MINGGU 20 OKTOBER 2024, KHOTBAH MARKUS 1:35-39

Invocatio :

Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan pekerjaan-pekerjaanNya dengan sorak sorai! ( Mzm 107:22)

Bacaan :

Amsal 15:29-33 ( A)

Tema :

Berkat Erberita Simeriah

 

Pendahuluan

Lupa adalah sebuah situasi yang bisa saja mengenai semua manusia. Lupa tidak memandang situasi, umur dan juga kondisi dari manusia. Lupa bisa menyebabkan kita tidak mengenal siapa kita, dari mana kita berasal, kemana arah tujuan kita bahakan karena lupa kita bisa berubah dari benar menjadi salah dan juga lari dari tujuan semula. Hal ini bisa terjadi baut pribadi manusia buat oganisasi dan juga bisa terjadi buat gereja dan juga yang ada didalamnya. Minggu ini kita sampai kepada Minggu Zending. Minggu Zending mengingatkan kita akan masa lalu mengenai bagaimana injil sampai kepada orang Karo 134 tahun yang lalu yang dibawa oleh NZG( 18 April 1890 ). Walau kita tidak memperingatinya di hari yang tepat. Tapi Minggu ini kembali mengingatkan kita mengenai latar belakang kita dan sejarah kita. Jelas dengan mengingatnya akan membawa kita membuat sebuah evaluasi atau refleksi bagi keberadaan kita saat ini. Apakah kita masih tetap melakukan tugas mewartakan injil sampai saat ini? Atau kita hanya sibuk mengurusi diri sendiri dan melayani diri sendiri tampa melakukan tugas yang seharusnya kita lakukan seperti apa yang sudah dilakukan oleh NZG buat kita orang Karo.

Pendalaman Nats

Markus menuliskan kitabnya dengan maksud untuk menguatkan iman orang percaya pada masa itu. Sebab pada tahun 60M banyak orang percaya mengalami penyiksaan secara khusus masa pemerintahan Nero. Oleh sebab itu Yohanes Markus yang digerakkan oleh Roh Kudus menulis Injil ini sebagai suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.( Alkitab Sabda). LAI memberikan judul bahan khotbah kita “ Yesus Mengajar di kota kota Lain “. Pada Pasal 1 kita melihat Markus menggambarkan bagaimana pelayaan yang dilakukan oleh Yesus di Galilea dan juga Kapernaum. Yesus juga menyembuhkan ibu mertua Petrus. Akibatnya semua orang yang sakit dibawa semua kepada Yesus, Ia menyembuhkan semuanya. Bahan Khotbah kita dimulai dengan pergantian hari, pergantian kesempatan , pergantian pelayanan yang akan juga dilakukan. Sebelum semua itu dilakukan ayat 35 dikatakan dalam memulai hari yang baru masih gelap Yesus bangun.Hari baru itu adalah setelah hari Sabat. Ia pergi keluar mencari tempat sunyi untuk berdoa. Yesus sebagai Tuhan dan juga manusia memulai harinya dengan berdoa dan juga mencari kehendak bapaNya didalam pelayanan dan waktu yang akan dijalaniNya dan memfokuskan kembali diriNya akan misiNya.Ia juga mau memberikan teladan bahwa hidup beriman dan percaya kita tidak hanya dihari Sabat tetapi disemua hari hari yang kita lalui atau setiap saat.Dan mulailah dengan menjumpai Tuhan sebelum menjumpai siapa juga. Ayat 36 Simnon dan orang orang datang mencari Yesus dan mengatakan “ Semua orang mencari engkau” Pada saat itu Yesus dicari oleh semua orang, mereka mencari karena butuh akan sesuatu dari Yesus bukan butuh akan hal sebenarnya dari Yesus. Hal ini wajar terjadi sebab mereka semua telah menyaksikan Yesus mampu menyembuhkan semua sakit penyakit dan mengusir setan. Murid murid mungkin mengharapkan jawaban mari kita jumpai mereka semua dan saya akan kembali tunjukan kuasa yang saya miliki sebab masa itu Yesus sudah populer. Tapi jawaban yang diberikan Yesus “ Mari kita pergi kekota kota berikutnya”. Mendengar jawaban ini bisa saja murid murid terkejut dan jawaban ini bisa saja tidak diharapkan. Tetapi jawaban yang diberikan oleh Yesus sebenarnya untuk menempatkan kembali Yesus dan juga murid murid pada jalur yang sebenarnya atau tujuan semula. Yesus melanjutkan jawaban dengan mengatakan “ supaya di sana juga aku memberitakan injil, karena untuk itulah aku telah datang” Yesus mengatakan tugasnya adalah untuk memberitakan injil kerajaan Allah, ini adalah misis sesungguhnya. Memberitakan keselamatan yang datangnya dengan anugrah didalam diriNya. Yang sakit akan disembuhkan yang buta dicelikan adalah bagian dari Injil tersebut tetapi diatas itu ada yang lebih penting yaitu kehidupan kekal dari pemeberitaan injil sehingga kesakitan dan kebutaaan akan hilang selamanya. Dan ini harus terus diberitakan bukan hanya di satu tempat tetapi terus keseluruh tempat yang ada didunia ini dilakukan oleh Yesus diseluruh Galilea. Artinya Yesus tetap menyampaikan ke daerah yang belum menerima injil tersebut. Ini juga seharusnya yang dilakukan oleh gereja saat ini. Pada sisi orang yang disembuhkan mereka juga seharusnya terlibat memberitakan apa yang dilakukan oleh Yesus bukan hanya diam, duduk menikmati dan terus menikmati semua yang sudah dilakukan Yesus tetapi seperti invocatio kita mengatakan mereka mempersembahkan syukur dan menceritakan pekerjaan –pekerjaanya dengan bersorak sorai. (Msm 107:22). Jadi mereka juga ikut mengambil bagian memceritakanya kepada orang orang disekitarnya dan juga keluarga yang belum mengenal Yesus. Hal ini juga dikatakan oleh bahan bacaan kita dari kitab Amsal 15:29-33. Penulis Amsal juga menggambarkan bagaimana orang yang sudah ditebus dan dibenarkan hidup bukan seperti orang fasik tapi hidup seperti orang benar. Hidupnya selalu diarahkan kepada firman Tuhan dan hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Hidup yang demikian merupakan sebuah kesaksian bagi orang yang percaya dan dibenarkan.

Aplikasi

“Jika kita menunggu orang yang membutuhkan berjalan melalaui pintu gereja kita, kita mungkin menunggu lama. Tuhan tidak menunggu orang datang kepadaNya, Dia pergi menjumpai mereka” (Beth Moore). Dari kata bijak ini kita melihat bahwa sebenarnya tugas gereja atau orang percaya bukan menunggu, bukan diam, bukan tidak bergerak, bukan sibuk mengurusi diri sendiri. Tetapi gereja keluar dan hadir bagi orang orang yang membutuhkan berita keselamatan atau berita injil. Pada minggu Zending ini juga sebenarnya kita diingatkan kembali akan tujuan dan misi dari Yesus datang kedunia ini untuk menyelamatkan dan mewartakan kerajaan Allah.Kita dapat meihat ada beberapa hal yang ditekankan oleh ketiga bahan alkitab kita di Minggu zending ini yaitu:

  1. Berita Injil telah diberitakan 2000 tahun yang lalu oleh Yesus dan juga oleh rasul rasul. Gereja kita GBKP juga sudah menerima berita injil tersebut 134 tahun. Penyebaran berita ini terus akan dilakukan sampai kedatangan Tuhan kembali. Yesus pada masa itu pergi di seputaran Galilea dan kekota kota sekitarnya ke tempat yang belum terjangkau oleh berita injil tersebut. Pada saat ini juga kota kota yang belum terjangkau berita tersebut masih sangat banyak. Kota yang sama sekali belum mendengar berita mengenai Yesus sebagai juruselamat masih ada. Kita juga dapat melihat perubahan yang luar biasa kota yang pertama mendapat berita injil sekarang kembali sudah tidak percaya dengan berita tersebut. Hal ini kita dapat lihat bagaimana benua eropah yang kekristennya semakin berkurang dan gereja banyak yang dijual.
  2. Yesus bergerak dari satu kota kekota lain dan terus bergerak.Yesus tidak lupa dengan misiNya tetap berdoa dan meminta petunjuk kepada BapaNya sebagai pemilik misi. Bagaimana dengan gereja kita saat ini apakah kita lupa, apakah kita sibuk mengurusi diri sendiri, apakah kita merasa nyaman, apakah kita sibuk menikmati yang ada sekarang. Jika itu yang kita lakukan berarti kita sudah lupa akan misi kita. Pada minggu Zending ini kita dingatkan kembali akan misi kita. Gereja dan orang percaya harus tetap melanjutkan misi tersebut yaitu memberitakan injil.
  3. Selain kita memberitakan injil ke tempat dan kota yang belum menerima Yesus. Kita juga sebagai gereja tetap memberitakan injil dimana kita berada dan ditempatkan yaitu dengan tetap hidup seturut dengan kehendak Tuhan didalam semua situasi dan kondisi kehidupan kita. Menceritakan , memberitakan, menyaksikan dengan perbuatan- perbuatan bagaimana Tuhan telah menebus dan juga mengasihi kita seperti apa yang dituliskan oleh kitab pemazmur di invocatio kita dan juga bacaan di kitab Amsal.
  4. Kita juga harus memanfaatkan kemajuan zaman dan teknologi yang ada untuk sarana misi. Dan ini bisa menjangkau semua wilayah tampa batas dan sekat sekat. Mungkin kita yang memiliki kemampuan sebagai konten creator kita juga bisa memanfaatkan kemajuan teknologoi yang ada pada masa sekarang ini. Yesus berjalan menjangkau kota kota yang ada. Kita berjalan dengan media teknologi menjangkau semua dunia dan kondisi pada masa sekarang ini.

Penutup

Gereja dan orang percaya tetap harus melakukan dan melanjutkan misi yang telah dimulai oleh Yesus Kristus Tuhan kita sampai kedatanganya kembali.Hal itu kita lakukan didalam semua situasi dan kondisi kehidupan kita. Tuhan memberkati dan memampukan kita.

Pdt.Luther Tarigan-Runggun Depok-Lenteng Agung

MINGGU 13 OKTOBER 2024 KHOTBAH TITUS 2:3-5

Invocatio  :

Ndehara si mehuli, ia kap kemulian ras keriahen perbulangenna, tapi ndehara si njuruken bali kap ia ras penakit kanker

(Kuan-kuanen 12:4)

Ogen :

1 SAMUEL 25:23-35 (Tunggal)

Tema :

Moria Si Ngkelengi Perbulangen Ras Anak-Anak

 

 

PENGANTAR

Dalam hari-hari ini bila kita berbicara tentang fungsi kita akan menemukan hal-hal yan gmenarik dari barang-barang yang ada di sekitar kita. Pertama ada barang yang berfungsi lain dari fungsinya; misalnya magic com yang dipakai tidak hanya untuk memasak nasi tetapi juga bisa memasak kue dll. Kedua kita juga mungkin mendapati ada barang yang berfungsi melebihi fungsinya. Misalkan sebuah setrika yang dapat dipakai tidak saja untuk merapikan baju tetapi juga untuk membuat roti bakar dsb. Ketiga adalah kita juga menemukan barang yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam hal ini misalnya HP yang dapat berfungsi baik atau buruk tergantung cara penggunaannya. Kalau kita berbicara fungsi dapat pula kita teruskan kepada Moria yang minggu ini kita hayati keberadaan mereka di tengah-tengah gereja kita. Sesuai dengan thema yagn diberikan tentulah kita merindukan moria kita dapat menjalankan fungsi kehidupannya dengan baik dan tepat pada sasaran yakni moria yang mengasihi keluarga dan membawa kebaikan bagi sekitarnya.

ISI

Surat Titus ditulis oleh Rasul Paulus sekitar tahun 61 dan 63 M. Surat ini ditulis selama masa perjalanan pemberitaan Injil di Roma dan pada saat ia dalam penjara. Surat ini adalah salah satu surat penggembalaan atau surat pastoral Paulus. Disebut surat pastoral karena membahas tentang masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanan di dalamnya. Titus sendiri merupakan anak rohani Paulus yang berasal dari Antiokhia dan melayani di Korintus dan Kreta. Pada masa itu Kreta sendiri dikenal sebagai kota tempat orang-orang yang suka berontak dan sulit dikendalikan, seperti yang dikatakan Paulus yakni; banyak orang yang hidup tidak tertib (bdk. 1:10), ia pun mengatakan; “Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas” (bdk. 1:12). Latar belakang ini berdampak dalam pelayanan jemaat dan akan membuat perkembangan Injil di Kreta terancam. Oleh karena itu bagi Paulus, tanggung jawab utama Titus sebagai adalah memberitakan dan mengajarkan ajaran yang sehat (1:9, 13, 2:1). Pemakaian kata biasanya di dalam surat-surat penggembalaan, yang dikaitkan dengan pengajaran, menunjukkan penekanan Paulus pada pentingnya pengajaran yang benar. Memperhatikan Titus 2:1-10, kita menemukan kata yang berkaitan dengan "pengajar" berulang kali muncul:

  1. Kata ajaran(διδασκαλία didaskalia) yang sehat (Tit. 2:1);
  2. Menjadi pengajar (καλοδιδάσκαλος kalodidaskalos) hal-hal yang baik (2:3);
  3. Bersungguh-sungguh dalam pengajaran-mu (διδασκαλία didaskalia) (2:7);
  4. Memuliakan ajaran(διδασκαλία didaskalia) Allah, Juruselamat kita (2:10)

Lebih lanjut lagi masing-masing jemaat sesuai dengan kondisinya diminta tidak hanya belajar dan menjadi pelaku ajaran melainkan juga menjadi pengajar khususnya kepada generasi yang lebih muda. Dalam pasal 2: 1-10 secara spesifik disebutkan setiap orang-orang yang perlu punya andil dan partisipasi dalam mengajar antara lain: Laki-laki tua (ayat 1-2); Perempuan tua (ayat 3-5); Orang-orang muda (ayat 6-8), dan bahkan termasuk hamba-hamba (ayat 9-10). Dalam hal ini berarti semua orang perlu ambil bagian dalam mengajar, terutama yang senior harus mengajar yang junior untuk memelihara ajaran yang sehat demi kemuliaan Allah.

Dalam hal ini Rasul Paulus memberikan petunjuk-petunjuk praktis dalam hal apa saja andil dan partisipasi setiap orang baik dalam keluarga maupun masyarakat. Secara khusus kita melihat apa yang Rasul Paulus sampaikan kepada para perempuan antara lain :

  1. Perempuan-perempuan yang tua, menunjuk pada perempuan-perempuan yang lanjut umur dan memiliki banyak pengalaman hidup. Mereka harus hidup sebagai orang-orang beribadah: hidup yang pantas dan layak seperti orang-orang kudus atau saleh, menjaga kelakuan yang baik. Jangan memfitnah: jangan menjelek-jelekkan sesama, mencemarkan nama baik seseorang, penabur perselisihan, penghasut. Jangan jadi hamba anggur: tidak minum anggur, diperbudak oleh anggur. Cakap mengajar hal baik: dapat memberi bekal, teladan pengajaran iman yang baik dan benar terutama kepada perempuan-perempuan yang muda.
  2. Perempuan yang muda menunjukkan pada perempuan yang sudah menikah, tinggal bersama suami dan anak-anak. Mengasihi suami dan anak-anak artinya memberi perhatian penuh pada suami dan anak-anak, memberi cinta kasih yang tulus apa pun keadaannya. Hidup bijaksana: dapat membedakan mana yang baik atau tidak baik untuk dilakukan, arif dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi dalam keluarga. Suci artinya tetap menjaga kekudusan diri sendiri dan keluarga. Rajin mengatur rumah tangga yakni menata secara rutin apa yang harus dikerjakan di rumah. Baik hati: murah hati, manis dan sopan. Taat pada suami: menghormati suami sebagai kepala keluarga, tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan.

Dalam 1 Sam. 25: 23-35 ada seorang tokoh wanita yaitu Abigail yang dapat dikatakan sebagai perempuan yang bijaksana sehingga lewat kehadirannya dia menjadi pembawa damai bagi keluarganya. Karena keberaniannya, Daud tidak jadi melakukan suatu dosa yang mengerikan dan keluarga Abigail pun selamat dari bencana yang mematikan. Saat itu Daud terpaksa tinggal di desa-desa untuk menghindari amarah akibat kecemburuan Raja Saul. Ketika tiba masa pengguntingan bulu domba-domba itu, Daud mengutus beberapa orang untuk meminta bagian mereka dari Nabal, karena selama ini mereka telah membantu melindungi hartanya dari para perampok. Namun, Nabal menolak permintaan mereka dan justru memperlakukan anak buah Daud dengan buruk. Dalam kemarahan, Daud terburu-buru memutuskan untuk membunuh Nabal dan semua laki-laki di rumahnya. Ketika Abigail mendengar apa yang terjadi, ia cepat-cepat mengumpulkan banyak makanan, menahan Daud beserta para prajuritnya, dan dengan rendah hati meminta ampun atas perlakuan suaminya yang tidak ramah. Daud segera menyadari bahwa wanita itu telah mencegahnya untuk melakukan keputusan yang penuh dendam, dan ia pun memuji Allah. Allah tidak menginginkan umat-Nya memiliki perilaku bebal atau bodoh seperti orang-orang dunia yang dengan segala kejahatannya membawa kehancuran pada diri sendiri dan keluarga. Jadilah orang yang berperilaku bijak, sehingga kehadiran kita menjadi berkat dimana pun berada

 APLIKASI

  1. Sebagai anak-anak Tuhan kita hendaknya punya kerinduan untuk terus belajar akan firman Tuhan agar kita dimampukan melakukukan apa yang benar dan berkenan di hadapanNya. Kita membutuhkan firman Tuhan yang merupakan kebenaran untuk mengarahkan kehidupan kita baik itu dalam cara kita berpikir, bertindak, berbicara, bahklan mengambil keputusan.Akal budi dan hati nurani kita bisa menjadi rusak, najis, bobrok atau error. Oleh sebab itu, kita perlu terus belajar dan menerima ajaran sehat agar kita dapat memiliki akal budi dan hati nurani yang sehat. Kita membutuhkan pengajaran TUHAN untuk mengarahkan kehidupan kita. Pengajaran TUHAN yang telah kita terima, jangan kita lupakan. Semakin kita belajar, maka kita pun akan semakin kita mengenal TUHAN.
  2. Kita dipanggil bukan hanya sebagai pelajar, namun kita juga dipanggil jadi pengajar. Kita dipercayakan untuk membimbing orang bukan hanya lewat kata-kata tetapi juga lewat teladan hidup sehari-hari agar orang lain dapat mengenal TUHAN dengan benar. Dalam hal ini kita dapat saling mendoakan, mengajar, menegur dan menasihati baik keluarga maupun orang di sekitar kita agar bersama-sama mengalami pertumbuhan iman dan juga kualitas kehidupan yang lebih baik. Karena itu diperlukan kerjasama yang baik khususnya dalam menjembatani transfer pengajaran dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda sehingga pengajaran yang baik itu dapat diteruskan. Selain kerjasama yang baik diperlukan juga kerendahan hati untuk memberikan maupun menerima pengajaran yang baik. Mari kita renungkan apa yang sudah orang-orang di sekitar kita dapatkan dan rasakan dari kehadiran kita?
  3. Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah untuk dijalani, tanpa pertolongan Tuhan dan kasih sayang dari suami dan anak-anak peran sebagai ibu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.  Dapat berperan sebagai ibu bagi anak-anak, dan istri bagi suami adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dibanggakan. Seorang ibu seringkali dituntut untuk bisa, mau tidak mau wajib mendidik anaknya dengan baik dan benar, agar saat anaknya dewasa, menghasilkan generasi yang cerdas, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, terlebih takut akan Tuhan. Seorang ibu dituntut untuk selalu belajar membenahi diri, dan juga belajar menjadi seorang ibu yang baik dan benar. Seorang ibu diminta membimbing tanpa lelah, dan dituntut dapat menjadi teladan bagi anaknya. Tugas dan tanggung jawab seorang ibu sangat berat, jika diukur dengan akal manusia. Setiap usaha dan perbuatan seorang ibu tidak akan pernah berhasil, tanpa pertolongan dari Tuhan. Tapi seberat apapun itu, jika seorang ibu selalu melibatkan dan menyertakan Tuhan dalam setiap langkahnya, setiap apapun yang diperbuat, maka semua pekerjaan dan tanggung jawabnya, akan Tuhan pimpin dan mampukan. 

Pdt. Eden P br Tarigan

GBKP Runggun Bumi Anggrek

MINGGU 06 OKTOBER 2024 KHOTBAH ZAKARIA 14:16-21

Invocatio  :

1 Tawarikh 28 : 10

Ogen/Bacaan   :

2 Timotius 4 : 9 - 13

Thema :

Njaga Kebadiaan Rumah Pertoton (Menjaga Kekudusan Rumah Ibadah)

 

Pendahuluan

Ada ungkapan yang mungkin pernah kita dengar di seputaran keberadaan inventaris gereja yakni “kita… adi nukur e lah… megegeh. Tapi, ngerawatsa she kal kisatna) Kira-kira jika dioterjemahkan secara bebas : Menang membeli, kalah merawat.Mungkin ini juga terjadi di gereja-gereja kita GBKP; dimana ada begitu banyak inventaris gereja kita yang mungkin sudah rusak karena kurang perawatan atau bahkan tidak kelihatan lagi keberadaannya. Jika memang rusak karena memang sudah dimakan usia mungkin bisa dimaklumi, tapi jikalau terjadi kerusakan karena kealalian atau ketidakpedulian kita untuk merawatnya, inilah yang perlu kita prihatin.Apalagi jikalau hilang karena kelalaian kita, berarti sama saja kita mengabaikan “harta Tuhan” yang ada di rumahNya. Bukankah segala sesuatu yang ada di dalam rumah Tuhan seharusnya berharga dan sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan merawatnya? Melalui minggu perawatan inventaris gereja ini, kita diingatkan kembali untuk meningkatkan tanggungjawab kita bersama untuk menjaga dan merawat apa yang sudah dimiliki oleh gereja kita sebagai wujud sembah dan syukur kita pada Tuhan.

Penjelasan Teks

Invocatio pada minggu ini yang tertulis pada 1 Tawarihk 28 : 10 menyatakan penyerahan “mandat Tuhan” dari Daud kepada Salomo untuk mendirikan Rumah Tuhan. Seperti yang kita ketahui bahwa Daud sangat berkeinginan untuk mendirikan Rumah Tuhan (ay. 2-3), namun keinginannya mendapatkan penolakan dari Tuhan. Ia menyadari bahwa mendirikan Rumah Tuhan bukanlah sebuah hal yang mudah, oleh sebab itu sejak awal ia siudah mempersiapkan apa yang nantinya akan dibutuhkan. Ada satu kata penting berkaitan dengan pembangunan Runah Tuhan ini yakni kata “kudus” Daud hendak menekankan kepada anaknya Salomo agar nantinya yang harus diperhatikan dan senantiasa diingat adalah apapun yang akan dilakukan dalam mewujudkan Rumah Tuhan ini haruslah berkenan dengan kehendak Tuhan.Artinya, setiap bahan yang digunakan, tenaga yang digunakan, perencanaan bangunan yang dilakukan, termasuk isi dari bangunan itu nantinya haruslah melalui pertimbangan apakah itu sesuai dengan keinginan Tuhan.Karena Daud melihat “tantangan berat” ini, makai ia juga memberikan penguatan atau peneguhan hati kepada anaknya Salomo. Melalui ini, pelajaran berharga yang kita dapatkan adalah, Rumah Tuhan, Rumah Kudus. Membangun Rumah Tuhan, artinya siap juga menjaga kekudusan Rumah Tuhan itu juga. Selanjutnya, boleh dikata bahwa kita juga adalah Salomo jaman kini yang juga membutuhkan penguatan untuk dapat memberikan yang terbaik bagi pembangunan Rumah Tuhan sekaligus dimampukan untuk menjaga kebaikan dan kekudusan dari Ruhan Tuhan (gereja).

Selanjutnya, pada bagian bacaan 2 Timotius 4 : 9 – 13 ada kesan bahwa Paulus mengalami kewalahan untuk melakukan pelayanannya. Dia sangat membutuhkan bantuan untuk bisa melaksanakan pelayanan dengan baik. Dia ditemani oleh Lukas, namun baginya itu tidak cukup. Oleh sebab itu dalam pesannya kepada Timotius agar juga membawa Markus bersamanya ketika datang nantinya. Ada hal menarik yang ditunjukkan pada bagian ini yakni ada 3 barang yang dititipkan kepada Timotius untuk dibawa kepadanya yakni jubah, kitab-kitab dan terutama perkamen.Ada 2 bagian penting yang ditunjukkan oleh Paulus untuk dapat melakukan pelayanan dengan baik : manusia dan barang (peralatan). Jika kita bisa mengartikan, keberadaan Timotius, Lukas dan Markus akan sangat berarti untuk menopang pelayanan yang sedang dilakukannya. Namun, jubah, kitab-kitabnya dan terutama perkamen, akan sangat berarti untuk melengkapi pelayana yang dilakukannya. Di saat ini kita mungkin bisa mengatakan bahwa pertua dan diaken termasuk emeritus,para pengurus PJJ (perpulunegn jabu-jabu), pengurus Lembaga kategorial dan juga pendeta merupakan bagian dari orang-orang yang diharapkan Tuhan bisa menopang pelayanan yang ada di tengah-tengah gereja. Sementara, jubah, kitab-kitab dan juga perkamen dapat diartikan sebagai inventaris yang dimiliki oleh gereja. Bisa saja itu, keyboard, komputer, alkitab, buku nyanyian gereja, dll merupakan materi yang dibutuhkan dalam menopang pelayanan yang akan dilakukan. Namun, yang menarik ialah ada yang “terutama” menurut Paulus; ini dapat diartikan bahwa dalam pengadaan inventaris gereja perlu diperhatikan apa yang penting dan apa yang benar-benar sangat penting. Bahasa sekarang, gereja harus pintar menempatkan skala prioritas pada kebutuhan pelayanan gereja.

Pada Zakaria 14 : 16 – 21 ada beberapa hal yang menjadi sorotan dalam teks ini : orang-orang dari semua penjuru akan datang ke Yerusalem untuk merayakan hari Raya Pondok Daun, ada hukuman dari Tuhan bagi yang tidak datang, dan kerencingan-kerencingan kuda dan kuali-kuali serta bokor-bokor penyiraman. Dan, sesuai dengan minggu inventaris gereja ini, maka mungkin kita bisa mengartikan sebagai ganbaran dari jemaat dan segala sesuatu yang dimiliki oleh gereja. Tuhan Allah menginginkan Yerusalem sebagai pusat kehadiran manusia untuk datang menyembahNya; ini sama dengan Tuhan menginnginkan agar umatnya saat ini (warga gereja) untuk datang dan menjadikan gereja sebagai pusat penyembahan bagi umatNya. Barang siapa yang mengabaikan “panggilan Tuhan” ini maka kepadanya aka nada hukuman yang berasal dari Tuhan. Selanjutnya, kerencingan-kerencingan kuda, kuali-kuali dan bokor-bokor penyiraman merupakan bagian-bagian yang ditemukan di Rumah Tuhan. Dan Tuhan menginginkan agar umat atau manusia yang datang ke Yerusalem dan Rumah Tuhan mempergunakan semua itu untuk dipakai sebagai alat untuk memuliakan Tuhan. Bukankah ketika gereja juga meng”ada”kan inventaris di gereja juga dengan tujuan agar semuanya itu bisa dipergunakan untuk kemuliaan Tuhan? Jikalau semua yang dimiliki olehj gereja adalah kepunyaan Tuhan, berarti ada tanggungjawab yang besar bagi setiap jemaat untuk mempergunakannya dengan baik, karena itu adalah “alat penghantar” untuk menyampaikan persembahan kepada Tuhan?

Penutup

Melalui khutbah sederhana ini ada beberapa hal yang kembali perlu ditekankan :

  1. Kita (Pendeta, Pertua – Diaken, termasuk Emeritus beserta dengan semua warga jemaat punya peran penting dalam membangun gereja dan mengisi apa yang dibutuhkan dalam kehidupan bergereja. Seperti titah Daud kepada Salomo : ini bukan gampang tapi kuatkan dan lakukanlah.
  2. Banyak hal yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan gereja, namun semua kebutuhan itu harus diketahui tentang tingkat kepentingannya. Termasuk, kemampuan untuk menjaga apa yang dimiliki oleh gereja; karena itu semua adalah milik Tuhan.
  3. Menjadikan gereja sebagai pusat kehadiran jemaat berarti gereja harus punya daya tarik. Itu semua bisa dilakukan melalui pengadaan inventaris gereja. Namun, apakah semua yang dimiliki oleh gereja sudah dijadikan sebagai alat-alat penyembahan yang menyiratkan kekudusan Tuhan. Dan bukannya dengan apa yang dimiliki oleh gereja justru memunculkan pertikaian atau percekcokam yang pada akhirnya menghilangkan makna kekudusan itu sendiri.
  4. Bangun gereja, rawat isinya, muliakan Tuhan dengan apa yang ada di gereja.                                          

                                                                                    Pdt. Benhard RC Munthe

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD