, adalah hasil kasih-Nya. Pemazmur merasakan Cinta itu sebagai pembebasan dari kematian. Dalam perjanjian cinta yang setia, Tuhan pun mendengarkan doa umat-Nya dan melepaskan mereka dari ancaman kematian. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Pemurah, lambat marah, berlimpah Cinta dan Kesetiaan. Kita mengalaminya di dalam Yesus Kristus sebagai kemenangan total atas kematian. Tuhan menyelamatkan kita dari kematian jasmani dan juga kematian rohani, dan memberi kita Keselamatan dan Kehidupan Kekal berdasarkan Kasih Tuhan dan mendatangkan pujian manusia. Tindakan penyelamatan Tuhan yang unik tidak dilakukan hanya untuk satu orang saja. Mereka menjadi alasan bagi semua orang untuk menyembah Tuhan.

Karakteristik Tuhan yang digambar disini: berupa Cinta, Pengampunan, Kesetiaan, Pengampunan, Anugerah, dan Kasih Sayang memberikan penghiburan terbesar bagi penderitanya. Ketika kita bertekun dalam doa, kita percaya dan tahu bahwa Tuhan akan menjawab.

  1. Matius 22:37 (Invocatio)

Ukuran mengasihi secara Alkitabiah juga bukan berdasarkan ukuran manusia, tetapi ukuran Allah. Sebagaimana Bapa Sorgawi mengasihi Tuhan Yesus, demikianlah Tuhan Yesus mengasihi kita. Dan sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi kita, begitu jugalah kita harus mengasihi sesama kita. Bagaimana kita dapat memenuhi ukuran Allah dalam mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri? Jawabannya: kita harus melekat kepada Allah.

  1. Relasi teks kotbah, bacaan dan invocatio

Allah memperkenalkan diriNya kepada kita dala relasi Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus berfungsi menolong kita untuk tetap taat kepada Kristus. Ketaatan kepada Yesus terwujud melalui hidup dalam kasih. Mewujudkan kasih bukan hal mudah. Di hadapan para murid ada banyak tantangan yang akan hadapi. Tantangan itu adalah kebencian. Yesus menyebut bahwa dunia ini membenci Kristus dan para pengikut-Nya. Ketika dunia mengajarkan kebencian, murid-murid Yesus diminta-Nya tetap mengasihi. Oleh karena itu, Ia memberikan pertolongan yaitu Roh Kudus. Dengan bersedia dipimpin oleh Roh Kudus, murid-murid Yesus dimampukan hidup dalam kasih. Kitapun juga demikian. Ketika mau membuka diri dipimpin Roh, kita dimampukan untuk mengalirkan kasih.

III. Kesimpulan

Tema minggu ini mengenal dan mengasihi Allah. Kata mengenal dalam kamus bahasa Indonesia, [mengenal] Arti mengenal di KBBI adalah: mengetahui; kenal (akan); tahu (akan). Sementara mengasihi, mengasihi/me·nga·sihi/ menaruh kasih kepada; mencintai; menyayangi. Jika tema kita mengenal dan mengasihi Allah dapat kita terjemahkan bagaimana kita selaku jemaat mengetahui akan kasih Allah dan mencintai Allah itu sendiri melalui ketaatan hidup yang benar. Munculnya Trinitatis setelah Kristen lahir, saat itu Kristen belum memiliki Alkitab sebagai kitab sucinya, padahal agama harus memiliki kitab suci. Kristen mengklaim Perjanjian Lama itu kitab sucinya sampai abad ke-2. Lahir pertanyaan dari orang Kristen apakah Agama Kristen itu monotheis? Jawabnya ya, monotheis yang bagaimana? Trinitas. Trinitas bukanlah satu istilah tetapi satu konsep iman. Istilah Tritunggal ini memang tidak ada di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Walaupun istilah Tritunggal ini tidak muncul di dalam Alkitab bukan berarti konsep ini tidak terdapat di dalam Alkitab.

[14]

Allah itu Esa, Allah itu Bapa, Anak dan Roh Kudus menyatakan satu kesatuan yang utuh. Esa bukan numerik tapi dipahami sebagai unity. bagaimana ketiganya berelasi inilah yang disebut perichoresis, peri (saling mengikat),(melingkar), chore (saling memberi ruang). Kesaksian Alkitab menyatakan bahwa kita mengenal Allah adalah Esa, yang memiliki makna universal dan supernatural. Konsep Allah adalah satu-satunya, Allah seluruh alam semesta. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Kristus menyatakannya (Yoh.1:18), barang siapa yang telah melihat Yesus Kristus, ia telah melihat Allah (Yoh.14:9). Ada dua bentuk pernyataan diri Allah kepada manusia,yaitu: pernyataan umum dan pernyataan khusus. Pernyataan umum kita mengenal Allah sebagai pencipta menyatakan diri dalam ciptaanNya. Sementara pernyataan khusus Allah menyatakan diriNya melalaui perbuatanNya dalam sejarah, khususnya dalam sejarah bangsa Israel dan menyatakan diriNya melalui firmanNya. Dalam perjumpaan dengan Allah, Gereja mengakui bahwa Allah datang kepada kita karena kasihNya dalam diri Kristus. Kasih itulah anugerah bagi kita. kita telah mengenal Dia dan mengasihi Dia dengan hidup dalam ketaatan kita melalui karya dan guna, dalam bersekutu, melayani dan bersaksi atas sesama kita.Selamat Merayakan Minggu Trinitatis.

                        Pdt. W.Mazmur Ginting,M.Th-Runggun Karawang

 

[1] R Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, Jakarta:BPK-GM,1984,93

[2]Nicea konstantinopel sudah menghasilkan suatu jawaban tentang perdebatan yang panjang mengenai Trinitas Kristen. Konsili itu menyatakan bahwa Allahnya Kristen Monotheis yang trinitatis. Apa maksudnya yang trinitatis, nicea menjelaskan tiga pribadi tiga lah hakikat. Gambar yang dipakai segitiga sama sisi.. tiga pribadi bapa, anak, roh kudus satu pribadi. Dan ketiga-tiganya substansinya adalah Allah yang tiga pribadi satu hakikat. Satu hakikatnya itu adalah Allah pribadinya Bapa, Anak dan Roh. Esa bukan berarti dalam arti bilangan tetapi esensi. Dan Nicea konstantinopel mengatakan kanon dimana gereja mengaku yang kudus dan am dan menganut dan mengakui keputusan itu sebagai kanon. Semua pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ontologis yang tidak diatur dalam alkitab bersangkut paut dengan jawaban yang satu yaitu nicea yaitu trinitas. Keputusan itu dilahirkan pada abad ke-4.

[3] Pada konsili Nicea (325 T.U), para uskup menyepakati rumusan tentang Trinitas yang menyebutkan bahwa Allah adalah tiga pribadi, Bapa, Anak, dn Roh Kudus, yang bersatu dalam hakikat. Lihat. Urban,Linwood, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, Jakarta:BPK-GM,2003,54

[4] Pokok persoalan mengenai kristologi ialah bahwa dalam Alkitab dinyatakan dua hal menegani Kristus yang juga tidak bisa disejajarkan secara logis. Yang pertama adalah Kristus benar-benar Allah/Tuhan. Yang kedua ialah: Kristus benar-benar manusia. Nestorius mengabaikan hal yang pertama;Cyrillus hal yang kedua. Lihat Dr.Th.Van den End,Harta Dalam Bejana, sejarah gereja ringkas, Jakarta:BPK-GM,1999, 65

[5] Stephen Tong, Allah Tritunggal,88-90

[6] Stephen Tong, Allah Tritunggal,90-91

[7] Edward W.A. Khehler, Intisari Ajaran Kristen, Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012,31-35

[8] Sebelius menggagas pandangannya tentang Trinitas kira-kira tahun 200, bnd. GBKP, Katekisasi,Kabanjahe,53

[9] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..87 bnd Stephen Tong, Allah Tritunggal, 25

[10] Stephen Tong, Allah Tritunggal,25-27

[11] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra, Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,Yogyakarta:PT Gloria Usaha Mulia,2011,83

[12] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..85-86

[13] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..86

[14] Stephen Tong, Allah Tritunggal,Surabaya:Momentum,2013,31 (Kitab Perjanjian Baru tidak secara eksplisit menuliskan istilah "Allah Tritunggal", tetapi keberadaan Bapa,Putra dan Roh Kudus tersurat dalam banyak ayat, baik secara terpisah maupun bersama-sama. Berdasarkan rumusan dalam perintah tentang pembaptisan di Matius 28:19 "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus"(TB-LAI). Doktrin Tritunggal mendapatkan bentuknya seperti sekarang, adalah berdasarkan FirmanTuhan dalam Injil. Ucapan Yesus: Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, dapat digunakan untuk menjelaskan istilah "pribadi", "sifat", "esensi", "subtansi", istilah-istilah yang belum pernah digunakan oleh para Rasul).

MINGGU 19 MEI 2024, 1 KORINTUS 12:1-11

INVOCATIO :

Yesaya 11:2

BACAAN :

1 Samuel 16: 14-23

KOTBAH :

1 Korintus 12: 1-11

TEMA :

Pemere Kesah Si Badia (Karunia Roh Kudus)

 

I. Pengantar

Pentakosta adalah hari raya Kristiani yang memperingati peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepada para rasul di Yerusalem. Pada hari Pentakosta Roh Kudus dicurahkan sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sesudah kenaikannya ke surga. Arti dan makna Pentakosta juga mengilustrasikan penerimaan Injil Yesus oleh semua orang, tanpa memandang perbedaan budaya, bahasa, atau latar belakang sosial. Pentakosta menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam Kristus. Pentakosta juga menandai permulaan gereja Kristen, karena setelah turunnya Roh Kudus, para pengikut Yesus menjadi berani dan termotivasi untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar mereka. Murid-murid Yesus berhasil mempertobatkan tiga ribu jiwa pada hari tersebut dan hal inilah yang disebut dengan lahirnya gereja mula-mula.

II. ISI

a.Bahan Khotbah

Tuhan memberikan karunia kepada umat-Nya untuk membangun satu sama lain dalam iman. Karunia rohani membantu membangun kasih dan kesatuan dalam gereja ketika setiap orang menggunakan apa yang mereka terima untuk kebaikan satu sama lain. Kepada jemaat Korintus pun Tuhan memberikan kekayaan karunia rohani. Tuhan memperlengkapi mereka dalam pelayanan melalui karunia-karunia yang mereka miliki. Semua itu mereka dapatkan secara cuma-cuma dan diberikan menurut kedaulatan Roh Kudus. Paulus mengingatkan bahwa keberadaan karunia-karunia itu bukanlah kepemilikan. Kemampuan memiliki karunia itu bukan bersumber dari kehebatan pribadi mereka karena itu setiap orang percaya harus bergantung terus menerus kepada Roh Kudus yang mengaruniakannya. Manusia hanya sebagai alat ditangan Tuhan yang dipakai sebagai sarana untuk melayani jemaat Tuhan dengan karunia yang dianugrahkan.

Keragaman karunia yang seharusnya dipakai untuk melayani dan mempersatuakn ternyata telah disalah gunakan oleh jemaat Korintus sebagai sumber konflik, sumber kesombongan dan sarana merendahkan orang lain. Jemaat Korintus berjuang untuk menonjolkan diri satu sama lain dan bersaing berdasarkan seberapa berbakatnya mereka melalui karunia yang mereka miliki.

Melalui bahan kotbah kita ini Paulus mengingatkan keadaan mereka, sebelum mereka dipulihkan. Pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. Ketika keadaan mereka masih seperti itu, mereka tidak dapat mengingini untuk menjadi manusia rohani, atau untuk memiliki karunia rohani. Ketika mereka masih dikuasai oleh roh yang tidak mengenal Allah, mereka tidak dapat dipengaruhi oleh Roh Kristus. Jika mereka mengerti benar bagaimana keadaan mereka sebelumnya, maka mau tidak mau mereka akan tahu bahwa semua karunia rohani yang sejati berasal dari Allah.

Paulus menunjukkan kepada mereka bagaimana supaya mereka dapat membedakan karunia-karunia yang berasal dari Roh Allah, yaitu karunia rohani yang sejati. Tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: “Terkutuklah Yesus!” Inilah yang dilakukan baik oleh orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Mereka menghujat Dia sebagai seorang penipu, menyangkal nama-Nya, dan memandang hina nama-Nya. Namun, banyak orang Yahudi para pelaku sihir dan tenung mau juga berkeliling dan pura-pura melakukan perbuatan ajaib dengan Roh Allah, dan banyak orang bukan Yahudi yang berpura-pura mendapat pewahyuan. Sekarang, Rasul Paulus memberi tahu mereka bahwa tidak seorang pun yang menyangkal atau menghujat Kristus dapat bertindak menggunakan kuasa dari Roh Allah. Ini karena Roh Allah selalu bersaksi tentang Kristus, baik melalui nubuatan, mujizat, kebangkitan-Nya dari maut, maupun ajaran-Nya yang diterima orang banyak, dan pengaruh-Nya terhadap mereka. Roh Allah tidak akan pernah dapat bertentangan dengan diri-Nya sendiri sampai menyatakan diri-Nya terkutuk. Di sisi lain, tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan” , selain oleh Roh Kudus. Mengakui kebenaran ini di hadapan orang lain, mempertahankannya sampai mati, dan hidup di bawah kuasa kebenaran itu, merupakan hal yang tidak dapat dilakukan jika tidak dikuduskan oleh Roh Kudus. Tidak ada orang yang dapat menyebut Kristus Tuhan, dengan sikap tunduk penuh kepercayaan pada-Nya serta bergantung kepada-Nya, kecuali iman itu dikerjakan oleh Roh Kudus. Tidak seorang pun dapat mengakui kebenaran ini pada masa pencobaan, kecuali Roh Kudus menggerakkan dan memberikan dorongan kepadanya. Kita bergantung pada pekerjaan dan kuasa Roh Kudus agar kita dikuduskan dan menjadi tekun, seperti halnya kita membutuhkan perantaraan Kristus supaya kita diperdamaikan dengan Allah dan diterima oleh-Nya. Tidak ada seorang pun dapat meneguhkan kebenaran ini dengan mujizat, kecuali oleh Roh Kudus. Pada intinya, yang dikatakan dan ditegaskan oleh Rasul Paulus di sini adalah, betapapun orang yang memusuhi Kekristenan berpura-pura mendapatkan pewahyuan atau mengadakan mujizat, itu tidak mungkin berasal dari Roh Allah. Tidak ada orang yang bisa mempercayai dengan hatinya, atau membuktikan melalui mujizat bahwa Yesus adalah Kristus, selain oleh Roh Kudus. Dengan begitu pekerjaan dan kuasa dahsyat yang terjadi di antara mereka memang semuanya berasal dari Roh Kudus.

Paulus menegaskan bahwa karunia-karunia rohani, meskipun berasal dari Roh yang sama, berbeda-beda jenisnya. Semuanya memiliki satu Pencipta dan sumber yang sama, tetapi beraneka ragam bentuknya. Seorang pemberi yang sama dapat menganugerahkan bermacam-macam karunia. Ada rupa-rupa karunia, seperti pewahyuan, bahasa lidah, nubuatan, atau menafsirkan bahasa lidah, tetapi satu Roh. Ada berbagai-bagai pelayanan, berbagai orang untuk melaksanakannya, dan berbagai ketetapan serta peraturan yang berbeda, tetapi satu Tuhan yang menetapkan semuanya. Ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.

Ada rupa-rupa karunia, pelayanan, dan perbuatan ajaib, tetapi semua berasal dari satu Allah, satu Tuhan, dan satu Roh, yaitu dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus, sumber dan asal mula dari semua berkat dan warisan rohani. Semua dikeluarkan dari mata air yang sama, dan semua memiliki pencipta yang sama. Meskipun semua karunia ini berlain-lainan, dalam hal ini mereka memiliki kesamaan, yaitu semua berasal dari Allah.

Paulus juga menegaskan bahawa kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Artinya adalah tidak ada orang Kristen yang tidak memiliki karunia sehingga tidak dibutuhkan dalam gereja. Sebaliknya, tidak ada orang Kristen yang memiliki semua karunia sehingga dia tidak membutuhkan orang lain. Ini menunjukkan bahwa Tuhan menginginkan semua orang Kristen mengambil baian untuk melayaniNya, sehingga Tuhan memperlengkapi mereka dengan karunia yang berbeda-beda untuk saling melengkapi yaitu karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, karunia berkata-kata dengan pengetahuan, karunia menyembuhkan, karunia mengadakan mujizat, karunia untuk bernubuat, karunia untuk membedakan macam-macam roh, karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh, karunia untuk menafsirkan Bahasa Roh. Tetapi semuanya itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus seperti yang dikehendakiNya. Karunia diberikan sesuai dengan kehendak yang berdaulat dari sang Pemberinya. Karunia tidak diberikan sesuai dengan kehendak manusia, atau seperti yang dianggap pantas oleh manusia, tetapi sesuai keinginan Roh. Namun meskipun Dia membagikan karunia-karunia ini secara bebas dan tidak dikendalikan oleh siapapun, semua itu direncanakan oleh-Nya, untuk keuntungan bersama, untuk membangun tubuh, yaitu jemaat.

b. Bacaan

Roh Tuhan telah mundur daripada Saul. Oleh karena Saul telah meninggalkan Allah dan tanggung jawabnya kepada-Nya. Saul kehilangan seluruh sifat baik di dalam dirinya. Inilah akibat dari perbuatannya yang menolak Allah. Akibat dari perbuatan Saul ini ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada Tuhan.  Iblis, atas seizin Allah, mengganggu Saul. Roh Tuhan berkuasa atas Daud, dan ia dikenal dan diakui sebagai orang yang disertai Tuhan. Daud menjadi tabib bagi Saul, dan dengan cara ini, ia dibawa ke dalam istana, sebagai tabib yang membantu Saul ketika tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Dan ia dibawa masuk ke lingkup kerajaan tanpa ada rancangan dari dirinya sendiri. Saul masih menjadi raja secara de facto, tetapi Daud yang diurapi telah muncul, dia memiliki berbagai macam karunia yang diberikan Tuhan, dan bahkan dikasihi Saul.

III. APLIKASI

  1. Ada kisah tentang sepasang suami istri yang baru menikah. Keduanya giat melayani Tuhan di gereja. Suami sebagai pelatih paduan suara yang handal, sedangkan istri sebagai salah satu andalan anggota paduan suara. Namun setelah beberapa lama membangun rumah tangga ternyata, pasangan ini selalu terlibat cekcok hebat. Sampai suatu ketika sang istri pun meninggalkan pelayanan. Persoalannya, suami sebagai orang yang ahli musik selalu mengkritik suara dan tehnik bernyanyi sang istri yang tak pernah pas di telinganya. Dan ternyata rumah tangga ini tak berumur panjang, karena suami mendadak meninggal dunia. Akhirnya ia pun hidup menjanda sambil membesarkan anak semata wayang. Sampai suatu saat Tuhan mempertemukannya dengan seorang pria yang sangat mencintainya, yang akhirnya melamar dan menikahinya. Jika suami terdahulu seorang ahli musik, kali ini  hanya sebagai seorang tukang bengkel sepeda motor. Meskipun demikian, ternyata hidup mereka sangat berbahagia. Dan yang sangat indah sang  suami, alias si tukang bengkel ternyata sangat senang mendengar suara nyanyian sang istri. Rasa capek bekerja seharian serasa hilang begitu mendengar nyanyian sang istri. Itulah yang selalu mewarnai dan menjadi keceriaan dalam rumah tangga itu. Sang suami selalu merindukan, memuji dan mendorong sang istri untuk bernyanyi dan mengembangkan bakatnya. Sampai akhirnya sang istri kemudian kembali melayani Tuhan lagi melalui suaranya merdu. Dan akhirnya ia pun menjadi seorang penyanyi yang terkenal. Hebatnya dari kisah ini adalah, sang istri bisa kembali melayani Tuhan dan menjadi penyanyi terkenal bukan ketika suami seorang ahli musik, tetapi justru ketika bersuamikan seorang tukang bengkel.

Kisah di atas sebenarnya menggambarkan bagaimana keadaan jemaat di Korintus yang merasa hebat dengan karunianya masing-masing. Sehingga menganggap karunianyalah yang paling utama, akhirnya mengkritik, mengecilkan dan membungkam karunia-karunia yang lain. Jika hal demikian terus-menerus terjadi, dampaknya jemaat malah akan terpecah belah. Padahal tujuan utama karunia diberikan oleh Allah supaya untuk membangun, menjadi berkat yang memuliakan nama Tuhan. Itu sebabnya Rasul Paulus mengingatkan jemaat bagaimana memaknai dan memanfaatkan karunia dengan baik. Sebab Allah memperlengkapi umatNya dengan karuniaNya untuk menyatakan karyaNya.

  1. Dasar menggunakan karunia adalah kasih. “... Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku mempunyai iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna ...  Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu; Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong ...” (1 Kor 13 : 2, 4).
  2. Tujuan Allah memberi karunia adalah supaya jemaat saling membangun dan memperlengkapi sebagai anggota tubuh Kristus, sehingga Allah saja yang dipermuliakan. Sebab pada dasarnya Dialah yang berkarya melalui kita
  3. Kedudukan karunia sama di mata Tuhan, walaupun ada berbagai macam karunia, namun semua berguna dan penting, karena memiliki fungsinya sendiri. Paulus mengibaratkan seperti anggota-anggota tubuh kita. Yang walaupun berbeda-beda namun harus bekerja sama, bersatu secara harmonis supaya menjadi baik dan mencapai tujuan

MINGGU 12 MEI 2024, KHOTBAH MAZMUR 31:1-5 (MINGGU EKSAUDI)

Invocatio :

Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.”(Pilipi 3:16)

Ogen :

 Kisah Para Rasul 1:1-5 (Tunggal)

Khotbah :

Mazmur 31:1-5  (Responsoria)

Tema  :

Pemindon Lako Iampang-ampangi Tuhan ( Permohonan atas Perlindungan Tuhan)

 

Pendahuluan :

Minggu ini kita memasuki Minggu Exaudi. Exaudi berasal dari bahasa Latin, seperti yang tertulis dalam Mazmur 27:7 (Bhs. Latin: Exaudi, Domine, vocem meam, qua clamavi ad te),  yang artinya: Dengarlah, Tuhan, seruan yang kusampaikan. Tema sentral yang disuarakan pada Minggu Exaudi ini adalah doa permohonan atas pertolongan Allah. Sama seperti Daud yang menyerukan permohonannya agar Allah menolongnya dalam menghadapi pergumulan, demikianlah umat percaya hendaknya berseru memohon pertolongan Tuhan dalam menghadapi segala persoalan hidup dan pergumulan di dunia ini.

PENJELASAN TEKS

Teks Khotbah : Mazmur 31:1-5

Ketika menulis Mazmur 31 ini kemungkinan besar Daud sedang dikejar-kejar oleh Saul yang berniat membunuhnya. Sehingga Daud harus melarikan diri, menjadi “buronan”dan tinggal di Padang gurun di tempat persembunyian. Ia tinggal di pegunungan di Padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.
Daud takut, karena Saul telah mengerahkan kekuatan & kuasanya untuk mencabut nyawanya (1 Samuel 23:14-15). Kondisi Daud waktu itu dalam bahaya dan nyawanya terancam, tidak mudah baginya untuk dapat melindungi dan menyelamatkan dirinya, karena Saul adalah raja yang sangat berkuasa pada waktu itu, yang mengerahkan segala upaya untuk mengejar dan menangkapnya. Tidak ada tempat perlindungan yang aman baginya, kecuali hanya dalam perlindungan Tuhan. Karena itu Daud berdoa, memohon dengan sungguh kepada Tuhan, sambil memuji dan menyembah.

Ayat 1-3 : Iman Daud tampak saat dia meyakini TUHAN sebagai "gunung batu" tempat perlindungan, "kubu pertahanan" yang menyelamatkannya. Daud sangat yakin mendapat perlindungan di dalam Tuhan. Berdasarkan keyakinan inilah dia berseru untuk mendapatkan kelepasan dan merasakan keamanan dalam perlindungan Tuhan. Daud yakin bahwa Tuhan akan bertindak sebagai Hakim yang adil, yang mengetahui bahwa ia tidak bersalah terhadap para musuhnya, karena itu ia berseru dan percaya Tuhan akan melindungi, sehingga Daud tidak akan mendapatkan celaka dan malu.

Ayat 4-5 : Pemazmur yakin Tuhan akan menuntun dan membimbingnya, serta melepaskannya dari rencana jahat para musuhnya. Ini nampak dari ungkapan pemazmur : “Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku…mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku.”
Sekalipun Daud dalam pergumulan yang berat & nyawa yang terancam, tapi tetap yakin akan perlindungan Tuhan, dia tidak putus asa, atau mencari pertolongan di luar Tuhan, tapi tetap mengandalkan Tuhan. Dia memohon TUHAN menuntun dan membimbingnya (31:4b), menyatakan bahwa TUHAN-lah Pemilik hidupnya (31:6, 16), serta meyakini TUHAN setia dan mendengar doanya (31:22-23). Pesannya : Ini jugalah yang harus menjadi keyakinan kita, saat kita menghadapi pergumulan seberat apapun, berseru & berharaplah pada Tuhan, yakinlah Tuhan akan menuntun  dan melepaskan kita keluar dari setiap persoalan hidup kita. Seperti Daud, yang sungguh memiliki pengenalan akan Allah; dan itulah yang membangkitkan iman-nya. Jadi, pesan pentingnya di sini adalah : bukan pada persoalan apakah kita punya iman yang besar atau kecil, melainkan apakah kita memiliki pengenalan yang benar akan Allah. Sebab iman lahir dari pengenalan yang mendalam akan TUHAN. Seperti Daud, kita pun harus berdoa dengan pengenalan yang benar akan Allah. Pengenalan akan Allah sangat menentukan cara kita menghadapi pergumulan & melihat karya TUHAN dalam berbagai situasi hidup kita. 

Ogen : Kisah Para Rasul 1:1-5 :

Kisah Para Rasul adalah kitab kedua yang ditulis oleh tabib Lukas untuk Teofilus yang merupakan tokoh terkemuka berkebangsaan Romawi sehingga ia menyebutnya yang mulia (Luk. 1:1-4).

Ay. 1-3: Keterangan awal ini memberikan petunjuk ringkas tentang Injil Lukas (kitab pertama) yang ditulis oleh Lukas tentang segala sesuatu yang diajarkan dan dikerjakan oleh Yesus selama Dia hidup sampai ketika Ia terangkat ke Surga. Lukas memberikan penjelasan lanjutan dan kesaksiannya yang bertujuan untuk menuntun dan menguatkan Teofilus, juga kepada semua orang percaya, bahwa Kristus sungguh-sungguh bangkit dan hidup, dan ini dibuktikan oleh banyak tanda, termasuk oleh Yesus sendiri yang selama empat puluh hari menampakkan diriNya berulang-ulang sambil menyampaikan tentang Kerajaan Allah.

Ay 4-5 : Yesus memerintahkan  murid-murid-Nya untuk tidak meninggalkan Yerusalem, tapi menantikan janji akan kedatangan Roh Kudus, dan baru setelah itu mereka berpencar untuk memberitakan Injil. Sekalipun menunggu adalah pekerjaan yang “membosankan” tapi para rasul patuh dan taat atas apa yang diperintahkan Yesus, tetap diam dan tinggal di Yerusalem sampai kedatangan Roh Kudus. Ketaatan adalah sesuatu yang penting bagi setiap orang yang memberitakan Injil. Bagaimana kita bisa menyuruh orang menerima Dia sebagai Tuhan, jika kita sendiri tidak taat ? Jadi jelas bahwa seorang pemberita Injil harus belajar mentaati Tuhan. Mengapa para Rasul harus menunggu janji Tuhan akan kedatangan Roh Kudus ? Sebab Roh Kuduslah yang akan menjadi kekuatan & memperlengkapi para Rasul dalam memberitakan Injil Kristus. Keberhasilan dalam Pemberitaan Injil sepenuhnya tergantung pada kuasa dan pertolongan Roh Kudus, bukan pada kemampuan para rasul.

Invocatio : Filipi 3:16

Pada bagian teks invocatio ini, Paulus memberi semangat kepada jemaat di Filipi agar tetap setia dan  teguh dalam iman mereka kepada Yesus Kristus, karena ditengah Iman yang sudah terperlihara dalam kehidupan jemaat Filipi, Paulus mendengar bahwa ada para penyesat yang memberi pengajaran dan pemahaman yang menyesatkan, yang dapat menyebabkan perpecahan jemaat dan juga melemahkan Iman jemaat kepada Kristus. Oleh karena itulah Paulus menegaskan kembali kepada jemaat Filipi agar tetap teguh dan kuat, meneladani Paulus dan tetap pada pemahaman iman yang benar seperti yang telah diajarkannya, serta fokus pada panggilan sorgawi dari Allah didalam Kristus Yesus. 

Aplikasi/Kesimpulan

Melalui ketiga bagian Firman Tuhan di Minggu Eksaudi ini kita menemukan beberapa point penting yang menjadi perenungan kita bersama, yaitu :

1. Jadikan Tuhan tempat kita berseru dan berlindung, yakinlah bahwa kita akan aman dalam perlindunganNya.

Mari meneladani Daud, yang sekalipun dalam pergumulan yang berat & nyawa yang terancam,  tapi tetap yakin akan perlindungan Tuhan, dia tidak putus asa, atau mencari pertolongan di luar Tuhan, tapi tetap mengandalkan Tuhan. Daud menjadikan Tuhan sebagai tempatnya berseru memohon perlindungan, TUHAN yang sanggup menuntun dan membimbingnya (31:4b), percaya bahwa TUHAN-lah Pemilik hidupnya (31:6, 16), serta meyakini TUHAN setia dan mendengar doanya (31:22-23). Demikian halnya dengan kita, bila tengah menghadapi pergumulan jangan mencari pertolongan yang lain terlebih dahulu (teman, deking atau kuasa lain di luar Tuhan) tapi jadikan Tuhan sebagai tempat yang pertama dan utama bagi kita berseru dan memohon pertolongan. Terlebih hari-hari ini, di saat semakin beratnya beban hidup dan tekanan persoalan, yang mengakibatkan banyak orang yang mengalami depresi, putus asa, kehilangan pengharapan dan mencari jalan pintas dengan cara mengakhiri hidup. Terkini, kasus bunuh diri keluarga dilaporkan terjadi di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024).

Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), terdapat 287 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang 1 Januari-15 Maret 2024, sementara menurut Kompas.id sekitar 869,10 persen kasus bunuh diri di Indonesia tidak terlaporkan karena masih dianggap aib secara sosial dan budaya.

Di tengah beragam persoalan hidup yang menunjukkan tingginya keputus-asaan, bangkitkan iman dan pengharapan kita. Mari miliki keyakinan seperti Daud, ketika menghadapi pergumulan seberat apapun, datang, berseru & berharaplah kepada Tuhan, yakinlah Tuhan sanggup menolong kita bahkan melebihi apa yang sanggup kita pikirkan dan kita doakan.

 2. Pengenalan akan Allah sangat menentukan cara kita menghadapi pergumulan serta tetap taat dalam berbagai situasi hidup. 

Tuhan tidak pernah menjanjikan kehidupan kita sebagai orang percaya akan mulus, tanpa pergumulan dan masalah. Orang yang “beriman” dan “yang tidak beriman” selama menjalani kehidupan di dunia ini, sama-sama akan menghadapi pergumulan hidup. Akan tetapi yang membedakan orang percaya dengan yang tidak, adalah bagaimana sikap dan cara kita menghadapi pergumulan tersebut. Pengenalan akan Allah menentukan mutu kehidupan seseorang. Semakin mengenal Allah, maka semakin tinggi kualitas hidup seseorang, yang memampukannya tetap yakin akan kuasa Tuhan  serta tetap taat, sekalipun dalam situasi sulit. Ketiga tokoh dalam teks Khotbah, Ogen dan Invocatio kita, Daud, murid-murid dan juga Paulus, adalah orang-orang yang memiliki pengenalan yang mendalam akan Tuhan sehingga tetap yakin, patuh dan taat, sekalipun menghadapi situasi sukar. Jangan pernah mundur dalam iman, ketaatan dan pelayanan hanya karena tantangan dan pergumulan hidup karena Tuhan sumber pertolongan dan perlindungan kita. Ketika kita terus bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Tuhan, kita akan kuat dan tidak gampang menyerah, juga tidak akan mudah disesatkan oleh pengajaran-pengajaran yang menyesatkan. Tetap teguh dan Setia dalam Iman kepada Kristus sekalipun ada banyak tantangan. Sebab siapa yang tetap setia dan taat menjalankan perintah dan firman-Nya bahkan tetap setia di jalan Tuhan dalam menghadapi penyesat mereka akan memperoleh hadiah sorgawi dari Allah didalam Kristus Yesus (bdk. Invocatio)

3. Ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan memampukan kita menjadi alat-Nya yang diperlengkapi olehNya

Melalui para Rasul kita juga belajar tentang kepatuhan dan ketaatan akan perintah Tuhan, ketika diperintahkan untuk menunggu janji Tuhan akan kedatangan Roh Kudus dan tetap tinggal di Yerusalem. Kalau kita melihat catatan Kisah Para Rasul 1:14, setelah murid-murid menyaksikan Yesus terangkat ke sorga, maka kembalilah mereka ke Yerusalem, dan naiklah mereka ke ruang atas. Mereka bertekun dengan sehati dalam doa bersama. Kita melihat di sini murid-murid terus bertekun dalam doa, sampai turunnya Roh Kudus.Sekalipun para rasul adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan.Tetapi dalam ketaatannya, Tuhan memperlengkapi mereka sehingga mereka bisa menjadi alat Tuhan yang luar biasa dalam Pemberitaan Injil.

Pdt. Jenny Eva Karosekali-GBKP Rg. Harapan Indah

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD