JUMAT 15 APRIL 2022, KHOTBAH JESAYA 52:13-52 (JUMAT AGUNG)

Invocatio  :

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. (1 Petrus 2:16)

Bacaan :

Ibrani 4:14-16 (Tunggal)

Tema :

Suruh-suruhen Si Ipehaga/ Hamba Yang Dimuliakan

 

A. PENDAHULUAN

Hari ini kita memperingati Jumat Agung, di mana kita mengingat kembali kematian Tuhan Yesus & kasih-Nya yang luar biasa bagi setiap kita. Melalui Peristiwa Jumat Agung, kita merenungkan kematian Kristus yang menghidupkan kita, Dia yang harus mati supaya kita hidup. Teks Jesaya 52:13-53:12 dipercaya merujuk pada Mesias, Hamba yang Mederita, yang penggenapannya digenapi setelah 700 tahun dalam diri Kristus. Penderitaan dan kematian Kristus adalah merupakan hal yang penting dalam iman Kekristenan, karena melaluinya kita mengalami penebusan. Yesus, sendiri, menjelang disalibkan mengamanatkan pada murid-murid-Nya untuk terus mengingat penderitaan-Nya melalui Perjamuan Kudus.

B. PENDALAMAN TEKS

Untuk membuktikan bahwa sang hamba yang digambarkan Yesaya mengacu kepada Kristus, ada beberapa ayat dalam PB yang menggunakan Yesaya 52: 13- 53:12 ini menunjuk kepada Kristus. Petrus mengutip Yes. 53 Ay. 5-6, digunakan untuk menunjukkan kepada Yesus (1Pet. 2:24-25). Paulus juga dalam Roma 10:16 mengutip & menghubungkannya dengan Kristus. Inilah yang mendorong beberapa penafsir menyimpulkan bahwa Yesuslah yang dinubuatkan oleh Yesaya dalam figur Hamba yang menderita. Yesaya 52:13-15 menjelaskan keberhasilan sang hamba, bahwa hamba itu akan berhasil, dan menggambarkan keadaan-Nya di masa depan dengan tiga kata: ditinggikan (yarum), disanjung (nissa’) dan dimuliakan (gabah).

Melalui Firman Tuhan pada Kebaktian Jumat Agung ini, beberapa point khotbah yang bisa kita renungkan:

1. Kristus adalah Hamba Allah yang menderita demi keselamatan kita, tapi kesetiaanNya pada misiNya menjadikanNya ditinggikan & dimuliakan.

Kita dapat memperoleh kemerdekaan dari perbudakan dosa dan ancaman murka Tuhan karena penderitaan Sang Hamba Allah. Pada bagian selanjutnya, Yesaya membahas tentang Sang Hamba yang menderita. Hamba yang dipukul, dihina, dan dibunuh demi kemerdekaan kita. Renungkan keindahan dari setiap kalimat yang dinubuatkan Yesaya, bahwa Sang Hamba itu akan ditinggikan dan dimuliakan, ini menjadi pesan utama dari teks ini & dinyatakan di awal. Inilah kesimpulan dari seluruh pembahasan teks perikop Yes 53: 13-53:12, yaitu bahwa Sang Hamba itu tidak akan gagal. Dia rela dan setia menjalankan tugas yang diberikan kepada-Nya, walau dengan perjuangan & penderitaan yang sangat berat, sebagaimana dicatat oleh Yesaya di dalam bagian selanjutnya (bdk. Yes. 53:1-12). Ini juga yang menjadi Tema kita pada Kebaktian Jumat Agung kali ini: “Hamba Yang Dimuliakan”, Dia ditinggikan & dimuliakan, setelah sebelumnya direndahkan, dihina, dimaki, dilukai & menderita sampai mati demi menggantikan hukuman atas kita supaya kita selamat.

2. Mengingat & menghargai KematianNya semakin membulatkan hati kita untuk setia melayani Tuhan.

Kebaktian Jumat Agung mengingatkan kita kembali bagaimana Kristus dengan rela menjalani langkah-Nya menuju kematian. Ketika tubuh & wajah-Nya yang penuh luka, menggambarkan beratnya derita yang ditanggung-Nya. Ketika semua orang berteriak & mengolok-olok Dia, pada waktu ingatan kita membawa kita pada peristiwa itu, mari bulatkan tekad & hati kita untuk berkata: “Yesus adalah Tuhan & Juru Selamatku! KasihNya begitu besar, aku akan mengikut Dia & mengasihiNya seumur hidupku.” Yesus menanggung semua derita bagi kita. Dialah Sang Mesias yang sejati. Mesias yang telah menderita & rela mati untuk kita.

3. Tuhan peduli & ikut merasakan penderitaan kita

Melalui Nats Ogen Ibrani 4:14-16 kita jg semakin diteguhkan karena memiliki Tuhan yang penuh kuasa dan kasih karunia yang dapat kita andalkan. Yesus adalah Imam Besar Agung, yang sungguh sempurna menyatakan kasihNya, janji penyertaan & pertolonganNya bukan omong kosong. Tidak ada penderitaan yang lebih pahit pernah dialami manusia seperti yang dialamiNya. Sebelum kita mengalami penderitaan, Dia sudah terlebih dahulu merasakan. Firman Tuhan ini meneguhkan kita, bahwa seberat apapun penderitaan yang kita hadapi, Yesus sudah terlebih dahulu menempuh jalan yang kita lalui itu, Kristus rela menggantikan kita menanggung hukuman dosa, serta mengerti akan kelemahan dan kejatuhan kita, agar Dia dapat merasakan derita & kelemahan yang kita rasakan & memberikan pertolongan yang terbaik bagi kita (ay. 15-16).

 

C. APLIKASI

Apa yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita melalui firman Tuhan ini:

  1. Kristus sudah mati mengantikan kita. Karena Ia mengasihi kita, Ia rela mengantikan kita. Dia yang adil, diperlakukan secara tidak adil. Dia yang benar, diperlakukan secara keji. Ia yang tidak berdosa, dihakimi oleh orang yang berdosa, untuk menanggung hukuman atas dosa & kesalahan kita. KasihNya tanpa syarat dan begitu sempurna karena Ia mau berkorban bukan karena kita sudah baik & bertobat tapi ketika kita masih berdosa, sebagaimana Paulus berkata, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Rom 5:8).”Dia sudah berkorban & lebih dulu melayani kita, sudahkah kita juga siap berkorban, mengasihi & melayani-Nya lebih sungguh?
  2. Salib adalah tanda kasih Tuhan kepada dunia. Dengan kematian Yesus kita ditebus & diselamatkan. Sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan & dimerdekakan, tanggung jawab kita adalah teguh berpegang pada iman & pengharapan kepada Kristus dan bersaksi tentang kasih dan keselamatan yang sudah kita terima kepada orang lain, melalui pikiran, perkataan & perbuatan, serta mensyukuri kemerdekaan yang telah Tuhan anugerahkan dengan hidup sebagai hamba Allah yang membebaskan & membawa kemerdekaan juga bagi sesama (bdk. Invocatio).
  3. Apa & bagaimanapun penderitaan yang kita alami & hadapi, Firman Tuhan ini mengingatkan bahwa Tuhan peduli & mengasihi kita. Teladan Kristus mengajarkan kepada kita untuk memiliki mental yang tangguh dalam menghadapi segala penderitaan & taat sampai mati, bukan mental “pengecut” yang lari dari masalah, tapi menghadapinya sampai mendapatkan kemenangan & dimuliakan. Mungkin hari-hari ini, di masa pandemi COVID-19 yang belum juga usai ini, ada banyak pergumulan yang menghampiri kita, umatNYA, banyak yang berjuang untuk bertahan hidup akibat dampak yang ditimbulkan pandemi, ada yang mengalami PHK, kesulitan ekonomi, berjuang dalam sakit penyakit, dsb. Firman Tuhan meneguhkan kita bahwa Tuhan peduli dan merasakan apa yang kita rasakan & akan memberi pertolongan tepat pada waktunya.

D. PENUTUP

Betapa kita harus bersyukur kepada Allah yang begitu mengasihi kita & tidak menyayangkan anakNya, Yesus Kristus sebagai Hamba yang rela menderita karena dosa, pemberontakan & kejahatan kita manusia. Dia yang suci, benar, tidak berdosa, dibuat berdosa karena kita, supaya kita bisa dibenarkan di hadapan Allah (2 Kor. 5:21). Dia telah menanggung dosa kita di kayu salib supaya kita yang percaya dan mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Selamat memperingati Jumat Agung & menghayati Kasih & pengorbanan Kristus.

 

 Pdt Jenny Eva Karosekali - GBKP Rg. Harapan Indah

MINGGU 10 APRIL 2022, KHOTBAH MAZMUR118:19-29 (MINGGU PALMARUN)

Invocatio :

Kolose 1:20b dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus

Ogen :

Matius 21:1-9 (Tunggal)   

Tema :

Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan

 

Pendahuluan

Ada satu lagu pujian yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan karena Dia baik. “Bersyukur kepada Tuhan, bersyukur kepada Tuhan. Sebab Dia baik bersyukur kepada Tuhan.” Sekalipun, situasi yang kita alami ada dalam kesusahan, penderitaan, kita percaya ada rancangan Tuhan yang baik dalam hidup kita, sehingga kita senantiasa mampu bersyukur.

Mazmur 113-Maz 118 biasa dipakai oleh orang Yahudi pada perayaan Paskah setiap tahunnya. Dua Mazmur pertama dinyanyikan sebelum perjamuan Paskah, dan sisanya setelah perjamuan. Dengan demikian menurut beberapa penafsiran, mazmur ini adalah nyanyian terakhir yang dinyanyikan Yesus Kristus sebelum kematianNya.

Pemazmur terlebih dahulu mengajak Israel secara keseluruhan (2..biarlah Israel), Pemimpin Rohani (3..kaum Harun), dan semua umat yang takut akan Tuhan (4) untuk memuji Tuhan. Setelah ajakan mengucap syukur (ay. 1-4), pemazmur menceritakan tiga kesaksian berbeda akan karya Tuhan dalam hidupnya. Yang pertama ay/ 5-9, kesaksian akan pertolongan Tuhan dari kesesakan karena himpitan musuh. Terbukti, Tuhan adalah tempat perlindungan yang lebih teruji daripada manusia, bahkan bangsawan sekalipun. Kedua, ay. 10-12, kesaksian raja akan pertolongan Tuhan ketika musuh berupaya menaklukan bangsanya. Umat Israel berulangkali mengalami bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari cengkraman dari bangsa-bangsa musuh. Ketiga, ayat 13-25 yang juga menjadi bagian kotbah kita, adalah kesaksian pemazmur yang mengalami pembentukan dari Tuhan melalui penolakan dan hajaran. Tuhan mengijinkan dia kalah dan babak belur, tetapi pengalaman itu justru membentuk kekuatan dan ketangguhan untuk tetap setia kepada Tuhan. Dialah batu yang dibuang tukang bangunan, tetapi yang dijadikan sebagai batu penjuru untuk mengokohkan sebuah bangunan. Dan kembali Masmur ini ditutup dengan ajakan bersyukur, yang merupakan ulangan dari ay. 1.

Pendalalam Teks

Sebagaimana pengantar menjelaskan bahwa perikop ini adalah ungkapan syukur pemazmur yang sungguh merasakan pertolongan Tuhan, walaupun diawali dengan penderitaan (ay. 18 Tuhan menghajar aku dengan keras), tetapi pemasmur mengimani itu adalah cara Tuhan dalam membentuk pemazmur. Sehingga pemasmur tidak lupa mengucapsyukur kepada Tuhan. Ada 6 kali kalimat yang menunjukan ungkapan syukur pemazmur atas pertolongan Tuhan (ay 19, bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk dan mengucap syukur kepada Tuhan, ay. 21 aku besyukur kepadaMu, sebab Engkau menjawab aku, dan telah menjadi keselamatanku, ay. 24 bukan hanya bersyukur tapi juga bersorak-sorak dan bersuka cita selamanya, ay. 28 Allahku aku hendak bersyukur kepadaMu, aku hendak meninggikan Engkau dan ditutup di ay. 29 ajakan bersyukur : Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Dia baik.

Dan di ay. 22-23 Apalagi yang dialami oleh pemazmur, merupakan kesaksian pengalaman hidup Yesus Kristus. Dimana Yesus menerapkan ayat ini pada diriNya sendiri karena Ia ditolak oleh umatNya sendiri, tetapi kemudian menajdi batu penjur rumah Allah yang baru, yaitu gereja. Pemazmur bermohon, supaya Tuhan memberi keselamatan dan juga nubuatan keselamatan melalui pengorbanana Kristus dan dinyanyikan oleh orang banyak ketika Yesus memasuki Yerusalem. Pembacaan Firman Tuhan pertama (ogen), Judul Yesus dielu-elukan di Yerusalem, bagaiman sambutan yang sangat antusias dari orang banyak pada waktu itu yang mengharapkan Yesus sebagai penyelamat/pembebas dari bangsa Romawi yang selama ini sudah menjajah bangsa Israel. Sehingga orang banyak menyebut Yesus bukan saja sebagai Mesias yang datang dalam nama Tuhan tetapi juga sebagai nabi yang datang dari Nazaret (11). Namun dari perspektif Yesus, Dia sengaja mendemostrasikan diriNya sebagai Mesias dengan karakter dan tujuan yang berbeda. Yesus menunggang keledai bukan kuda (sesuai dengan nubuatan nabi Zakaria (Za 9;9), keledai merupakan simbol perdamaian dan kesederhanaan, kelemahlembutan dan kerendahan hati. Yesus tidak menungang kuda yang adalah lambang kekuatan dan kuasa. Bahkan Yesus tidak menunggang induk keledai, melainkan anaknya (ay. 7). Demonstrasi Yesus ini hendak menegaskan kemesiasanNya yang bersifat rohani. Ia datang sebagai raja damai untuk membebaskan umat manusia dari belenggu perbudakan dosa dan dari konsekuensi hukaman Allah.

Aplikasi

Minggu ini adalah Minggu Palmarum, minggu yang mengingatkan kita akan peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem sebelum Dia menjalani Via dolorosa. Umat menyambutNya dengan penuh sukacita sambil menghamparkan baju-baju (seolah red karpet), di jalan dan memotong ranting ranting dari pohon dan menyembarkan nya di jalan. Tradisi ini sampai sekarang masih diteruskan oleh beberapa gereja.

Apa pesan Firman Tuhan pada minggu Palmarun tahun ini

  1. Tetaplah besyukur kepada Tuhan dalam setiap perkara hidup kita, karena Tuhan baik. Sekalipun ada-hal-hal yang tidak kita mengerti adalah cara Tuhan untuk membentuk kita. Percayalah pertolonganNya selalu tepat pada waktuNya.
  2. Pujia-pujian pengaggungan kita kepada Tuhan harus tulus, bukan karena ada keinginan kita (udang di balik batu), bahkan ada hidden agenda, sehingga seringkali yang terjadi ketika tidak sesuai dengan harapan/ekpetasi kita kecewa.
  3. KehadiranNya sebagai Juruslamat yang membebaskan orang-orang berdosa dengan kelemahlembutan, kerendahan hati bukan kekerasan dan keangkuhan. Biarlah lah terpenggil untuk menjadi penolong, pembebas, jurudamai dengan karakter yang tetap mengedepankan kerendahan hati.

 

Pdt. Larena br. Sinuhadji-Rg. Cikarang

MINGGU 03 APRIL 2022, KHOTBAH FILIPI 3:4b-14

Invocatio: Yesaya 53:3

Bacaan: Yesaya 43:16-21

Thema: Ikut Merasakan Penderitaan Kristus

 

I. Pendahuluan

Masa Prapaskah disebut passio artinya “sengsara”. Dengan demikian, makna “Minggu Sengsara” harus terus kita rayakan demi menguatkan iman percaya kita dalam menapaki perjalanan hidup kita. Minggu ini umat diajak merenungkan makna sengsara dan penderitaan Yesus yang akan terjadi. Masa Minggu Sengsara bukan dimaksudkan agar umat menyukai penderitaan (masokhisme). Dalam sikap masokhisme seseorang menyukai dan menikmati rasa sakit fisik atau psikologis yang ditimbulkan pada diri sendiri atau orang lain. Perilaku masokhisme adalah kelainan psikis dan perlu diterapi secara medis dan spiritual. Sebaliknya, melalui Minggu Sengsara ini umat diajak merenungkan bahwa keselamatan mereka telah dibayar dengan harga yang sangat mahal, yaitu darah Putera Allah, Yesus Kristus (1 Ptr. 1:18-19). Respon umat pada Minggu Sengsara ini adalah kesediaan diri untuk menghayati keselamatannya sebagai rahmat Allah, sehingga mengalami proses pembaharuan hidup dalam karya penebusan Kristus melalui pola hidup menurut keinginan Roh. Dalam sudut pandang Minggu Sengsara, umat percaya bukan menyesali dosa dan kesalahannya dengan melukai diri sendiri, sebaliknya mengalami proses pemulihan dari luka-luka dosa, yaitu pembaharuan diri yang didasarkan pada anugerah Allah.

II. Isi

Dalam Filipi 3:4-6 Paulus menyaksikan bagaimana ia dahulu hidup tanpa cela menurut ukuran keagamaan, tunduk dan taat pada hukum Taurat, status dan kedudukannya terhormat sebagai orang Farisi, dan dari kelahirannya, ia adalah orang Ibrani asli. Selain itu, Paulus memiliki semangat militan untuk menegakkan kebenaran agamanya, sehingga menganiaya umat Kristen. Inilah keutamaan yang dianggap Paulus semula hebat dan benar ternyata setelah perjumpaannya dengan Kristus dipintu gerbang kota Damsyik, apa yang dianggapnya selama ini hebat dan benar ternyata salah besar. Nilai keutamaan sebagai nilai terbaik akan diperoleh ketika seseorang memperoleh pencerahan yang membebaskan. Sering, seseorang menganggap dirinya telah melakukan nilai keutamaan hanya karena telah melakukan kewajiban agama dan moral belaka. Seharusnya, kewajiban dan tanggung jawab moral kita didasari oleh pencerahan rohani, sehingga menghasilkan sudut pandang yang baru. Melalui pencerahan rohani, kita dimampukan melihat dan menilai tiap kewajiban dan tanggung jawab moral dari lingkup yang lebih luas dan kritis. Kita tidak sekadar melihat dan memaknainya sekadar sebagai sesuatu yang harus kita lakukan dengan setia. Tetapi, kewajiban dan tanggung jawab moral kita itu secara sengaja ditempatkan pada peristiwa penyataan Allah yang telah terjadi dalam sejarah hidup manusia.

Pencerahan dan pembebasan itu terjadi melalui perjumpaan kita dengan Tuhan Yesus. Pengalaman yang mencerahkan dan membebaskan tersebut juga disaksikan Paulus setelah ia berjumpa dengan Kristus (Flp. 3:4-5). Paulus melepaskan seluruh kebanggaan yang dimiliki, setelah ia menemukan yang lebih mulia, lebih kekal, dan keselamatan yang tiada taranya. Selama kita belum menemukan sesuatu yang lebih berharga dan mulia, kita sering menganggap apa yang kita banggakan sebagai milik kita itu lebih dari segala-galanya. Namun, pada saat seseorang berjumpa dan mengenal Kristus, barulah ia menyadari bahwa seluruh kebanggaan dan kemegahannya hanyala sia-sia belaka. Setelah berjumpa dan mengenal Kristus, yang dahulu dianggap sebagai suatu keuntungan ternyata kerugian semata.

Yesaya 43:16 menyaksikan bagaimana Allah berkarya dengan membuat jalan melalui laut yang hebat. Bagi umat Israel, lautan merupakan wilayah yang berbahaya dan tempat kuasa kegelapan tinggal. Itu sebabnya mereka menghayati peristiwa keluarnya bangsa itu dari Mesir sebagai tindakan pertolongan dan karya keselamatan Allah yang mampu membebaskan mereka dari kuasa Firaun, sekaligus dari cengkeraman kuasa kegelapan. Dalam Yesaya 43:18-19 Allah menghendaki agar kita memiliki sudut pandang luas ke depan, dan mampu secara kreatif mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi kenyataan, seperti seseorang yang mampu mengubah padang gurun menjadi jalan, dan padang gurun yang kering memiliki aliran sungai. Saat hidup kita dilandasi kasih yang murni, kita akan dimampukan Allah untuk melakukan hal-hal transformatif dan kreatif sehingga karya, serta pelayanan kita dapat menjadi berkat yang tidak pernah lekang oleh waktu dan perubahan zaman. Ingatlah bahwa tujuan utama seluruh pelayanan kita pada intinya adalah kemuliaan Kristus (Yes. 43:21). Nilai keutamaan hidup kita adalah memuliakan Allah dan Kristus yang dinyatakan melalui tindakan yang transformatif dan kreatif sesuai dengan karunia hikmatNya.

III. Refleksi

Paulus memperlihatkan sikap imanya yang kita ditafsirkan maknanya dalam sudut pandang baru dalam karya penebusan Kristus. Di Filipi 3:13-14 bisa kita lihat, dengan sudut pandang iman yang baru, Paulus mampu menghayati makna “pertobatan” secara eksistensial, sehingga ia tidak terjebak pada romantisme iman di masa lalu. Melalui Kristus, Paulus menemukan kekayaan iman, sehingga ia melupakan apa yang ada di belakangnya dan mendorong dia untuk secara progresif bertumbuh dan semakin serupa dengan Kristus. Hubungan antara bahan khotbah dan bahan bacaan kita ini menghasilkan sikap iman yang otentik. Paulus menghayati iman kepada Kristus sebagai panggilan yang mendorongnya melakukan dengan antusias. Iman yang otentik dilakukan oleh Paulus dengan penuh semangat, tidak sekadar meniru dengan ekspresi orang lain. Ia tidak sekadar mengungkapkan kasihnya kepada Kristus menurut pola hukum Taurat, tetapi utamanya ia mengungkapkan secara otentik, tidak terduga dan sangat menyentuh hati.

Pengenalan yang dalam akan Kristus membuat kita mau ikut dalam penderitaan yang pernah dijalan oleh Kristus. Berada dalam persekutuan dengan Kristus berarti mengalami kuasa perubahan: kuasa pengampunan dosa, kuasa penciptaan hidup yang baru. Kuasa ini telah dialami oleh Paulus. Oleh kuasa itu hidupnya berubah, hidupnya menjadi lain daripada hidupnya yang dahulu. Itu tidak berarti bahwa hidupnya yang sekarang lebih senang dan lebih indah daripada hidupnya yang dahulu. Persekutuan dengan Kristus bukan saja membawa pengampunan dosa dan hidup baru. Persekutuan itu juga berarti partisipasi dalam penderitaan Kristus. Sehingga orang yang berbuat demikian juga turut menderita dengan Dia, bukan karena kehendaknya sendiri, tetapi karena kehendak Dia. Bukan untuk memenuhi penderitaan penebusanNya, sebab hal itu tidak mungkin, tetapi untuk turut menanggung penderitaan yang Ia tanggung di dalam orang itu. Dengan penderitaan demikian ia menjadi serupa dengan Dia dalam kebangkitanNya.

 

Pdt Andreas P Milala

Rg Cibinong

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD