Khotbah Minggu 10 September 2017

Bimbingan Khotbah, Minggu 10 September 2017

Minggu XII Setelah Trinitatis/ Minggu PERMATA GBKP

Invocatio : “Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanaman-tanaman yang tumbuh menjadi   besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana” (Mazmur 144 : 12)

Bacaan         : 1 Timotius 4 : 11 – 16

Khotbah       : Keluaran 33 : 11; Bilangan 27 : 15 – 23

Tema           : “Menjadi Pemimpin Sejak Muda”

     Pendahuluan

‘Yang muda yang berkarya; yang muda yang berprestasi dan Berjaya’. Inilah harapan orang-orang muda dan juga para orangtua. Hal ini sudah terbukti. Di tingkat global kita mendengar dan melihat sosok seperti Emmanuel Macron presiden termuda yang memimpin Prancis saat ini, Mark Zuckerberg seorang muda pemilik sekaligus pemimpin Facebook yang hebat dan luar biasa. Di tingkat nasional kita mendengar gubernur Lampung saat ini menjadi pemimpin dan gubernur termuda di Indonesia. Memimpin di usia muda, memimpin sejak muda ternyata bisa. Tuhan mau dan Tuhan berkenan memakai orang muda memimpin dan jadi pemimpin. Namun demikian pemimpin tidak terlahir dengan sendirinya. Pemimpin harus disiapkan dan dipersiapkan. Tantangan menjadi pemimpin tidak sedikit dan tidak ringan. Lihatlah peredaran NARKOBA yang luar biasa saat ini. Ratusan kilogram bahkan berton-ton barang haram dan terlarang tersebut ditangkap POLRI. Indonesia menjadi sasaran perederan dan perdagangan NARKOBA internasional. Target korbannya sebagian besar adalah pemuda-pemudi bangsa. 50 orang mati di Indonesia gara-gara narkoba setiap hari. Sebagian besar korbannya adalah pemuda. Selain bahaya narkoba, pergaulan bebas (free sex) adalah juga tantangan kaum muda. Sehingga untuk menjadi pemimpin di saat sekarang maupun nanti benar-benar menjadi tantangan. Sekalipun demikian, Firman Tuhan hari ini tetap memanggil kaum muda khususnya para pemuda gereja untuk menjadi pemimpin.      

     ISI

 

Nabi Musa sadar akan pentingnya pemimpin bangsa Israel (ayat 15-17, 22-23)

     Nabi Musa tidak diizinkan Tuhan memimpin bangsa Israel sampai ke tanah perjanjian di Kanaan. Hal ini terjadi karena Musa telah berdosa dengan tidak menjaga kekudusan Tuhan. Musa tidak sabar menunggu tindakan Tuhan dan memukul batu di Masa dan Meriba ketika bangsa Israel bersungut-sungut meminta air. Oleh karena itu, Tuhan hanya memberi kesempatan kepada Musa untuk melihat tanah Kanaan dari kejauhan yaitu dari gunung Abarim/ Nebo (ayat 12-14). Walau Musa tidak diizinkan Tuhan terus memimpin Israel sampai ke Kanaan, namun Musa tetap menunjukkan kedewasaan iman dan kepemimpinannya. Musa tetap taat dan memikirkan akan kepemimpinan selanjutnya setelah dia. Musa bukanlah gila jabatan. Musa tidak juga pribadi yang egois. Ia tidak mengutamakan kepentingan pribadinya tetapi terlebih kepentingan bangsanya. Karena itu Musa meminta kepada Tuhan agar mengangkat seorang pemimpin menggantikan dia. Seorang pemimpin untuk mengepalai/ memimpin bangsanya keluar dari padang gurun dan pada waktunya memimpin dan memasuki tanah Kanaan. Musa tidak mau bangsanya seperti domba-domba yang tidak punya gembala (ayat 15-17). Kita lihat Musa taat melakukan apa yang diminta dan diperintahkan Tuhan kepadanya (ayat 22, 23).

     Seperti Musa, gereja juga harus sadar akan pentingnya dan perlunya pemimpin. Seperti Paulus yang mendidik dan memperlengkapi Timotius menjadi pemimpin, maka gereja terutama pejabat gereja harus mendidik, melatih dan memperlengkapi jemaatnya menjadi pemimpin sejak mudanya. Marilah para pendeta, pertua dan diaken menyadari panggilan dan kehendak Tuhan akan pemimpin dan kepemimpinan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi jemaatnya. Janganlah para pejabat Tuhan mementingkan diri sendiri tetapi kepentingan umum, kepentingan bersama. Kepentingan diri sendiri harus diletakkan di bawah kepentingan bersama. Jangan sepele atau anggap ringan soal kepemimpinan gereja. Jangan setelah duduk (baca ‘menjabat’) lupa berdiri (haus kekuasaan). Gereja harus mejadi garda terdepan dalam hal kepemimpinan. Tidak boleh ada kekosongan pemimpin dan semangat kepemimpinan yang benar, pintar, bijak dan bersih baik di gereja maupun di bangsa kita. Bila sudah saatnya kata Tuhan melalui orang banyak mundurlah dengan jiwa besar. Berilah kesempatan kepada yang lain yang lebih mampu. Kepemimpinan malah harus dipersiapkan. Pendidikan, pembinaan, pelatihan dan kaderisasi pemimpin dan kepemimpinan harus dipikirkan dan dipersiapkan.

TUHAN menunjuk Yosua menggantikan nabi Musa (ayat 18-21)

             Tuhan menjawab permintaan Musa. Tuhan bahkan memerintahkan Musa sedemikian rupa, terperinci apa yang harus dia lakukan terhadap Yosua untuk menjadi seorang pemimpin Israel. Dengan cara itu jelaslah dan nyatalah bahwa adalah kehendak Tuhan dan ketetapanNyalah Yosua memimpin umatNya.

Tuhan yang memilih, mengangkat dan menetapkan para pemimpin. Jabatan pemimpin datang dari Tuhan (bnd Efesus 4:11). Tuhan tahu siapa yang bisa menjadi pemimpin. Dia tahu yang terbaik. Tuhan telah memilih siapa yang akan memimpin dan jadi pemimpin. Tuhan tidak pernah salah memilih pemimpin umatNya. Manusialah yang kadang dan sering salah dalam memilih pemimpinnya. Karena itu Tuhan pernah mengingatkan Samuel dengan berkata, ‘Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati’ (1 Samuel 16:7). Dalam kita memilih pemimpin, mintalah bimbingan, tuntunan dan pertolongan Roh Kudus.

           Yosua sang Pemimpin yang muda

           Tuhan menunjuk Yosua bin Nun yang masih muda, seorang yang penuh roh untuk diangkat menggantikan Musa. Ada beberapa kriteria seorang pemimpin yang kita dapati pada diri Yosua yaitu: dipenuhi roh, sejak kecil mau dan senang beribadah. Ia tidak meninggalkan kemah (Kemah pertemuan) ketika Musa berjumpa dan bercakap-cakap dengan Tuhan di padang gurun (bnd. Keluaran 33:11), Yosua menjadi abdi Musa sejak masih kecil, setia mengikut dan melayani Musa, dan taat ketika Musa menyuruh dia berperang melawan orang Amalek di Rafidim (Keluaren 17:8-15). Dalam bacaan kita yang pertama kita melihat Timotius seorang muda yang memimpin dan melayani jemaat Efesus. Sama seperti Yosua, Timotius sejak kecil dididik dan dilatih tekun beribadah oleh neneknya Lois dan ibunya Eunike (2 Timotius 1:5). Timotius tidak boleh rendah diri oleh karena dia masih muda. Yusuf memimpin Mesir sebagai orang kedua ketika umurnya 30 tahun (Kej. 41:46).

Tema: “Menjadi pemimpin Sejak Muda”. Menjadi pemimpin tidak harus di saat tua, boleh di saat usia muda. Menjadi pemimpin tidak terjadi dengan sendirinya. Didikan, latihan dan displin adalah keharusan bagi anak sejak kecil. Firman Tuhan berkata, ‘Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu’ (Amsal 22:6). Menjadi pemimpin tidak melulu soal pemimpin besar seperti presiden, gubernur, bupati, direktur, manajer, sekretaris eksekutif, ketua Moderamen, klasis, runggun dst. Ya, menjadi pemimpin itu mulai dari diri sendiri. Menjadi pemimpin bagi diri sendiri, bisa memimpin dan menguasai diri sendiri. Orang muda bisa berkarya, orang muda bisa berprestasi. Tunjukkan bahwa kamu orang muda juga bisa memimpin. Ayo Permata kamu bisa. Bisa apa? Bisa memimpin dengan baik. ‘Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu’ (1 Tim. 4:12). Jangan mau direndahkan atau dianggap rendah oleh orang lain. Terlebih jangan merendahken diri sendiri dengan kebiasaanmu, prilakumu dan karaktermu yang buruk. Percaya kepada Tuhan bahwa Dialah yang menolong dan memampukanmu. Tunjukkan kualitas hidupmu. Jadilah inspirator dan motivator yang baik bagi temanmu, sesamamu. Percaya pada diri sendiri, percaya kepada kapasitas dann kapabilitas yang Tuhan beri. Berlombalah menjadi teladan dalam hal yang baik. Latihlah dirimu hai para pemuda untuk beribadah. ‘Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang’ (1 Tim. 4:8).

       Penutup/ kesimpulan

       Sekali lagi selamat Ulang Tahun PERMATA GBKP yang ke 69 tahun. Bertekunlah di dalam Tuhan. Bertekun dalam latihan rohani. Rajin dan giat dalam program-program Permata juga runggun. Jadilah teladan sebagai pemuda-pemudi gereja. Kenali potensi dan talentamu. Pakai dan kembangkanlah itu. Jangan tunggu dan jangan tunda melayani Tuhan sejak masa mudamu. Maka engkau akan dipakai Tuhan lebih lagi dalam KerajaanNya. Dan engaku akan semakin diberkati dan berbahagia. Amin.

Pdt. Juris F. Tarigan, MTh

GBKP RG Depok - LA

081316879945

Khotbah Minggu 30 Juli 2017

Khotbah Minggu 30 Juli 2017
Minggu VII Setelah Trinitatis/Minggu Kuasa Allah Menang

Invocatio : "Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepada-Nya." (Mazmur 97:7)
Bacaan : Kejadian 31:31-35
Khotbah : Wahyu 14:6-12
Thema : "Sembahlah Tuhan Allah Saja!"

I. Pendahuluan
Ketika bangsa Israel akan memasuki negeri Kanaan, salah satu Firman Tuhan yang disampaikan Tuhan Allah melalui Musa di dalam Dasa Titah, jika dipatuhi Akan diberi berkat tetapi jika dilanggar akan mendatangkan celaka yaitu "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku" (Kel. 20:3-7). Di dalam PB penyembahan berhala di jelaskan dalam arti yang lebih luas, misalkan di dalam kitab Kolose 3:5,6 "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)." Allah murka kepada orang-orang yang menyembah berhala, sementara manusia cenderung jatuh ke dalam rupa-rupa penyembahan berhala. Damai sejahtera manusia terancam oleh rupa-rupa berhala yang memiliki daya tarik menggoda manusia meninggalkan Tuhan Allah dan menyembahnya.

II. Pembahasan
Ketika Yohanes di buang ke pulau Patmos, ditengah tengah pengasingannya Allah menyampaikan pengelihatan; seorang malaikat terbang di langit dan padanya ada injil yang kekal untuk diberitakan kepada semua orang dan semua makhluk. Hadirnya malaikat itu seperti hadirnya sebuah kebenaran yang kuat menerobos kegelapan dan kejahatan dengan seruan "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saatnya penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air". "Takutlah akan Allah" sama artinya dengan seruan "Bertobatlah!" Kehadiran malaikat dan Firman yang diserukannya menjadi penghiburan dan semangat bagi orang percaya yang saat itu mengalami penderitaan dan tekanan, sebab hari Tuhan yang dinanti-nantikan akan segera datang. Peristiwa ini juga menjadi berita syalom bagi orang-orang yang menentang kebenaran Kristus dan yang melakukan penyembahan berhala, apabila mereka bertobat dan percaya kepada Allah. Tetapi berita ini adalah berita yang mengejutkan dan menyedihkan bagi orang-orang yang tetap tidak percaya dan yang tetap menyembah berhalanya, sebab seruan "Takutlah akan Tuhan" menjadi peringatan terakhir sebab penghakiman Tuhan sudah di mulai.

Peristiwa ini memiliki persamaan dengan kisah penciptaan di dalam kitab Kejadian 1:1-27; ketika Allah menciptakan dunia, keadaan bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya. Keadaan bumi kacau balau dan Roh Allah melayang-layang di atasnya, tidak terpengaruh dan berkuasa di atas segalanya. Lalu Allah berfirman "Jadilah terang" lalu terang itu jadi.... Kehadiran Allah bersama Firman yang diserukanNya berkuasa mendatangkan kedamaian dan kesejukan sehingga semua kekacau balauan menjadi baik dan sempurna.

Kemudian Yohanes melihat malaikat yang ke dua menyerukan "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, yang telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya." Berita ini diangkatkan untuk mengingatkan kembali kehancuran negeri Babel yang mengerikan sebab patung-patung berhalanya telah menjadi puing-puing (bd. Yes. 21:9). Ketika Firman Allah diberitakan maka kuasa dan pemerintahan Allah dinyatakan, kuasa Allah merubuhkan dan menghukum si jahat dan penentang kebenaran. Kehadiran Firman Allah adalah kehadiran Allah telah merubuhkan dan menghancurkan kota Babel yang dikenal sebagai kota yang melegenda, kota yang terkuat. Suatu kota kuat bukan terjadi dengan sendirinya tetapi dipahami salah satunya ditentukan oleh kuatnya berhala yang di puja yang dipercaya senantiasa berjaga melindungi dan memberkati kota itu. Kehancuran suatu kota juga berarti kehancuran kuasa berhala yang menguasai kota itu. Karena itu berita kehancuran kota Babel adalah menjadi pengumuman yang meyakinkan orang percaya bahwa Allah tetap lebih besar dan berkuasa dari dewa atau berhala yang diyakini orang menjaga kota Babel.

Di dalam Yeremia 51 tentang Babel dituliskan "Babel tadinya seperti piala emas di tangan TUHAN yang memabukkan seluruh bumi. Bangsa-bangsa minum dari anggurnya, itulah sebabnya bangsa-bangsa menjadi gila." Di dalam Wahyu 17:2-5 dan 18:3 tentang Babel tertulis "Dengan dia raja-raja di bumi telah berbuat cabul, dan penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya. Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah ungu, ... Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi." karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya."

Kemudian Yohanes melihat malaikat yang ke tiga menyerukan hukuman berat (sepertinya tidak ada pengampunan lagi) bagi orang-orang yang telah mengikat diri mendalam dengan berhala dan telah memakai cap berhala pada dahi dan tangannya. Dalam murkanya di hadapan Anak Domba (Yesus Kristua), Allah akan menghukum mereka dengan api dan belerang yang menghanguskan seperti Allah menghukum kota Sodom dan Gomora dengan hujan api dan belerang (bd Kej. 19:24). Mereka yang telah menerima tanda nama dari berhala patung dan binatang itu, siang malam akan disiksa.

Refleksi dan renungan.
Sebuah renungan dari kitab Keluaran 23:24,25: "Janganlah engkau sujud menyembah kepada allah mereka atau beribadah kepadanya, dan janganlah engkau meniru perbuatan mereka, tetapi haruslah engkau memusnahkan sama sekali patung-patung berhala buatan mereka, dan tugu-tugu berhala mereka haruslah kauremukkan sama sekali. Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu." Perintah Allah kepada Israel dan orang percaya jelas dan tegas ; jangan sembah berhala, jangan cemburu atas kesuksesan para penyembah berhala jangan tiru perbuatannya, tetapi perangilah berhala-berhala; remukkan, hancurkan. Beribadahlah kepada Tuhan Allah saja supaya mendapat berkat yang melimpah, diberi kecukupan dan kesehatan.

Allah yang kita sembah adalah Allah yang penuh kasih dan mencintai damai. Segala keputusanNya dan tindakanNya adalah untuk mewujudkan damai sejahteraNya kepada manusia. Allah adalah yang memperjuangkan perdamaian bagi bumi dan semua makhluk, karena itu di semua rancanganNya akan terwujud kedamaian yang abadi. Atas segala kejahatan dan pelanggaran manusia, yang dikehendakiNya supaya manusia bertobat dan kembali kepadaNya. Allah tidak membuat rancangan atau membuat perangkap untuk menjebak dan menghukum orang-orang yang menentang kebenaranNya, tetapi yang di inginiNya supaya semua orang yang menentang kebenaranNya segera bertobat dan menikmati damai sejahteraNya. Sembahlah Tuhan Allah saja!

Pdt. Ekwin Wesly Ginting, S.Th, M.Div
GBKP Rg. Sitelusada-bekasi

Khotbah Minggu 23 Juli 2017

KHOTBAH MINGGU 23 JULI 2017
MINGGU VI SETELAH TRINITAS /MINGGU PENINGKATAN EKONOMI JEMAAT

Invocatio : “.... hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39)
Bacaan  : Matius 14:13-21 (Tunggal)
Khotbah : Kejadian 41:47-49, 53-57 (Tunggal)
Tema     : Menata/Mengelola “Harta/Yang Kita Miliki ” Dengan Baik

I. Pendahuluan
Tidak dapat dipungkiri bahwa “harta yang kita miliki” menjadi salah satu faktor yang sangat mendukung untuk mendapatkan hidup bahagia. Kebahagiaan hidup tidak cukup “sehat jasamani dan sehat rohani”. Kebahagiaan atau kesejahteraan hidup di dukung oleh faktor, “hati penuhpuas atas berkat Tuhan (bersyukur = mendapat berkat dan menjadi berkat), otak penuh (cerdas, bijaksana, terampil dan kreatif dan inovatif “. Dompet penuh (hidup ”pas-pasan” perlu makan pas ada uang, perlu membantu orang pas ada, perlu beli rumah pas ada, perlu beli mobil pas ada, apa yang kita butuhkan yah pas ada...”).

Pandangan Paulus tentang manusia adalah “Trikhotomi” yaitu terdiri dari 3 bagian yaitu: Roh Jiwa dan Tubuh (bdk. 1 Tes. 5:23).
 Roh adalah prinsip kehidupan manusia. Roh adalah nafas yang dihembuskan oleh Allah ke dalam manusia dan kembali kepada Allah, kesatuan spiritual dalam manusia. Roh adalah sifat alami manusia yang 'immaterial' yang memungkinkan manusia berkomunikasi dengan Allah, yang juga adalah Roh.
 Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi beberapa unsur, pikiran, emosi (perasaaan) dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir, Dengan perasaannya manusia dapat mengasihi dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih.
 Tubuh adalah unsur lahiriah manusia, unsur daging yang dapat dilihat, didengar, disentuh, dan sebagainya.

Untuk mendapatkan kebahagiaan hidup harus memenuhi kebutuhan, ketiga bagian unsur kehidupan manusia ini. Roh kebutuhan tentang religius, bersekutu, barsaksi dan melayani, dan hal ini juga hampir tidak bisa dilakukan tanpa “uang”. Kebutuhan jiwa yang memberikan “kenyamanan, keamanan, dan sukacita” hal ini mungkin yang paling banyak membutuhkan material. Kebutuhan jasmani (tubuh) makanan, minuman, pakaian dan semuanya juga hampir tidak dapat dipisahkan dari tuntutan pemenuhan dari hal-hal materi.
Memang manusia makhluk rohani, tapi bukan roh, jadi tidak cukup makan angin (roh). Manusia punya tubuh sehingga dia perlu makan, minum, pakaian, rumah dan lain sebagainya. Manusia itu punya jiwa (perasaan) perlu rasa aman dan nyaman, kepuasan dan suka cita. Kebutuhan hakiki manusia sebagai makhluk sosial adalah “ingin dicintai dan mencintai (dikasihi dan mengasihi), untuk dicintai dan mengasihi membutuhkan “alat atau media” yaitu materi.

Memang materi bukan menjadi tujuan hidup, tetapi tanpa materi juga mungkin kita sulit untuk sampai pada tujuan hidup yaitu kebahagiaan dunia dan persiapan hidup kekal.

Minggu ini di sebut dengan Minggu peningkatan Ekonomi Jemaat, mari kita belajar dari Firman Tuhan yang menjadi renungan kita Minggu ini.

II. Pendalaman nats
Dengan proses perjalanan yang panjang Yusuf dapat tiba di Mesir dan menjadi orang nomor 2 di negeri orang. Yusuf adalah orang yang di penuhi oleh Roh Allah (ay. 38). Hal ini berawal dari ketika dia mampu menafsirkan mimpi raja tentang tujuh (7) ekor lembu yang gemuk dan tujuh (7) lembu yang kurus (ay. 18-19). Arti mimpi itu adalah tujuh tahun masa berkelimpahan dan 7 tahun masa kelaparan.

Bekerja Keras Dalam Waktu YangTepat (Ay. 47)
“Tanah itu mengeluarkan hasil bertumpuk-tumpuk dalam ke-7 tahun..” Kalau kita perhatikan di Kej. 3 :17b-19a “; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu,”.
Berkat Tuhan tidak akan mengalir (tercurah) ke dunia kalau kita tidak mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawab kita. Supaya tanah dapat menghasilkan dengan maksimal, maka harus di olah dengan baik dengan sekuat tenaga.
Sebagai makhluk yang punya pikiran kita juga harus tahu “waktu yang tepat” untuk bekerja. Bekerjalah pada waktu bekerja dan beristirahatlah pada waktu istirahat, makanlah pada waktu makan, minumlah pada waktunya. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus, pasal 5:16 “..... pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”.

Seperti yang kita ketahui dari sejarah Mesir, daerah mereka itu menjadi subur oleh karena lumpur sungai Nil, yang meluap sekali setahun. Jadi waktu yang tepat untuk bekerja adalah setelah selesai banjir, semua tanah harus dikelola dan di olah dengan maksimal, dipenuhi oleh tanaman. Saat banjir datang itu adalah waktu yang harus dipakai untuk istirahat dan mengistirahatkan tanah dari tanaman. Bekerja keras di waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat akan memberikan hasil yang memuaskan. Bekerja keras dalam waktu yang tidak tepat hanya melelahkan dan menelan banyak pengorbanan dan tidak menghasilkan apa-apa.

Ada jangan di makan kalau sudah habis baru dimakan (Ay. 48-49)
Ada jangan di makan kalau sudah habis baru dimakan, pribahasa ini mengingatkan kita bahwa, :
1. Uang tabungan janganlah dihambur-hamburkan, agar kelak tidak menderita kesusahan sendiri.
2. Simpanan, bila tak ada mata pencaharian lagi barulah dipergunakan harta simpanan itu (nasihat supaya berhemat).
Mungkin pribahasa ini lahir dari praktek yang di terapkan Yusuf di Mesir. Yusuf mengeluarkan suatu peraturan supaya setiap penghasilan di setiap daerah di kumpulkan di satu kota. Jadi Yusuf mampu memotivasi semua masyarakat supaya jangan hidup berpoya-poya, tetapi harus membuat tabungan. Dengan cara ini Yusuf dapat menimbun (menabung) bahan makanan sama seperti “pasir di laut”, yang menggambarkan tentang jumlah yang sangat banyak, bahkan tidak ada orang yang sanggup menghitungnya karena tidak terhitung.

Firman Tuhan ini juga mengingatkan kita agar bijak dan cerdas dalam “pengelolaan/penataan” harta milik kita supaya tidak membawa kita kedalam penderitaan. Jangan lebih besar pasak dari tiang, jangan lebih banyak uang keluar dari pada pemasukan. Seperti pribahasa “jika ada jangan di makan kalau sudah habis baru dimakan” simpanan jangan dipakai kecuali pencaharian tidak ada lagi.
Masa Kelaparan Menjadi Berkat (Ay. 53-57)
Seperti yang sudah di katakan Yusuf sesuai dengan mimpi Firaun, tujuh (7) tahun masa kelimpahan akan diikuti oleh tujuh (7) tahun masa kelaparan. Di seluruh negeri terjadi kelaparan, tetapi Mesir tetap aman karena banyak tersedia “roti”.

Semua orang sudah mulai berteriak kepada Firaun meminta roti, lalu dia menyuruh untuk menemui Yusuf, lalu Yusuf membuka semua lumbung dan menjual gandum kepada orang Mesir dan juga dari seluruh bumi datang ke Mesir untuk mendapatkan makanan. Dalam masa kelaparan terjadi justru bangsa Mesir bisa menjadi “berkat” bagi seluruh umat yang ada di dunia pada waktu itu.

III. Pointer Aplikasi
1. Bekerjalah sekuat tenaga pada saat yang tepat, karena ada saatnya kita tidak bisa bekerja dengan baik
2. Musim akan terus mengalami perubahan, tetapi bagi orang yang mampu mengelola “hartanya” dengan baik, bukan saja mendapat keterjaminan hidup bagi dirinya tetapi juga dapat menjadi berkat.
3. Pengelolaan “harta dengan iman dan doa” akan memberikan hasil yang sangat luar biasa (bdk. Matius 14:13-21).
4. Cinta kasih memang bukan saja berhubungan dengan materi, tetapi kita akan dipermudah untuk menunjukkan “kasih” terhadap sesama jika kita memiliki “harta”. Untuk itu muliakanlah Tuhan dengan harta kita, kelolalah dengan baik setiap harta yang di anugerahkan oleh Tuhan bagi kita.

Pdt. Saul Ginting, S.Th.M.Div
GBKP Rg. Bekasi

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD