MINGGU 30 JULI 2023, KHOTBAH RUT 2:17-19

Invicatio :

Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. (kej 2:5)

Bacaan : Kolose 3:23-24 (Tunggal)

Tema  : Tutus Erdahin /Giat bekerja

I. Kata pengantar

Pada zaman era globalisasi ini banyak pekerjaan yang membutuhkan kualitas dan etika kerja. Karena pada saat ini banyak sekali orang yang tidak mendapatkan pekerjaan. Zaman sekarang ini semua orang bersaing untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Memiliki sikap mental yang baik, mempunyai semangat kerja yang tinggi sehingga dapat memanfaatkan dan mengendalikan sumber daya yang lain. Semangat kerja yang tinggi tercermin dalam motivasi kerja yang mendorong untuk berusaha melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya.

II. Isi

Rut adalah seorang bangsa Moab yang mempercayai Allah. Dia dinikahi oleh anak Elimelek orang Betlehem-Yehuda tetapi suaminya sudah meninggal. Rut adalah orang yang bersikeras untuk mengikutkan mertuanya Naomi ketika ibu mertuanya Naomi mau pulang ke Betlehem. Karena pada waktu itu keadaan Yehuda sudah membaik. Rut bersikeras mengikutkan Naomi dengan mengatakan “bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku”(1:16). Dalam Rut 2:11-12, dikisahkan bahwa dengan meninggalkan keluarga dan Moab, negaranya maka sebenarnya Rut telah berketetapan hati untuk bergabung dengan umat Allah, Israel. Rut bukan saja mengikuti Naomikembali pulang ke Betlehem, namun Rut juga mengikuti Allah dari Naomi. Rut mengidentifikasi dirinya dengan Israel sebagai umat perjanjian Tuhan.

Dalam Pasal 2, Rut dinarasikan mengambil inisiatif untuk memungut jelai di ladang untuk menyambung kehidupan dia dan Naomi. Rut bekerja memungut jelai di ladang Boas dan di sanalah Rut bertemu dengan Boas yang berbaik hati padanya. oas adalah orang Israel yang kaya, terpandang, berintegritas,saleh, bertanggungjawab, berhati mulia serta kerabat Elimelekh. Pada pasal 2 Kitab Rut menarasikan bagaimana Boas datang dan menjumpai Rut yang sedang memungut jelai di ladangnya. Boas memulai perbincangan dengan Rut dan memperlakukan Rut dengan baik (Rut 2:8-9). Dalam perbincangan tersebut, Rut dianjurkan supaya tetap memungut jelai diladangnya dan tidak pindah ke ladang orang lain Boas juga menjamin keamanan dan kenyamanan Rut, yang mana Rut bekerja di belakang para penuai perempuan Boas dan bergabung dengan mereka (Rut 2:9). Boas bahkan memastikan bahwa Rut tidak akan mengalami gangguan dari para pekerja laki-laki selama Rut bekerja di ladangnya.

Rut memungut diladang sampai petang, lalu ia mengirik yang dipungutnya itu dan ada kira-kira seefa jelai banyaknya. Jumlah ini kurang lebih sama dengan tiga takar ukuran gandum kering. Jumlah tersebut cukup untuk makanan Rut dan Naomi selama sekitar 5 hari. Sehingga ketika Rut pulang dari ladang Boas dan memberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah mereka kenyang, maka bertanyalah Naomi kepada Rut “dimana engkau memungut dan dimana engkau bekerja hari ini?, Rut menjawab nama orang yang padanya aku bekerja hari ini adalah Boas.

Dari teks ini terlihat bahwa Rut tidak dikalahkan oleh keadaan yang dialami. Dia bukan hidup dalam kesedihan karena kekurangan, bukan hidup dalam mengeluh tetapi dia berinisiatif melakukan pekerjaan yang dapat dia kerjakan yaitu memungut gandum sisa dari panen di ladang orang lain. Rut mengalahkan situasi dengan semangat atau motivasi dalam kehidupannya. Dia juga melihat bahwa mencukupkan kebutuhan hidupnya bersama dengan mertuanya adalah kebutuhan yang mendesak dan kasihnya bagi mertuanya. Karena itu Rut sangat giat bekerja mulai dari pagi sampai petang memungut gandum di ladang Boas.

Menurut Adella Hotyda Siregar (2007:23) “motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan keinginan bagi seseorang atau pekerja, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun yang berasal dari luar untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan dengan rasa tanggung jawab guna mencapai tujuan yang diinginkan”. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara motivasi kerja dan produktivitas kerja. Artinya jika motivasi kerja tinggi, maka produktivitas kerja juga akan tinggi, dan sebaliknya jika motivasi kerja rendah, maka produktivitas kerja juga akan rendah.

Rut juga bekerja dengan gigih dan displin kerja yang baik sehingga dia dapat mengumpulan hasil yang banyak. Produktivitas pekerjaannya baik. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara disiplin kerja, kegigihan dan produktivitas kerja. Artinya jika disiplin kerja tinggi, orang gigih maka produktivitas kerja juga akan tinggi, dan sebaliknya jika disiplin kerja rendah, orangnya mudah putus asa maka produktivitas kerja juga akan rendah. Hilangnya disiplin akan berpengaruh terhadap efisiensi kerja dan efektivitas tugas pekerjaan.

Dalam bacaan dalam Kolose 3:23-24, Paulus mengajak jemaat agar apapun yang mereka perbuat perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan bukan untuk manusia. Rasul paulus mengajak jemaat agar bekerja dengan sepenuh hati bukan hanya untuk mencari keuntungan saja. Tetapi melihat bahwa pekerjaan itu adalah baik (bnd kej 2:15) dan pekerjaan yang dikerjakan bukan saja dipertanggungjawabkan kepada manusia tetapi kepada Tuhan.  Bekerjalah dan tetap memohon kasihNya pada kita. Bahagia bekerja, bekerja bahagia

III. Kesimpulan.

Dalam minggu etika kerja ini kembali diingatkan bahwa bekerja bukan kutukan melainkan bekerja adalah suatu perintah Tuhan bagi kita manusia. Jadi apapun yang menjadi pekerjaan kita cintailah pekerjaan kita dan kerjakanlah pekerjaan kita dengan baik. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan melalui teks kita :

  • Jangan milih-milih kerja tetapi kerjakanlah pekerjaan yang dapat kita kerjakan
  • Apapun yang menjadi pekerjan kita kerjakan dengan sungguh-sungguh.
  • Tetap semangat, gigih, displin kerja agar produktivitas kerja kita menjadi baik
  • Ikut sertakan Allah dalam setiap pekerjaan kita. “Ora et La Bora”

Pdt. Kristaloni br Sinulingga-Runggun Yogyakarta

MINGGU 23 JULI 2023, KHOTBAH EFESUS 4:7-16

Invocatio :

“Tetapi yang kesukaannya ialah merenungkan Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:2)

Bacaan :

Esra 3:1-6 (Tunggal)

Tema  :

Mengerjakan Tugas Pelayanan / Ndahiken Dahin Pelayanen

 

Bagi setiap orang tua, dapat melihat dan mendampingi pertumbuhkembangan anak adalah suatu hal yang membahagiakan. Walaupun tidak mudah mengajarkan anak mengerti tahap-tahap awal kehidupan, tetapi akan ada kebanggaan yang dirasakan orang tua jika suatu waktu nanti, anak bisa menjadi dewasa dan hidup mandiri.

Seperti itu jugalah dalam hal membangun iman. Pertumbuhkembangannya sangat penting dan perlu terus dibina. Karena iman tidak akan menjadi dewasa begitu saja, tetapi harus terus dipelajari agar bertambah pengetahuan dan mengalaminya sendiri dari pengalaman hidup. Iman yang dewasa akan membuat setiap pribadi yang memilikinya mampu bertahan dalam tantangan dan membuahkan hasil yang baik, termasuk dalam kesiapan melayani. Gereja berperan penting dalam pembinaan iman bagi warganya.

Dalam Minggu GBKP Njayo atau minggu kemandirian GBKP, tentu kita juga mengingat betapa banyaknya hal yang telah dilalui GBKP untuk terus bertumbuh dan berbuah, menjadi wadah pembinaan iman yang baik bagi jemaat gereja. Tidak mudah perjalanannya, namun inilah tugas gereja, agar dapat berperan sebagai “orang tua” yang mendampingi setiap “anak-anaknya” dalam kedewasaan iman.

Efesus 4:7-16 : Seperti halnya Paulus kepada jemaat Efesus. Dalam pelayanannya, Paulus sangat mengharapkan perkembangan iman jemaat, agar mengalami kedewasaan dan bertumbuh menjadi semakin sempurna seperti Kristus (ay 13). Lebih dulu Paulus mengingatkan jemaat Efesus, bahwa Kristus memiliki kuasa tertinggi dan memberikan berbagai hal baik untuk memperlengkapi manusia “kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus..” Paulus juga mengutip perkataan Daud – Maz 68:19 sebagai penegasan kuasa Kristus di atas segalanya (ay 7-8).

Pemberian Kristus itu adalah kasih karunia. Melalui kuasaNya (Dia telah turun dan naik dari dunia dalam kelahiran, kematian, kebangkitan hingga kenaikanNya) dan kesempurnaan Kristus yang telah dijelaskan Paulus (ay 9-10) memberikan kemampuan bagi manusia untuk menyatakan karunia itu, ditengah kehidupan berjemaat. Tugas sebagai rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar, bertujuan memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (orang yag diberikan penyataan khusus atau jabatan pada jemaat mula-mula). Artinya kasih karunia Kristus yang telah diterima menolong pelayanan, agar terbangunlah tubuh Kristus (kesatuan jemaat yang percaya dalam gereja) yang berdampak juga bagi dunia (ay 11-12).

Masing-masing jemaat diberikan berbagai karunia yang berbeda-beda, agar setiap orang dapat belajar saling berbagi, mengasihi, memperlengkapi, memperhatikan dan melayani seorang dengan yang lain. Kesanggupan gereja memakaikan karunia yang Tuhan berikan, bukan dinilai dari banyaknya jumlah jemaat, atau besarnya gedung bukan pula berapa luas jangkauan pelayanannya saja. Melainkan adanya kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Kristus sebagai Anak Allah dalam inti pengajarannya. Inilah pentingnya kedewasaan penuh dan pertumbuhan iman yang telah mengalami tingkat yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Kedewasaan itu berhubungan dengan kualitas (ay 13). Tujuannya agar setiap orang yang teguh berpegang pada kebenaran dan mengalami pertumbuhan di dalam Kristus, tidak mudah diombang-ambingkan pengajaran palsu yang menyesatkan (ay 14-15).

Setiap jemaat yang mengalami kedewasaan iman, akan menunjukkan pula sikap hidup yang siap untuk melakukan pelayanan. Melakukan tugas dengan kadar pekerjaan atau sesuai karunia yang Tuhan berikan untuk membangun diri dan kebersatuan dalam kasih. Gereja secara pribadi dan komunal akan siap mengerjakan tugas pelayanan dengan setia (ay 16). Gereja saat ini memerlukan berbagai bentuk pelayanan. Tentunya tidak hanya terbatas sebagai seorang pelayan khusus, pengurus ataupun panitia yang melayani, melainkan kebersatuan jemaat dalam mengerjakan tugas pelayanan. Karena setiap kita telah diberikan karunia untuk membangun tubuh Kristus yaitu gereja.

Ezra 3:1-6 Seperti halnya bangsa Israel. Dalam masa paska pembuangan zaman Ezra, bangsa Israel mulai menetap dan berkumpul di Yerusalem. Dipimpin oleh para imam, mereka mulai membangun mezbah Allah sebagai tempat mempersembahkan korban bakaran bagi Allah seturut Taurat Musa (ay 1-2). Hal ini menjadi sangat penting bagi bangsa Israel, untuk merasakan kembali persekutuannya dengan Tuhan. Mereka rindu memberi persembahan dengan sukarela dan menetapkan hari raya Pondok Daun sebagai tanda ucapan syukur atas pertolongan Tuhan (ay 3-6). Pelayanan yang dilakukan tetap menjadi prioritas bagi bangsa Israel walaupun mereka menghadapi ketakutan ditengah penduduk negeri saat itu.

Tentunya dalam kehidupan gereja saat ini, kita memang tidak lagi memberi persembahan dalan bentuk korban bakaran atau pun perayaan keagamaan seperti orang Israel. Karena melalui Kristus semua digenapiNya. Tapi dalam hal mengucap syukur kepada Tuhan, kita tetap harus melakukannya sebagai respon atas pemberian Tuhan dalam hidup kita. Temasuk jika kita menghubungkan dengan panggilan untuk melakukan tugas pelayanan, tentunya menjadi suatu sukacita mengerjakannya karena kita juga telah menerima pemberian Tuhan. Sekalipun melakukan pelayanan juga akan menghadapi berbagai tantangan. Tapi kita dapat mengingat bahwa Tuhan telah lebih dulu memberi kesanggupan dalam berbagai karunia bagi masing-masing jemaat. Maka kerjakanlah tugas pelayanan dalam keseharian dan bersama sebagai gereja, karena itulah bentuk syukur kepada Tuhan dan mengingat kebaikanNya.

APLIKASI

82 Tahun perjalanan kemandirian GBKP pastinya mengalami pasang surut dan tantangan di berbagai masa. Jemaat GBKP juga sangat beragam keberadaannya, karakternya pun berbagai-bagai dan karunia yang dimiliki juga berbeda-beda. Oleh karena itulah sangat diperlukan kedewasaan iman bagi setiap jemaat untuk membangun gereja yang semakin kuat dalam kemandirian. Masing-masing jemaat harus ikut ambil bagian sebagai keluarga besar yang saling mengasihi dan membangun. Selayaknya keluarga, masing-masing jemaat berperan seperti seorang bapak dalam kepemimpinan dan menerapkan kedisiplinan bergereja, seperti ibu yang selalu rela mengasihi dan memperhatikan juga seperti anak yang taat mendengar aturan dan mengerjakan nasihat. Artinya dalam keberadaan dan karunia yang dimiliki masing-masing jemaat saling melengkapi dan menjalankan tugas pelayanan dalam kasih (kepada Kristus dan sesama).

Di dalam gereja telah ditetapkan tugas pelayanan khusus sebagai pendeta, pertua, diaken, pelayan KAKR, berbagai tim pendukung ibadah dan organisasi gereja. Agar berbagai karunia dapat berjalan sinergi dan etiap pelayanan yang dilakukan pun menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan. namun pastinya tidak terlepas dari keterlibatan tiap-tiap anggota jemaat. Karena masing-masing dari kita juga harus merasakan pertumbuhan kualitas iman. Gereja adalah wadah kebersatuan dan setiap kita di dalamnya mau belajar dan saling memperlengkapi. Dan itu akan terwujud jika masing-masing dari kita berperan meningkatkan kedewasaan. “Tetapi yang kesukaannya ialah merenungkan Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:2) maka jika kita semua ambil bagian, maka tentunya tugas pelayanan akan berjalan baik dalam kesempurnaan Kristus.

Kemandirian gereja berarti adanya upaya yang terus-menerus dilakukan untuk mengembangkan segala kemampuan, potensi dan sumber daya yang dimiliki. Dikerjakan dengan bebas (kreatif dan inovatif) namun juga bertanggung jawab dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan.

Pdt Deci Kinita Sembiring-Runggun Studio Alam

MINGGU 16 JULI 2023, KHOTBAH YEREMIA 31:1-6 (MINGGU MERDANG)

Invocatio:

“Kemalasan  mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar” (Amsal 19:15).

Bacaan: 2 Tesalonika 3:6-10 (Tunggal)

Tema: Nuan segelah Rulih (Menanam Supaya Menuai)

 

Pendahuluan

Minggu ini kalender gereja kita memakai liturgi minggu “merdang”  atau minggu menabur. Istilah merdang sangat familiar bagi masyarakat karo yang sebagian besar adalah petani. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, maka istilah merdang tidak hanya menggambarkan kegiatan para petani, tetapi   relevan juga bagi semua pekerjaan. Dengan pengertian, merdang adalah usaha untuk “Memulai” suatu pekerjaan dalam berbagai bentuk, baik petani, pedagang off line dan online, ASN, yotuber, dsb. Dan pasti dalam memulai pasti memerlukan sebuah persiapen yang baik dan tetap mengingat peranan Tuhan dalam memberkati setiap hal yang kita kerjakan.

Pendalaman Teks

Kitab Yeremia ditujukan kepada umat Israel yang sedang berada di pembuangan (Yer. 1:3). Kehadiran Yeremia sebagai seorang nabi Israel tentu saja memiliki fungsi sebagai perpanjangan lidah Allah dalam menegur dan memperingatkan umat Israel supaya tetap setia dan taat menyembah Allah. Ketaatan kepada Allah ini mulai tercampur dikarenakan umat Israel yang mengalami pembuangan mulai banyak bersinggungan dengan praktik agama lain dan kesetiaannya kepada Allah mulai luntur.

Memang ada beberapa tema utama yang selalu menjadi sorotan kitab Yeremia antara lain: paham Yeremia tentang Allah, tegurannya kepada penyembahan berhala yang dilakukan oleh umat Israel, permasalahan moral dan etika Israel, tantangan nabi-nabi palsu yang membelokkan iman Israel dari Allah. Selain itu, harapan pemulihan Israel juga menjadi bagian yang tidak kalah banyaknya dalam kitab ini. Demikian juga dalam pasal 31 ini, harapan pemulihan umat Allah sedang kembali disuarakan oleh Yeremia.

Menariknya pemulihan umat Israel itu dimulai dengan pemulihan hubungan dengan Tuhan. Hal itu dengan jelas dikatakan dalam ay.1, Allah menyatakan DiriNya  menjadi Allah segala kaum keluarga  Israel dan mereka akan menjadi umatKu (Yer. 31:1). Mengapa demikian? Patut diduga bahwa karena lamanya waktu pembuangan dan percampuran penyembahan kepada ilah-ilah lain sehingga umat Israel lupa bahwa Allah yang memanggil nenek-moyang mereka keluar dari tanah perbudakan adalah Allah yang patut disembah.

Setelah deklarasi tentang diri Allah maka pemulihan Israel sebagai suatu bangsa dilanjutkan lagi dengan kasih Allah yang kekal bagi umat pilihan ini (ay 2-3). Artinya selain menyatukan berbagai suku Israel, Allah adalah setia dalam kasih-Nya kepada umat pilihan. Dan kasih-Nya itu tetap sama, baik kepada nenek-moyang mereka maupun generasi Israel dimana Yeremia hidup. Berdasarkan sifat kasih Allah yang kekal itulah maka Allah seterusnya akan membangun kembali umat Israel yang tercerai-berai dalam pembuangan itu (ay. 4). Bahkan Allah menjanjikan bahwa Israel akan kembali ke tanah perjanjian dan menjalankan aktivitas sebagaimana mereka sebelum mengalami pembuangan yaitu dengan bercocok tanam (ay. 5) dan juga menyembah Allah di gunung Allah yaitu Sion (ay. 6).

Jadi dari teks  terlihat jelas bahwa waktu dan  kesempatan untuk memulai sebuah usaha/pekerjaan (merdang) ada karena pemberian Tuhan. Tuhan tidak hanya memberi waktu dan kesempatan tetapi juga memberkati sehingga memberikan hasil (ay.5, ….yang membuat yang akan memetik….). Jika sampai hari ini kita masih bisa memulai pekerjaan/usaha kita setiap hari, itu hanya karena kebaikan Tuhan oleh sebab itu pakai kesempatan dan waktu itu dengan baik dengan melakukan yang terbaik.  Melakukan yang terbaik, berarti menjauhkan diri dari sikap bermalas-malasan, tidak mampu memanagemen waktu dengan baik (bnd. Ams. 19:15, invocatio). Maka orang yang seperti itu akan menderita kelaparan. Bahkan dalam Amsal 18:9, mengatakan bahwa orang yang bermalas-malasan adalah perusak.  Seorang pemalas biasanya suka menunda-nunda pekerjaan atau tugas sehingga pekerjaannya kian menumpuk.  Prinsip mereka:  "Besok masih ada waktu, sekarang santai dulu saja!"  Orang yang lamban dan pemalas selalu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada. Itulah sebabnya firman Tuhan menasihatkan agar kita mau belajar dari kebiasaan semut.  "...pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:  biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.  Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring?  Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?  'Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk berbaring' - maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekuarangn seperti orang bersenjata."  (Amsal 6:6-11).

Bahkan Paulus  dalam pembacaaan yang pertama (2 Tesalonika 3:6-10) juga sangat keras menegor jemaat Tesalonika yang tidak melakukan pekerjaannya. Mereka yang tidak melakukan pekerjaannya adalah anggota jemaat yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja dengan alasan hari Tuhan sudah dekat. Masa-masa penantian itu dijalani dengan tidak bekerja  yang kemudian menyalahgunakan kemurahan gereja dan menerima bantuan dari saudara seiman yang bekerja secara biasa. 

1) Paulus mengatakan bahwa orang semacam itu harus didisiplin dengan menjauhkan diri dan jangan bergaul dengan mereka (ay.6 )

2) Paulus menganjurkan bahwa pertolongan harus diberikan kepada mereka yang betul-betul memerlukannya, ia tidak pernah mengajarkan bahwa orang percaya harus memberi uang atau makanan kepada orang sehat yang menolak untuk bekerja tetap.

Terlebih jika kita mendalami Firman Tuhan bagi kita saat ini yang mengatakan “Jika seorang yang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat yang ada di Tesalonika bahwa  apapun yang akan terjadi di esok hari tidak akan menyurutkan niat kita untuk bekerja. Walaupun besok Tuhan datang, hari ini tetaplah kita bekerja.

Maka dari itu, Rasul Paulus memperlihatkan tiruan dan contoh bagi mereka walaupun sesungguhnya dia sebagai pekerja yang memberitakan Injil Kristus selayaknya hidup dari pekerjaannya. Paulus tetap berusaha dan berjerih payah siang dan malam untuk kehidupannya, itu dilakukannya untuk menjadi contoh dan tiruan bagi jemaat Tuhan untuk meniru dirinya dalam semangat kerja keras dalam bekerja.

Sebagaimana yang dituliskan oleh Andar Ismail dalam bukunya “Selamat Berkarya” mengatakan di Israel seorang pekerja disebut sebagai “Malakah” asal kata dari “Malakh” yang artinya pesuruh Allah. Yang walaupun mulanya sebutan ini diberikan kepada orang-orang yang bekerja membangun bait Allah, namun kata “malakah” itu menjadi sebutan bagi setiap pekerjaan apapun. Dengan demikian apapun yang menjadi pekerjaan kita itu adalah panggilan Tuhan, bahwa kita adalah hamba Tuhan yang bekerja bagiNya di dunia ini. Maka selayaknya kita kita memiliki semangat kerja yang tinggi sebab hal itu adalah panggilan iman kita. Melalui pekerjaan yang kita lakukan, dari situ jugalah kita mendapatkan berkat penyertaan Tuhan. 

Aplikasi

Dari tiga nats kita hari ada beberapa penekanan yang penting yaitu:

  1. Bekerja dan bekarya adalah kesempatan untuk memulai sesuatu (pekerjaan) yang merupakan  pemberian Tuhan yang harus dimanfaatkan dengan baik.
  2. Orang yang bekerja dengan baik (berkualitas/tidak asal-asalan) adalah orang yang akan menuai hasil yang diberkati Tuhan.
  3. Ketika menerima hasil, pakai dan kelola dengan baik untuk kemulian Tuhan.

Pdt Sri Pinta Ginting-Rg Cileungsi

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD