Minggu 03 Maret 2019, Khotbah Matius 16:13-20

Invocatio :

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih
karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5:2)

Bacaan :

Yosua 5: 13-15 (Tunggal)

Tema :

Yesus Adalah Mesias Yang Dijanjikan Allah

 

Pendahuluan
Syalom, selamat hari Minggu. Hari ini kita masuk ke Minggu Pasion yang I. Minggu pasion sering juga kita sebut dengan Minggu-minggu kesengsaraan yang dialami Yesus untuk membuktikan solidaritas-Nya bagi manusia, bahwa Dia adalah Allah yang sungguh mengerti akan penderitaan dan kesengsaraan manusia. Dia bukan Allah yang hanya duduk di tahta kemuliaan Surga (transenden) menanti pertobatan manusia, tetapi Allah yang mau hidup ditengah-tengah kehidupan manusia (Imanuel), merasakan apa yang dirasakan manusia, memberi teladan hidup agar manusia tahu jalan menuju keselamatan.

Minggu ini juga di sebut dengan “Estomihi yang artinya : Tuhanlah gunung batu dan kubu pertahananku, mengingatkan dan menguatkan kita dalaam pergumulan-pergumalan hidup, agar jangan mengandalkan kekuatan sendiri tetapi datang kepada Tuhan, berdiam dihadapan Tuhan menanti pertolongan-Nya, berlindung dibawah naungan sayap-Nya. Dialah gunung batu kota benteng yang kuat, kubu pertahan di dalam Dia kita tidak akan goyah, Didalam Dia kita aman, tentram dan sentosa.
Siapakah Allah, yang disebut dengan “gunungbatu dan kubu pertahanan” kota benteng yang kuat Itu ? mari kita menelusuri nats khotbah kita minggu ini

Pendalaman Nats Khotbah
Ay. 13-16, Siapakah Yesus Bagi Kita ?
Pengenalan yang benar akan memampukan kita “memperlakukannya dengan benar”. Contoh seorang ibu yang tua dan tidak berpendidikan tinggal di kampung seorang diri. Dia sering mendapat kiriman wesel dari anaknya yang tinggal di luar negeri. Karena sang nenek tidak tahu wesel itu barang berharga, setiap kali mendapatkan kiriman langsung di buang ke tempat sampah. Seiring dengan pertambahan usianya yang tidak sanggup lagi bekerja semakin hari semakin buruklah keadaannya, sampai dia “mengutuki anaknya” karena hanya mengirim kertas bukan uang, singkat cerita dia jatuh sakit, akhirnya ada orang yang datang ke tempatnya, setelah nenek itu curhat tentang prilaku anankya lalu orang itu melihat “kertas-kertas yang dibuang nenek tersebut ke tempat sampah, lalu dia katakan pada nenek itu.... wah ini uang semua nek... nenek itu enggak percaya bahwa itu uang semua...lalu mereka pergi ke bank menukar wesel tersebut, dan hari-hari berikutnya kalau dia menerima kiriman tidak lagi di buang ke tempat sampah, tetapi menyimpannya di lemari menunggu kapan dia perlu untuk menukarnya ke bank.

Ketika Yesus datang ke dunia, tampil di kancah pelayan-Nya, dengan kuasa-kuasa yang ajaib, tidak serta merta orang menyambut Dia sebagai Tuhan. Banyak orang mengangap Dia seperti manusia biasa. Walaupun Yesus sering melakukan mujizat-mujizat tetapi mereka memandang-Nya “tidak lebih” dari nabi dan imam-imam yang mereka tahu.

Yesus ingin membuktikan siapa Di dihadapan murid-muri-Nya, inilah yang ditanyaken Yesus ketika mereka sampai di daerah Kaesaria Filipi.adaslah wilayah Herodes Antipas dan juga tempatpenyembahan-penyembahan agama kuno misalnya Baal, Dewa Pan yang agung. Di sana ada gua yang indah di bawahnya ada mata air sunga Yordan dan kuil kaisar yang terbuat dari marmer sebagai lambang keperkasaan keilahian Romawi. Sedangkan Yesus disebut anak tukang kayu dari Nazaret.

Mengapa Yesus menyanakan hal ini kepada murid-murid-Nya di tempat ini ? sebenarnya Yesus mau mengatakan bahwa Dia jauh lebih besar, lebih angung, lebih mulia lebih berkuasa dan lebih layak di sembah dari pada kuil-kuil dan berhala-berhala Romawi itu.

Jawaban murid-murid berdasarkan jawaban khalayak ramai, ada yang mengatakan Yohanes pembabtis, Elia, Yeremia atau salah satu dari nabi yang mereka tahu. Sungguh melalui jawaban murid-murid menurut orang banyak Yesus jauh lebih dari semua kuil-kuil orang Romawi. Yesus belum puas kalau murid-murid mengenal dirinya hanya sebatas pengenalan berdasarkan apa kata orang, tetapi pengakuan yang lahir dari pengenalan pribadi akan Yesus, sehingga Dia bertanya : “ tetapi katamu siapakah aku ini ?
Jawab Simon Petrus “Engkau adalah Mesias. Anak Allah yang hidup!”
Kata Ibrani Mashiach (Mesias) dan kata Yunani Khristos (Kristus) berarti ”Yang Dilantik”. Maka, ”Yesus Kristus” berarti ”Yesus Yang Dilantik”, atau ”Yesus sang Mesias”.

Pada zaman Israel dulu, seseorang biasanya dilantik dengan minyak yang dituangkan di atas kepalanya saat dia dipilih dan diberi kedudukan yang berwenang. (Imamat 8:12; 1 Samuel 16:13) Yesus dilantik oleh Allah sebagai Mesias, suatu kedudukan yang sangat istimewa. (Kisah 2:36) Tapi, Yesus tidak dilantik dengan minyak, dia dilantik Allah dengan kuasa kudus-Nya.—Matius 3:16.

Pengenalan akan Yesus sebagai Mesias tidak cukup hanya melalui apa yang dilihat oleh mata dan apa yang di dengar oleh telinga tetapi harus ada peran Roh Kudus.Seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada Petrus. Tidak banyak orang melihat Yesus dengan prespektif Roh Kudus sehingga mereka mamperlakukan dan menerima Yesus hanya hanya seperti rabi, guru , imam dan nabi.

Jadi untuk mengenal Yesus lebih sungguh sampai kita juga mengimani bahwa Dialah Mesias yang diurapi penguasa surga dan dunia, kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus (bdk. I Korintus 12:3)

Ay.17-19 Pengenalan Yang Benar Akan Tuhan Membawa Keselamatan
Pengenalan yang benar bahwa Yesus adalah Mesias, akan menjadi pondasi yang kuat bagi iman setiap orang yang percaya. Pengenalan yang benar bahwa Yesus adalah Mesias akan membawa sukacita dan kebahagiaan, di tengah begitu berat tantangan iman.

Iman yang benar dan murni tidak akan terlepas dari “pengujian-pengujian”. Buah dari pengujian itu akan membuktikan seberapa dalam dan kuatnya pondasi iman seseorang. Banyak orang Kristen mengatakan “Puji Tuhan haleluya, ketika semua perjalanan hidup seperti yang kita inginkan, tetapi bagaimana saat keaadaan tidak menyenagkan, apakah kita masih sanggup mengatakan “puji Tuhan haleluya ?” Ada banyak orang Kristen seperti isteri Ayub, yang bersykur dan bersukacita dikala hidupnya berlimpah dan keadaan aman tentram sentosa, tetapi ketika banyak pergumulan hidup, justru dia katakan :”kutukilah Allahmu dan matilah (bdk. Ayub 2:9).
Pondasi iman yang kuat memungkinkan kita membangun persekutuan (koinonia) yang kuat, Kesaksian (Marturia) yang nyata serta pelayanan (diakonia) yang dapat dirasakan. Jadi kalau kita mau membangun gerja yang besar, kita harus sampai kepada pengenalan Yesus secara pribadi.
Ijnilah yang dikatakan Yesus kepada Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Orang yeng mengenal Yesus secara pribadi akan mendapatkan kebahagiaan karena alam maut pun tidak berkuasa atasnya. Pengenalan yang benar akan Tuhan membawa keselamtan.

Ay. 20. Jangan Memakaskan Iman Kita Kepada Orang Lain
Di ayat 20 ini sangat menarik kalau kita bahas, di sisi lain Yesus mamanggil dan mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan bahwa Yesus adalah juruselamat dunia, tetapi pada ayat ini justru Yesus melarang murid-murid-Nya mrmberitakan bahwa Yesus adalah Mesias.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa apa yang kita imani tidak bisa kita paksakan kepada orang lain. Iman akan tumbuh berdasarkan prosesnya, tanggung jawab kita hanya memberitakan bahwa Yesus itu adalah Mesias. Biarkan orang lain mengalami proses pertumbuhan imannya sampai dia sendiri yang akan membuat pengakuan secara pribadi bahwa Yesus adalah Mesias.

Pointer Aplikasi
1. Yesus adalah Mesias yang diurapi, ditahbiskan menjadi penguasa atau raja surga dan bumi. Dialah kota benteng tanduk keselamatan, tempat perlindungan yang kuat, kuasa apapun tidak sanggup menggoncangnya, kepada-Nyalah kita berserah
2. Minggu-minggu pasion kita diingatkan akan kesengsaraan Yesus dalm perjuangan iman menuju kemenangan. Demikian juga kita sebagai pengikut Yesus akan terus diperhadapkan dengan tantangan-tantangan iman. Tantangan iman sering membuat kita sulit membedakan mana lawan dan mana musuh, seperti yang dirasakan oleh Yosua. Didalam kekalutanya menghadapi musuh yang tidak dikenal, dia masih sempat “bertanya :”kawankah engkau atau lawan? Dalam masa-masa kampaye Pil Pres dan Pil Leg, mungkin kita sulit menentukan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Yosua disuruh untuk meanggalkan :kasutnya, karena tempat itu kudus, artinya dalam segala kebimbangan kita kita harus membawanya kehadirat Tuhan, dan menanggalkan semua hal-hal yang kotor dan kenazisan (baca: kasut)
3. Kuasa Roh Kudus yang akan membawa kita kepada kasih karunia. Hidup dalam kasih karunia membuat kita bersukacita, karena ada pengharapan untuk mendapatkan kemuliaan Tuhan dan mahkota kehidupan.


“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri
Akuilah Dia dalam segala lakumu ,
maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Amsal 3:5-6)


Pdt. Saul Ginting
GBKP Rg. Bekasi

Minggu 17 Februari 2019, Khotbah I Korintus 1:18-25

Invocatio :

O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!
sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (Roma 11:33).

Ogen :

Ibrani 12:18-24 (Tunggal)

Tema :

Kristus adalah Kekuatan dan Hikmat Allah

 

Jalan Tuhan tak terselami oleh setiap hati kita manusia, seperti tingginya langit dari bumi, demikian tingginya jalan Tuhan dengan jalan kita manusia. Bagi orang percaya salib adalah keselamatan, bagi dunia salib adalah kebodohan. Latar belakang Korintus di mana ada banyak karunia Roh yang terjadi yang diberikan Allah, namun banyak pula permasalahan di Korintus. Ada banyak golongan dalam jemaat, ada golongan Paulus, Kefas, Kristus, dan lain-lain. Belum lagi dalam jemaat tersebut ada golongan Yahudi dan golongan Yunani. Bagi golongan Yahudi, salib suatu batu sandungan dan bagi golongan Yunani suatu kebodohan (ay. 23). Paulus memiliki suatu uraian argumentasi yang sangat indah dalam menjawab pertanyaan orang Yunani dan dan Yahudi tentang makna Salib. Kedua golongan masyarakat ini memiliki pengaruh di jamannya. Orang Yunani mencari hikmat: mereka terkenal dengan para filsufnya dan sudah memiliki pikiran yang sangat maju pada jamannya dengan mengembangkan nalar dan pikiran-pikiran logis. Mengapa bagi orang Yunani salib sebagai kebodohan? Salib dalam pandangan mereka adalah kutuk atau akhir perjalanan bagi seorang yang memiliki hukuman berat. Maka sungguh tak masuk akal bagi mereka kalau salib adalah jalan keselamatan dari Allah. Demikian halnya bagi Yahudi, salib pada Yesus dianggap sebagai skandal. Istilah ini muncul karena ketika vonis terhadap Yesus dihadapan Pilatus sebagaimana tuntutan para Sanhedrin, Saduse dan para ahli Taurat atas tuntutan hukum mati Yesus adalah karena menyebut dirinya Anak Allah. Sehingga olehNya Dia telah melakukan penistaan agama. Sekalipun vonis itu tidak berkaitan dengan itu, karena Pilatus sendiri menyebut Yesus tidak bersalah, namun kehadiran Yesus ditengah-tengah Yahudi menjadi kebencian bagi para imam, Ahli Taurat dan tokoh-tokoh Agama Yahudi di jamannya hingga mereka terus merencanakan dan mencari cara untuk membunuh Yesus.

Dari penjelasan Paulus tentang salib maka sesungguhnya apa yang dianggap Yunani sebagai kebodohan dan bagi orang Yahudi sebagai batu sandungan sesungguhnya sangat terbalik. Pemberitaan salib Kristus adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah dalam menyelamatkan manusia. Bahkan bagi Paulus sendiri hikmat dunia telah membuat manusia tidak mengenal Allah. Yang bodoh bagi Allah lebih besar dari hikmat manusia, atau yang lemah dari Allah adalah lebih kuat dari pada manusia. Jadi siapakah yang sesungguhnya berhikmat atau jalan hikmat, apakah hikmat manusia yang mau binasa itu atau mereka yang percaya yang sekalipun dianggap manusia suatu kebodohan? Pada ayat 24-25, jelas Paulus menyebutkan “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.”

Jalan salib adalah jalan yang dipakai Allah untuk menyelamatkan manusia, jalan salib ini merupakan alur pikir yang sungguh terbalik bahkan pikiran bodoh bagi mereka yang menganggap dirinya berhikmat di jamannya. Manusia dibenarkan Allah melalui Kristus bukan karena benar, sama sekali tidak! Manusia berdosa dan semestinya mendapatkan hukuman mati, karena dosa namun Kristus membenarkan manusia melalui pengorbanan Kristus di salib sehingga dengan itu memperoleh pembenaran sebagai anugerah Allah di dalam Kristus.Pengudusan di dalam Kristus dilakukan lewat pengorbanan Kristus yang rela mati di kayu salib dan memberikan hidupNya. Kematian Kristus di kayu salib adalah sebagai korban penghapusan dosa yang sekali untuk selamanya demi menyelamatkan manusia. Darah Yesus membasuh dosa, manusia tidak dapat bersih oleh karena perbuatannya sendiri atau hasil usahanya sendiri, manusia dikuduskan hanya oleh darah Yesus Kristus yang ditumpahkan untuk tebusan dosa.Manusia berdosa adalah budak dosa dan manusia diperhamba dosa, karena itu Kristus telah menebus kita dari perhambaan dosa dan kita menjadi milik Kristus.

Salib Yesus menyatakan bahwa Allah yang kita kenal dan sembah bukan hanya Allah yang jauh (transenden), tetapi juga Allah yang dekat dengan kita (imanen), yang turun ke bumi memberi penebusan bagi kita (Ibrani 12:18-24, bacaan pertama). Pandangan tentang Allah yang transenden, yang Maha Kudus, yang jauh, menakutkan bagi manusia untuk mendekatinya, begitulah yang ditemukan dalam budaya Perjanjian Lama. Manusia perlu melakukan ritual suci untuk menghampiri Allah di tempat kudusNya. Bandingkan penggambarannya dalam Ibrani 12:18-21, dimana Allah digambarkan seperti gunung yang tidak dapat disentuh, api yang menyala-nyala, kekelaman, kegelapan, angin badai, bunyi sangkakala, suara yang menggentarkan dan menakutkan. Penulis menggambarkan keadaan bagaimana nabi Musa dan bangsa Israel dulu mengalami suara Tuhan, langsung, ketika mereka ada di gunung Sinai (bd. Ulangan 9).Pandangan penulis Kitab Ibrani, tentang Allah yang dikenal dalam Kristus Yesus, adalah Allah yangimanen, akrab, dekat. Bandingkan penggambarannya dalam Ibrani 12:22-25, dimana Allah digambarkan sebagai Bukit Sion, Kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi, kumpulan yang meriah bersama beribu-ribu malaikat, jemaat-jemaat anak-anak sulung, Allah yang menghakimi semua orang, yang hidup bersama roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, Yesus Pengantara perjanjian baru.Dan melaluiNya orang Kristen dimampukan untuk mendatangi hadirat Allah dan mengalami hubungan yang akrab dan intim.Inilah hikmat Allah dan kekuatan Allah di dalam salib yang menjadi jalan keselamatan bagi manusia.

Kenyataan dalam gereja saat ini juga ada golongan Yahudi dan Yunani. Golongan Yahudi selalu ingin melihat tanda-tanda ajaib dalam gereja (mukjizat); sementara golongan Yunani selalu berpikir rasional dan bisa diterima dengan akal pikiran manusia dan harus memperhatikan kepentingan orang banyak dan perbuatan baik. Namun, salib adalah nyata bahwa Allah berinkarnasi ke dunia, untuk memberikan kemerdekaan dan kebebasan bagi orang berdosa.Kristus adalah fokus bukan manusiadengan segala kecerdasan dan kebijaksanaan filsafat hidupnya. Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah, sebab itu jagalah supaya kita jangan menolak Dia, tetapi menjadikan Dia sebagai sumber hikmat dalam kehidupan kita. Seperti yang tertulis dalam Invocatio “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11:33).Amin


Pdt. Melda Tarigan, STh
GBKP Rg. Pontianak

Minggu 10 Februari 2019, Khotbah Wahyu 3:1-6

Invocatio :

Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh (Mazmur 139:2)

Bacaan :

Keluaran 33:1-6

Thema :

Allah Mengetahui Semua Perbuatan

 

I. Pendahuluan
Epiphania berasal dari bahasa Yunani yang berarti penampakan atau penyataan. Secara teologis, istilah ini menekankan penyataan kenyataan Ilahi yang tadinya tersembunyi bagi manusia, baik dalam bentuk penampakan diri maupun melalui perbuatan dan perkataan yang melaluinya kehadiranNya diketahui manusia. Karena itu dalam masa raya Epifani ini, kisah-kisah kehidupan Yesus dari masa kecilNya yang dilaporkan singkat dalam Injil maupun pembaptisan dan berbagai kisah perbuatan hidupNya sejak awal pelayananNya. Masa raya ini juga seringkali dijadikan saat untuk menghayati misi gereja pada dunia.

Ada beragam alasan mengapa seseorang atau sebuah gereja berhenti memberikan pelayanan yang terbaik kepada Tuhan. Salah satunya adalah ketidaksempurnaan cara dan hasil pelayanan mereka. Situasi ini membuat mereka menjadi putus asa. Melalui khotbah hari ini kita akan belajar bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk berbenah diri dan terus mencoba memberikan yang terbaik kepadaNya. Gereja Sardis tidaklah sempurna. Walaupun demikian, Tuhan terus menasihati mereka untuk menjadi lebih baik.

II. Isi
Dalam setiap pendahuluan surat kepada tujuh jemaat di Wahyu 2-3, Tuhan Yesus memperkenalkan diri secara khusus sesuai dengan situasi jemaat yang dituju. Kepada jemaat Sardis Ia mengungkapkan diriNya sebagai pemegang tujuh roh. Angka tujuh di sini bukan secara hurufiah (jumlah tujuh), tetapi menyiratkan kesempurnaan (bnd. Why. 1:4). Roh Kudus adalah Roh yang sempurna dan menyempurnakan. Ia diutus ke dalam dunia untuk mengamati (bnd. Why. 5:6) sekaligus memurnikan (bnd. Why. 4:5). Dalam konteks jemaat Sardis yang keadaan dalam berbeda dengan keadaan di luar (bnd. Why. 1:2), sangat relevan apabila Tuhan Yesus memperkenalkan diri sebagai pemegang Roh Allah yang memurnikan.

Yesus juga sebagai pemegang tujuh bintang. Yang dimaksud dengan tujuh bintang adalah tujuh malaikat jemaat (bnd. Why. 1:16, 20; 2:1). Walaupun beberapa penafsir menduga malaikat jemaat adalah benar-benar malaikat, namun kita sebaiknya memahaminya sebagai para pemimpin jemaat. Kalau Tuhan Yesus memegang para pemimpin jemaat, ini menunjukkan perlindungan sekaligus kekuasaan Tuhan atas jemaat. Yang empunya gereja adalah Tuhan Yesus, bukan para pemimpin rohani.

Yesus juga sebagai Allah yang mahatahu (“Aku tahu ...”). Ia tahu apapun yang dikerjakan jemaat Sardis. Bahkan tatkala orang lain tidak mampu melihat yang sebenarnya, Kristus mengetahui apa yang terjadi (ayat 1b). Ketika hanya ada sedikit jemaat yang masih loyal kepada kebenaran, Kristus juga mengetahuinya (ayat 4). Di bagian lain dijelaskan bahwa Kristus ada di tengah-tengah kaki dian (bnd. Why. 1:12-13, 20) dan berjalan di antara mereka (bnd. Why. 2:1), karena itu Ia mengetahui detail keadaans setiap jemaat.

Di mata Yesus yang mahatahu, kebobrokan jemaat Sardis tidak dapat disembunyikan. Secara khusus ada dua negatif yang disorot di bagian ini. Pertama, reputasi positif jemaat Sardis tidak sesuai dengan realita dalam gereja (ayat 1b). Kalimat “erngkau dikatakan hidup” menunjukkan bahwa pemilaian positif ini tidak berasal dari jemaat Sardis sendiri atau dari Tuhan Yesus. Orang lain yang memberikannya. Fakta bahwa orang lain memberikan penilaian yang tinggi terhadap jemaat Sardis pasti bukan tanpa alasan. Mereka mungkin dulu memang terkenal karena kelebihan-kelebihan mereka. Tatkala situasi internal mereka sudah banyak berubah, orang lain tetap tidak mengetahui perubahan negatif tersebut, sehingga mereka tetap menganggap jemaat Sardis sebagai jemaat yang baik. Celakanya, ketidaksesuaian antara realita dan reputasi/identitas memang sering terjadi. Ada orang-orang tertentu yang menganggap diri orang Yahudi padahal mereka sebenarnya bukan (bnd. Why. 2:9; 3:9).

Kedua, semua pekerjaan mereka tidak ada yang sempurna (ayat 2b). Kata “pekerjaan-pekerjaan” (bentuk jamak) muncul dua kali (bnd. Why. 1:1-2). Ini menunjukkan bahwa jemaat Sardis bukanlah jemaat yang pasif. Mereka tetap terlihat dinamis. Persoalannya, tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna di mata Allah. Bukankah semua jemaat tidak sempurna? Mengapa hanya jemaat Sardis yang ditegus? Kesempurnaan di sini sebaiknya dilihat dari sisi kapasitas yang Tuhan berikan dan kesungguhan untuk mengoptimalkannya. Sama seperti perumpamaan tentang talenta (Mat. 25), berapa pun yang kita punya harus kita maksimalkan untuk Tuhan. Jemaat Sardis memiliki banyak kelebihan (secara finansial, popularitas, kelebihan masa lalu), tetapi pekerjaan mereka tidak ada yang sesuai dengan kelebihan itu.

Tidak seperti banyak orang yang hanya dapat memberikan kritikan, Kristus juga memberikan solusi. Kalau jemaat Sardis ingin berbenah mereka harus melakukan beberapa hal. Yang terutama, mereka harus waspada (ayat 2a). Kata “bangunlah” dalam teks Yunani lebih berarti “waspadalah”. Mereka tidak boleh seperti penduduk Sardis kuno yang membanggakan benteng mereka dan kurang waspada sehingga akhirnya dikalahkan musuh.

Mereka juga harus menguatkan apa yang masih tersisa (ayat 2a). Yang masih tersisa ini bukan orang (“siapa”), karena orang-orang di ayat 4 bukan yang sedang akan mati, melainkan justru dipuji Allah. Mereka juga harus memberikan respon yang benar terhadap firman Allah (ayat 3a). Para pendahulu mereka dahulu sudah mendengar dan menerima firman (bnd. “ingatlah dan bentuk lampau pada kata kerja mendengar dan menerima”). Sebagai generasi kedua penerima surat ini seharusnya “menuruti” (memegang erat) firman yang sudah diterima itu. Jika ini dilakukan, maka itu berarti bahwa mereka harus bertobat dan kembali pada masa yang dulu lagi.

Kristus bukan hanya memberikan kritikan dan solusi, tetapi Ia juga memotivasi mereka untuk mengambil solusi itu. Pertama, Kristus memberikan peringatan (ayat 3b). Ia akan datang seperti pencuri yang tidak terduga. Sebagian penafsir menganggap hal ini sebagai rujukan untuk kedatangan Kristus kedua kali di akhir zaman, karena metafora yang sama juga digunakan di tempat lain dalam konteks akhir zaman (bnd. Why. 16:15; Mat. 24:42-44; 1 Tes. 5:2; 2 Pet. 3:10). Walaupun demikian, sebagian yang lain meyakini bahwa kedatangan ini dapat merujuk pada hukuman pada masa sekarang di bumi. Alasan yang dikemukakan adalah bentuk pengandaian di ayat 3:3b. Selain itu, sebelumnya di Wahyu 2:5 Tuhan Yesus juga sudah memberikan ancaman semacam ini kepeda jemaat Efesus (“Aku akan mengambil kaki dianmu”).

Kedua, Kristus memberikan bukti konkrit yang positif (ayat 4a). Tidak semua jemaat Sardis adalah buruk. Ada beberapa jemaat yang dipuji Tuhan Yesus karena mereka tidak mencemarkan pakaian mereka. Kata “mencemarkan” biasanya terkait dengan penyembahan berhala dan atau perzinahan (bnd. Why. 14:4, 6-9). Orang-orang ini telah menunjukkan pekerjaan yang sempurna. Keberadaan mereka perlu disinggung oleh Tuhan Yesus sebagai salah satu bentuk motivasi bagi jemaat lain. Kalau sebagian orang ini bisa menjaga diri mereka, maka yang lain juga pasti bisa. Dengan kata lain, perubahan positif bukanlah hal yang mustahil.

Ketiga, Kristus memberikan janji-janji yang indah (ayat 4b-5). Salah satu bentuk motivasi lain untuk berubah adalah hal-hal baik yang akan diterima apabila mau berubah. Janji membuat orang tergugah dan bersemangat untuk melakukan sesuatu. Apa saja janji dari Tuhan Yesus untuk jemaat Sardis?

Sama seperti Kristus disebut “layak” karena kematianNya (bnd. Why. 5:9, 12), demikian pula para martir layak untuk berjalan bersama Kristus. Dianggap layak menderita bersama Kristus merupakan penghargaan besar bagi orang percaya (bnd. Flp. 1:29; 1 Pet. 2:19). Janji lain adalah kemenangan, yang disimbolkan dengan pakaian putih. Dalam Kitab Wahyu pakaian putih merujuk pada para martir (bnd. Why. 6:9-11; 7:14). Walaupun menurut penilaian dunia mereka terlihat kalah (dibunuh), namun mereka sebenarnya justru mendapatkan kemenangan sejati. Dalam tradisi Romawi pakaian putih dikenakan waktu perayaan kemenangan. Janji lain adalah kepastian keselamatan. Tidak seperti beberapa warga negara Romawi yang akhirnya dibatalkan kewarganegaraannya (dihapuskan namanya) karena melakukan tindakan tertentu yang fatal, namun orang percaya tidak akan dihapus dari kitab kehidupan. Hal ini tidak berarti bahwa ada kemungkinan orang-orang tertentu yang sudah dicatat namanya di kitab kehidupan pada akhirnya namanya terhapus. Ada atau tidaknya nama seseorang dalam kitab kehidupan sudah final sejak dunia belum dijadikan. Mereka yang namanya tidak tertulis di kitab itu memang sejak dunia belum dijadikan tidak tercantum di sana (bnd. Why. 13:8; 17:8; 20:12, 15; 21:27), bukan karena nama mereka terhapus di tengah perjalanan.

III. Refleksi
Bagaimana dengan keadaan kita dan gereja kita? Apakah di luar kita terlihat sibuk dan baik seperti jemaat di Sardis tetapi di dalamnya terdapat kematian yang memprihatinkan? Apakah gereja kita hanya terjebak pada rutinitas ibadah dan beragam program yang seolah-olah menunjukkan keaktifan, tetapi di dalamnya tidak ada sesuatu yang menyenangkan Allah? Mari kita secara serius mengintrospeksi diri kita dan kembali kepada Tuhan. Dia yang empunya gereja. Dia yang berkuasa dan memulihkan gerejaNya.

Tidak ada sesuatu pun tersembunyi dari hadapan Allah. Hidup kita terbuka luas di mata Allah. Allah mengetahui semua pekerjaan kita, Dia mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan sebagai orang percaya dan Dia menilai segala pekerjaan kita. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus mengerti konsep ini, bahwa Tuhan selalu memperhatikan hidup kita dan akan selalu memberikan nilai buat setiap pekerjaan kita. Jika buruk, maka Dia akan berkata buruk sekali pekerjaan kita, jika baik, maka Dia akan menyatakan pujian dan upah kepada kita. Penilai terbaik dari setiap pekerjaan, pelayanan dan ketekunan kita adalah Allah sendiri.

Tuhan tidak menilai seberapa hebat kita ketika kita melayani di hadapan orang banyak. Tuhan tidak merasa kagum ketika kita bisa melakukan segala pekerjaanNya dengan baik. Tetapi Tuhan akan merasakan bahwa kita mengasihi Dia ketika kita hidup di dalam persekutuan yang benar dengan Dia. Bukan besarnya pekerjaan yang kita lakukan yang membuat Allah bangga, tetapi besarnya kasih kita kepada Allah di dalam hubungan kita secara pribadi dengan Tuhan, akan memberikan nilai terbaik bagi kita di hadapan Tuhan. Ketika kita menjalani pelayanan dengan berfokus kepada Tuhan maka semua pelayanan yang kita lakukan menyenangkan hati Tuhan. Sebab Tuhan mengetahui semua pekerjaan yang kita lakukan dan Dia akan selalu memberikan penilaian bagi setiap pekerjaan yang kita lakukan.

Pdt. Andreas Pranata S. Meliala, S.Th
GBKP Rg. Cibinong

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD